✏☁💦✏
"Hujan juga menginginkan kebahagiaannya."
~Brishti Pevita Khaisa~
✏☁💦✏
1. She is Brishti ☁💦
Seorang gadis dengan seragam putih birunya, kini nampak berjalan menapaki jalan yang sedikit basah karena tertimpa hujan semalam.
Dia mengeratkan tas di bahunya, berjalan dengan hati-hati, takut jika jalanan yang basah dan becek itu mengotori sepatunya yang sudah jelek.
Hari masih sedikit gelap saat gadis itu tiba di jalan raya, dia kembali menyusuri trotoar setelah beradu dengan jalanan yang becek tadi.
Tujuannya hanya ingin segera sampai ke sekolah, mengingat hari ini adalah hari akhir dari perjuangan selama 3 tahun menjajaki masa menengah pertama.
Gerbang sekolah sudah nampak semakin dekat. Banyak siswa dan orangtua terlihat di sana.
Brishti semakin mempercepat langkahnya. Ia sedikit menundukkan kepalanya saat melewati beberapa siswa dan orangtua.
Lihat si Brishti, di hari kelulusan aja tampilannya dekil begitu.
Sepatu dia kotor, nggak pantas buat menginjakkan kaki di sekolah ini.
Dia datang sendiri?
Apa dia nggak punya orangtua?
Brishti semakin cepat melangkahkan menuju aula, tempat di mana kelulusan diumumkan.
Semakin berjalan menuju aula, semakin banyak cacian yang Brishti dengar.
Brishti hanya diam, karena memang itu kenyataannya. Dia hanyalah gadis desa yang tersesat sekolah di sini karena beasiswa.
Rumahnya juga cukup jauh dari sekolah, makanya dia berjalan dari rumah ke sekolah saat hari masih cukup gelap.
Semua Brishti lakukan karena dia punya mimpi, salah satunya membuat mamanya bahagia.
Brishti memilih tempat duduk paling belakang. Dia hanya tidak ingin menjadi bahan cibiran siswa lain kembali.
Dia sendiri, tidak seperti siswa lain yang didampingi oleh orangtuanya.
Mamanya sakit, tidak mungkin Bristhi memaksa mamanya datang ke sini.
✏☁💦✏
Senyum haru mewarnai wajah Brishti, saat namanya dipanggil oleh Ibu Rina---Kepala Sekolah SMP Gelsomino.
Ia maju ke depan, mengabaikan semua cibiran yang dia dengar.
"Selamat kepada Brishti Pevita Khaisa sebagai juara umum SMP Gelsomino." Kembali Ibu Rina memberikan ucapan selamat kepada Brishti saat dia sudah berdiri di depan semua siswa dan orangtua lainnya.
Brishti menerima piala dan beberapa hadiah lainnya. Dia menerimanya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya. "Mama pasti senang lihat aku lulus dan jadi juara utama. Seandainya Mama ada di sini, aku mau peluk Mama saat ini juga," batin Brishti.
"Kepada Brishti, Ibu persilakan untuk menyampaikan apa yang ingin kamu sampaikan kepada teman-teman yang lain," ucap Bu Rina.
Brishti berdiri di belakang stand mic, dia menatap orang-orang yang duduk di hadapannya.
Brishti menarik napasnya sejenak. "Pertama, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan saya kekuatan untuk bertahan sampai saat ini. Saya juga mengucapkan terima kasih untuk Mama yang selalu mendukung saya. Mama adalah satu-satunya yang saya punya, yang sangat berharga, dan yang sangat saya sayangi. Tanpa Mama, mungkin saya nggak akan bisa berdiri di sini. Mama tidak ada di sini, seandainya Mama ada, Mama adalah orang pertama yang akan menyaksikan kebahagiaan saya. Semua ini saya persembahkan untuk Mama. Untuk kesembuhan Mama saya," lirih Brishti di akhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Brishti | END
Teen Fiction◌⑅●🌧️Story of Brishti🌧️●⑅◌ Kematian sang Ibu menjadi hadiah terakhir di hari kelulusannya. Ditambah, dia baru mengetahui sebuah fakta, mengenai sang Ayah yang tidak pernah ditemuinya. Akankah Brishti berhasil menemukan sang Ayah yang belum pernah...