Jeno mengantarkan Haruto ke rumahnya dengan selamat. Ah sebenarnya bukan rumah, lebih tepatnya apartemen mewah di daerah tersebut.
Tapi bertepatan dengan itu juga, hujan turun kembali mengguyur bumi. Derasnya sangat terdengar jelas disusul petir petir yang bersahutan.
"Hujan..." Haruto berucap. "Lo stay dulu di apart sini." ia menawarkan Jeno untuk mendekam sementara di apartemen. Ini juga sebagai bentuk balas budinya tadi.
Jeno mengangguk seraya merangkul Haruto. "Thanks, boy."
Keduanya juga sempat bingung. Kenapa tiba tiba akur pada hari ini? Sungguh tak biasa.
Sepanjang lift berjalan, tangan Jeno masih setia bertaut pada jemarinya. Dan cukup aneh karena Haruto tak ingin melepasnya.
Pokoknya hari ini berbeda dari hari hari sebelumnya.
Lift pun berdenting ketika sudah sampai di lantai 12. Keduanya berjalan menuju kamar 1347 milik Haruto. Haruto dan Jeno memasuki kamar tersebut dan mengunci nya. Mereka melepas sepatu dan di taruh di rak. Haruto lekas membuka horden. Terlihat hujan begitu deras dengan petir yang menyambar nyambar. Disusul angin angin kencang. Badai sedang berlangsung di luar sana.
"Diluar ada badai ya?" Jeno memecahkan keheningan. Haruto mengangguk. "untung lo gak pulang."
Pria Lee itu tertawa. Yah, begitu bersyukur Haruto telah menahannya di sini. Kalau tidak, mungkin ia sudah terjebak diluar dan kesulitan sendiri.
"nginep aja." celetuk Haruto yang kemudian pergi ke arah dapur. Jeno mengangguk mengiyakan. Jeno menyusul di belakangnya dan duduk di salah satu kursi makan. Memperhatikan Haruto yang sedang memasak air di panci.
"Mau teh? Atau matcha?" Tawarnya.
"teh aja." jawab Jeno. Ia memerhatikan sekeliling rumah. Minimalis dan sederhana. Juga Melihat Haruto menuangkan teh dan gula di cangkir. Segala gerak geriknya Jeno perhatikan. "lo tinggal sendiri?" tanyanya untuk memecahkan kensunyian. Haruto mengangguk. "gue memilih tinggal sendiri. Biar mandiri dan dekat dengan jarak sekolahan."
Sebuah fakta yang baru diketahui Jeno bahwa Haruto adalah anak yang mandiri.
Sebuah cangkir tersodor untuknya. Haruto adalah pelakunya. Teh hangat dengan asap yang mengepul di atasnya. "Silahkan diminum". Katanya dengan diakhiri dengan senyuman. Jeno tersipu karenanya dan mengangguk. "thanks."
🍰 We Having A Babbies 🍰
Setelah meminum teh, Jeno di persilahkan untuk mandi dan Haruto akan mempersiapkan pakaiannya. Ia sedikit merasa aneh mengingat tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.
Haruto terlihat bak seorang istri.
Haruto memiliki dua kamar. Satu kamar dirinya, dan satu kamar untuk tamu. Haruto juga membersihkan kamar di sebelahnya. Agar Jeno dapat tertidur dengan nyaman.
Jeno telah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Sedangkan kedua tangannya bekerja untuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Ia memasuki kamar yang di beritahu Haruto tadi. Haruto menyadari kehadirannya.
Haruto terdiam setelahnya. Ia memperhatikan tubuh Jeno dengan sekilas. Pria Lee itu benar benar memiliki tubuh yang atletis. Perut kotak kotak dan ototnya, ah betapa irinya dia.
"eumm...gue keluar dulu ya? Mau mandi." izin Haruto dengan wajah memerah. Jeno menyadari hal tersebut. Ia tersenyum dan mengusak rambut tebal itu dengan gemas. "iya."
Haruto segera keluar dan bersiap untuk mandi. Tubuhnya gerah dan ia membutuhkan kesegaran dari pancuran air di shower.
🍰 We Having A Babbies 🍰
Maaf klo pendek akunya lagi buntu:(
Love yu zeyenk!
Janlup baca cerita lintas agensiku yang lain. Judulnya 'Single Parent [Shotaro x Junkyu]' okeh?
Ketjup dulu dungss💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [Jeno X Haruto]
FanfictionJust story about between us, you and me. [Jeno NCT X Haruto TREASURE]