🍰 ; 13

498 50 15
                                    

Jeno kembali lagi ke apartemen Haruto setelah tadi subuh mengunjungi dan merawat saudarinya. Ia terkejut saat sesampainya di sana, Haruto tak bersekolah melainkan tengah bermain bersama anak anaknya.

Tatapannya kusut saat melihatnya. Jeno bisa menduga kalau Haruto mungkin marah karena ia meninggalkannya tanpa bicara padanya.

"Haru, maaf aku pergi tanpa ngomong ngomong." Jeno mengucapnya sambil menatap Haruto dengan tidak enak hati.

"Sodara aku sakit. Dia masuk rumah sakit tadi subuh."

"Udah sarapan?" Tanya Haruto. "Udah kok." Jawab Jeno.

"Aku tadi nyariin kamu." Haruto mengungkap jujur. "Tapi kamu gak ada."

"Maafin yaa." Jeno memeluknya.

"Lain kali sebelum pergi ngomong dulu ya. Gapapa kok bangunin aku."

"Iya. Maaf yaa." Haruto mengangguk lalu mengajak main Jevan di gendongannya.

"Aku bawa martabak." Ucap Jeno yang ikut mengusap pipi Jevan di gendongan Haruto.

"Makasih. Nanti aku makan." Haruto meletakkan kepalanya di atas pundak Jeno. Jeno mengusap rambutnya. "Gak sekolah hari ini. Udah izin?"

"Udah. Aku jawab kalo aku lagi sakit. Kamu?"

"Lagi urusan mendadak kalo aku mah."

"Jen."

"Apaa?"

"Sejak kapan kita pakai aku-kamu?" Ucap Haruto dengan herannya. Membuat Jeno juga tersadar. Tunggu, sejak kapan?!

"Biasanya juga lo-gue." Lanjutnya Haruto.

"Lah iya ya..." Jeno memijat keningnya. "Kok kita akrab dah? Padahal dulu lo musuhan kalo ketemu gue. Ngeliat muka gue aja kayaknya benci banget ya?"

"Nah kan pakai lo-gue lagi. Tapi iya deh, kok bisa sih kita sedekat ini? Padahal dulu tiap liat ujung rambut lu gw pengen maki maki bawaannya."

Bagi Jeno dan Haruto, ini menakjubkan.

🍰 We Having A Babies 🍰

"Mau tau gak?"

"Apa?"

Sore itu Haruto dan Jeno tengah tiduran bersama di ruang tengah setelah menidurkan si kembar yang rewel.

"Sebenarnya aku sudah kerja."

"Kerja apa?"

"Ada deh. Tapi gajinya lumayan."

"Kurir narkoboy ya?"

"Hus sembarangan!" Jeno menyentil dahi Haruto. Haruto tersenyum tipis saja setelah candaannya tadi.

"Emang bener aku jadi kurir. Tapi bukan antar narkoboy ya. Eh tapi kamu tau darimana aku jadi kurir?"

"Nebak."

"Oh. Hebat."

"Emang."

"Sombong"

"Harus."

"Lo bisa ngeselin juga ya." Hidungnya di cubit membuat Haruto mendesis sebal. "Ih!"

"Ya bisa lah. Gua kan manusia."

"Iya sih. Gak salah."

"Rambut lu wangi." Jeno berucap setelah menghirup aroma rambut Haruto.

"Jelaslah. Gue kan mandi tadi." Rasanya nafas Jeno amat dekat dengan lehernya. Jarak Jeno pun menjadi dekat.

"Boleh meluk ga? Tanggung banget kita sedeket gini."

"Boleh." Jeno langsung memeluknya. Haruto juga memeluknya. Deru nafas Jeno semakin dekat. Buat Haruto makin tersipu malu malu, dan menyukai ini.

"Haru."

"Apa Jen?"

Bibirnya menerima sebuah kecupan. Ia terkejut, namun menikmati alurnya. Sebuah lidah yang memaksa masuk, ia persilahkan untuk mengacak isi mulutnya.

Rambutnya diusap pelan, Jeno mendominasinya. Haruto yang amatir hanya mengikuti alurnya hingga berakhir dengan pipi memerah.

"Kenapa cium aku?" Haruto bertanya setelah ciuman singkat itu selesai.

"Ya gapapa. Pengen aja." Jeno pun tak bisa memberikan alasan pasti. Walaupun yang paling jujur adalah bibir kamu cantik bikin aku tergoda bisa bisa ia dihabisinya.

"Aneh."

"Tapi suka kan? Nikmatin kan?"

"Suka. Tapi yang tadi itu tiba tiba banget."

"Maaf."

"Gapapa."

"Tetep akur kayak gini terus ya? Bukan cuma demi anak anak kita tetapi demi kita sendiri. Jujurly gue capek juga kalo kita musuhan mulu."

"Akhirnya lo sadar juga. Gue capek marah marah."

"Iya jangan marah marah lagi yaa. Kalo mau marah marah kasi tau aku alasannya."

"Iya bawel."

🍰 We Having A Babies 🍰

Jeno akan bersiap siap pulang. Tak enak menumpang bersama Haruto terus terusan. Haruto juga menyiapkan bekal makan untuk Jeno. "Aku masak ayam. Semoga kamu suka."

"Aku selalu suka masakan kamu. Makasih yaa." Jeno menerima bekal dari Haruto. Buset banyak juga.

"Hati hati pulangnya. Kalo dah nyampe kabarin."

"Iya mah. Cerewet banget ih."

"Apasih pah kan aku cuman bilangin."

"Iya mamah. Maaf yaa."

Wajah Haruto memerah. "Hmm. Dah sono pulang hati hati yaa."

"Oke. Sampe ketemu besok ya mah, jangan kangen sama papah."

"Ogah." Tetapi keduanya tertawa. Menyadari bahwa hubungan akur itu terasa sangat menyenangkan.

Tanpa Jeno ketahui kalau jantung Haruto berdegup kencang dan rona wajahnya tak kunjung menghilang.

🍰 We Having A Babies 🍰


Is anyone waiting for this book?



Between Us [Jeno X Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang