12. Luka

26 3 2
                                        

Hai, Sobat SoB👋

Apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia, yaa❤

Happy reading😊

✏☁💦✏

"Pengharapan terbesarku saat ini, hanya ingin kamu kembali."

~Axel Aaravo Denandra~

✏☁💦✏

12. Luka

Brishti menatap selembar uang berangka sepuluh ribu di genggaman tangannya. Kemudian, mengedarkan pandangannya ke arah jalan, menatap beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Saat ini, dia sedang berdiri di halte dekat komplek perumahan Citra, tempat yang dia jadikan untuk menunggu angkot bersama penumpang lainnya.

"Cukup nggak, ya?" tanyanya pada diri sendiri, menatap sendu uang itu. "Kalau untuk pulang pergi naik angkot, berarti hari ini aku nggak makan lagi," lanjutnya. Matanya menyiratkan kesedihan.

Angkot yang ditunggunya pun tiba. Dia pun segera masuk bersama dengan dua penumpang yang juga ikut menunggu bersamanya di halte tadi.

Nggak apa hari ini aku nggak makan, yang penting aku nggak telat datang ke sekolah.

"Neng, geseran dikit, dong!" perintah seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Brishti. Wanita itu memiliki badan yang lumayan gemuk.

Brishti sedikit meringis saat badannya sengaja digeser oleh wanita paruh baya tadi. Kini, dirinya diapit oleh dua orang ibu-ibu yang memiliki badan yang sama-sama gemuk.

Brishti yang notabene bertumbuh mungil pun jadi sulit bergerak. Dia dalam posisi itu sampai tiba di sekolahnya.

"Huh ...." Brishti menarik napasnya rakus, lalu menghembuskannya pelan setelah keluar dari angkot.

Setelahnya, dia berjalan menuju gerbang SMA Aquila.

"Aku harus cari kerja sampingan mulai sekarang," ujarnya pelan saat melewati gerbang.

✏☁💦✏

"Axel berangkat dulu, ya, Ma, Pa." Tangannya meraih punggung tangan mama dan papanya bergantian, mengecupnya singkat.

"Jagoan Abang temani Mama, ya." Bibir lelaki itu mengecup singkat pipi chubby milik adik kecilnya.

Gadis kecil yang dikecup tadi tertawa. "Ciapp, Aban," jawabnya dengan nada suara yang khas. Dia masih saja belum jelas dalam berbicara, membuat Axel gemas dan berakhir mencubit pelan pipi adik kecilnya itu.

Dia Haira Aileen Denandra, gadis kecil yang baru saja melaksanakan ulang tahunnya yang kedua minggu kemarin.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua dan adik kecilnya, Axel segera beranjak dari ruang makan. Langkahnya berjalan menuju halaman rumah, di sana sudah terparkir rapi sebuah motor sport berwarna navy kesayangannya.

Dia duduk di atas jok motor, menghidupkannya, lalu memasang helm di kepala.

"Terasa ada yang kurang," gumamnya, sambil memakai helm. Setelahnya, dia menoleh ke belakang, tepat di jok motornya yang kosong. Tatapannya berubah sendu. "Biasanya, ada kamu duduk di situ, Ami."

✏☁💦✏

Axel baru saja memarkirkan motornya. Melepas helm, lalu turun dari motor dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Story of Brishti | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang