setelah pertemuan nya dengan om danu, Chalis menjadi pendiam tak seperti biasanya. tapi semua itu tidak ia tunjukkan ke mamahnya, agar anin tidak khawatir dengan dirinya.
"lo kenapa deh lis? tumben kaya orang ngga ada semangat hidup." ujar zizesya, teman sekelas chalis.
chalis menggeleng lesu lalu meletakkan kepalanya di atas meja, "gue lagi pusing aja zes."
"pusing kenapa? tumben banget
buset.""mama gua mau menikah." ujar chalis lesu.
"HAH?!!" teriak zizesya kaget
"lo jangan teriak juga dong nyet."
"ya maaf kan gue kaget. oh iya kok bisa lis?"
"mantan mama gue balik buat ngelamar mama gue. ya gue sih ngga masalah, asal mamah bahagia. cuman,"
"cuman kenapa?" tanya zizwsya penasaran.
"Gue takut kenangan papa gue ilang di memori gue. gue masih sayang banget sama dia."
zizesya pun mengelus rambut chalis, ia ikut sedih karena temannya itu. "lis, lo jangan ngomong gitu. gue yakin kok papa lo juga setuju kalo mama lo nikah lagi. toh ini buat kebaikan beliau juga kan?"
"iya sih, cuman gue kayak sedih aja zes. tapi gue juga bakal terima kok kalo mama gue menikah lagi."
"good. mungkin gue kalo jadi lo bakal sedih juga kaya gini. tapi gue yakin kok, seiring berjalan nya waktu. lo bisa menerima kehadiran papa baru di hidup lo tanpa harus ngelupain papa lo yang dulu." ujar zizesya panjang lebar.
chalis pun mengangguk, "makasih ya zes."
"no prob lis."
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
chalis tidak langsung pulang. ia memutuskan untuk tidak ikut pulang bareng dengan jevan. dia lebih memilih untuk jalan kaki, katanya sih sekalian mencari angin segar.Chalis berjalan menyusuri perjalanan arah pulangnya. Berjalan di sore hari seperti ini memang sangat menyegarkan, apalagi dengan pikiran chalis yang sedang kacau.
Chalis menendang-nendang kaleng yang ada di depannya, hingga akhirnya satu suara menginstruksi nya.
"loh chalis, kok pulangnya jalan kaki?" tanya Danu.
Chalis yang masih canggung hanya berhenti di depan kaca mobil milik danu.
"mau cari angin doang kok om hehe."
Danu tidak bodoh, ia bisa melihat raut wajah chalis yang seperti nya habis menangis. tanpa ba bi bu be bo, danu menyuruh chalis untuk masuk ke mobilnya.
"bareng om ya?" ajak danu.
Chalis menggeleng, "ngga usah om. lagian ini bentar lagi udah mau nyampe kok."
"Chalis, masuk saja mobil ke mobil. om juga mau ke rumah kamu."
Chalis yang merasa tidak enak karena nada bicara danu mulai serius pun mematuhinya.
ia berjalan menuju pintu samping mobil danu, lalu menaikinya.
"Om ajak ke taman kota dulu gapapa?" tanya danu lalu menjalankan mobilnya.
Chalis yang tidak enak menolak pun akhirnya hanya bisa mengangguk an kepalanya.
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ
butuh 20 menit untuk sampai ke taman kota. akhirnya Danu dan Chalis memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang dekat dengan masjid. apalagi bentar lagi sudah akan dikumandangkan adzan Maghrib."Kamu kenapa lis?" tanya danu.
Chalis yang hanya menunduk langsung mengarahkan pandangannya ke danu, "gapapa kok om."
hening, tidak ada pembicaraan lagi.
"Kamu pasti kepikiran sama soal mamah kamu dan saya ya?" tanya danu tiba-tiba.
Chalis memasang raut wajah agak kaget, lalu segera bersikap biasa lagi. dia tidak menjawab pertanyaan danu.
"Saya tahu, kamu sayang sama papah kamu lis. saya juga ngga berniat untuk menggantikan posisi papah kamu di hati chalis. tapi saya hanya ingin kamu menerima saya sebagai ayah baru kamu. chalis mengerti kan?"
"dulu saya memang salah sekali meninggalkan mamah kamu. dulu saya laki-laki yang cemen. untuk mengatakan cinta saja sepertinya tidak pernah ke mamah kamu. padahal sebenernya, om sangat mencintai mamah kamu lis."
Chalis menyimak perkataan Danu dengan baik. tidak ingin menyela ataupun protes.
"saya tahu kamu belum sepenuhnya menerima saya di keluarga kecil ini. tapi izinin saya buat bahagia in mamah kamu dan kamu ya? om ngga akan pernah nyuruh kamu buat lupain posisi papah kamu yang dulu." ujar danu panjang lebar.
Chalis tak sanggup lagi menahan air matanya. wajar, ia juga masih remaja. di usia nya yang baru menginjak 17 tahun pasti akan memiliki mood yang berubah-ubah.
chalis mengerti dengan perkataan danu. Ia juga memikirkan bagaimana mamahnya nanti jika chalis sudah dewasa dan menikah, pastinya tidak akan selalu bersama chalis kan. Anin butuh sosok yang mau menemaninya hingga hari tua.
dan itu danu.
Chalis memeluk danu erat, "om bahagia in mamah aku ya. aku ngga pengen liat mamah kesepian karena ngga ada temennya. mamah selalu sibuk sama pekerjaan nya di kantor, sampai lupa buat istirahat. kadang chalis udah peringatin mamah, tapi mamah kekeuh ngga mau istirahat. intinya om harus bisa jaga mamah ya. Chalis juga izinin om buat menikah sama mamah kok om. chalis cuman bimbang karena takut posisi papah dulu tergantikan." ujar chalis sambil menangis di pelukan danu.
danu tersenyum tipis sambil mengusap rambut chalis pelan, "pasti. pasti om bakal jaga mamah kamu. dan kamu juga tanggung jawab om. om juga harus jaga kamu." ujar danu laku melepaskan pelukannya pelan.
Chalis tersenyum, "terimakasih banyak om."
"tentu chalis."