Haruto mengerutkan dahinya ketika cahaya matahari masuk melalui celah celah gorden tembus pandang. Ia terbangun seketika setelah menyadari bahwa waktu menunjukkan sudah pagi.
Tak butuh waktu yang lama untuk mengumpulkan nyawa, ia berjalan ke luar kamar dan membuka sedikit pintu kamar sebelah. Di intipnya, Jeno masih tertidur pulas.
Haruto lekas masuk dan menghampiri pria Lee itu. Menepuk lengannya pelan. "Jen..bangun..".
Mata samoyed itu terbuka perlahan. Senyum tipis terukir di bibirnya melihat si pelaku pada pagi hari yang cerah. Perlahan merubah posisi menjadi duduk. "Pagi Haru..". Suaranya serak khas bangun tidur.
"pagi juga.." Haruto berjalan ke arah jendela. Lalu membuka tirai dan jendela itu. Sehingga udara pagi hari bisa masuk dan memenuhi kamar itu.
Sementara Jeno mengambil ponselnya di nakas. Ayo mengaku sejenak. Kalian pasti juga sama seperti Jeno kan?
Jeno mendapat chat dari administrasi rumah sakit bahwa ia dan Haruto harus segera ke rumah sakit untuk mengurus surat lahir bayi agar bisa dibuat akta kelahirannya. Jeno menatap Haruto. "Haruto!"
"ya?" Haruto menghampirinya. Segera Jeno memberikan ponselnya agar dapat Haruto baca pesannya. Haruto menatap Jeno. "berarti kita jadi wali nya gitu?."
Jeno mengangguk. "mau gak mau, kita jadi walinya."
"Bukankah wali harus sudah menikah?".
Jeno menggeleng. "gak nikah juga gapapa." sesaat kemudian, ia tersenyum miring pada Haruto. "oh apa kita nikah aja?"
Plak!
Haruto memukul lengan Jeno. "In your dream!". Ia kemudian bangun karena ingin membuat sarapan untuk mereka. "lo mandi gih. Gue mau masak dulu."
"oke sayang!"
"heh!"
Semburat merah telah muncul di dua pipi mulus Haruto.
🍰 We Having A Babbies 🍰
Sarapan hari ini memang sangat sederhana. Namun bagi Jeno, ini sangat spesial mengingat yang memasakkannya adalah sang gebetan, yaitu Haruto.
Berupa nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya. Serta segelas susu coklat sudah dapat menggugah selera Jeno. Bahkan ketika ia memasukkan sesendok nasi ke mulutnya, Jeno sudah dapat melabelinya bahwa ini adalah masakan terenak ke 2 setelah masakan ibunya.
Setelah makan, Haruto mencuci piringnya. Lalu setelah itu, ia bersiap menuju rumah sakit bersama Jeno.
🍰 We Having A Babbies 🍰
Dua bayi kembar itu sudah menjadi pulih dan lebih baik dari sebelumnya. Dokter menanganinya dengan sangat baik.
Hanya saja masih harus di inkubator. Cukup membuat Haruto bersedih karena ia ingin sekali menggendong dua bayi itu.
Beralih dengan keduanya yang sekarang berada di ruangan dokter Kang. Dokter Kang berniat membuat surat kelahiran bayi, namun pengakuan kronologi dari kedua remaja itu sukses membuatnya terkejut.
Dokter Kang memutuskan untuk menambahkan kedua bayi itu pada daftar penelantaran anak. Mereka akan menghubungi kepolisian nanti untuk penanganan lebih lanjut. Jeno dan Haruto akhirnya di perbolehkan keluar dari ruangan tersebut.
"Pusing." keluh Haruto. "Semuanya jadi begitu rumit." Mereka mendudukkan diri di bangku.
"lo gak sendirian." ucap Jeno. Haruto menoleh ke arahnya. "ada gue. Gue juga ngerasain hal yang Sama." lanjutnya.
Haruto terdiam seraya memilin ujung sweater nya. Hatinya gundah gulana. Bimbang sekali. Hatinya tak tega terhadap bayi kembar itu. Namun apa yang bisa dilakukan oleh anak SMA seperti dirinya?
Haruto sudah sangat nyaman dengan dua bayi itu meski hanya bisa memandangnya. Bahkan perasaan aneh yang menggelitik di hatinya telah ia rasakan kala pertama mereka bertemu. Seolah ada benang yang saling tersambung di antara mereka.
Semua terasa rumit untuknya. Berada di ambang kedilemaan membuat kepalanya sakit.
🍰 We Having A Babbies 🍰
Kalau ingin di bilang tak sendirian, Memang sangat benar. Haruto tak sendirian karena Jeno juga merasakan hal yang sama.
Sejak pertemuan mereka pada saat itu, Jeno sudah merasakan sebuah ikatan dari dalam diri mereka. Bahkan rasanya, Ia sudah sangat nyaman oleh dua bayi itu.
Bisa dibilang, ia menyukai bayi kembar itu.
Rasanya tak tega mendengar dua anak bayi itu didaftarkan pada anak terlantar. Ya, itulah hati nuraninya. Walaupun ia agak nakal dan suka sekali membangkang, Jeno masih punya hati nurani.
"aku gak bisa rawat mereka ya?" Cicit Haruto pelan. Namun jarak mereka yang dekat, memudahkan Jeno mendengar apa yang diucapkan bocah itu.
"Kita masih sekolah. Masih SMA pula. Udah gitu kelas 12 dan mulai sibuk sama ujian ini-itu. Belum lagi nanti harus ikut test jurusan kuliah. Seandainya Kalau lu ngerawat mereka, emang lu punya waktu? Bisa gak membagi waktunya?" Jeno bertutur membuat Haruto terdiam. Apa yang diucapkan pria Lee itu benar adanya. Dan Haruto tak berpikir ke arah sana.
Tapi, bagaimana dengan hati nuraninya yang menginginkan ini?
"kalau di taruh panti, nanti kasihan." Ujar Haruto. Sekarang kakinya mengikuti langkah Jeno. Tak tahu mau kemana, yang penting ia ikuti saja lah.
Jeno mengusap wajahnya dengan kasar. Sungguh, tak menyangka bahwa masalah serumit ini akan menghampiri mereka.
Dapatkah mereka menghadapinya?
We Having A Babbies 🍰
Mmf yahh bru updet..aku sibuuukk🙏🙏
Oh iya, bruh and sistah, aku cm pen ngomong. Kalo seme itu gak harus manly dan uke itu gak harus imut. Kita harus hargain pendapat orang ya meski berbeda beda...kan gak semuanya harus ngikutin selera kita. Kalo seleranya si A ya ini, kalo si B ya itu. Gak usah di paksakan. Karena gak ada yang suka dipaksa termasuk kamu.
Jan salty okeh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [Jeno X Haruto]
FanfictionJust story about between us, you and me. [Jeno NCT X Haruto TREASURE]