13. Bukan Dia ✖

26 2 3
                                    

Hai, Sobat  SoB

Story of Brishti comeback, yeayy❤

Happy reading, yaaa😊

✏☁💦✏

"Perasaan itu masih sama untukmu, sampai kapan pun itu."

~From Axel to Ami 💞~

✏☁💦✏

13. Bukan Dia

"Ami!!"

Teriakan itu langsung mengagetkan setiap orang yang mendengarnya. Membuat semua pasang mata menatapnya dengan sorot tidak percaya saat cowok yang baru saja datang itu langsung mengendong seorang gadis yang merintih kesakitan.

"Axel!" teriak Fara. Kedua tangan gadis itu mengepal dengan wajah yang memerah.

"Ah, sial! Si Gembel itu emang bawa sial!" kesal Fara. Kemudian, dirinya pergi dari lapangan, diikuti oleh Kaia dan Savita dari belakang.

"FARA, KAIA, SAVITA! KEMBALI KE LAPANGAN SEKARANG!" Teriakan dari Pak Hen terdengar, membuat ketiganya menoleh ke belakang.

"Panas, Pak. Kulit saya kasihan kalau jadi hitam, perawatannya mahal." Setelah Fara mengucapkan kalimat itu, dia dan teman-temannya pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Pak Hen menggelengkan kepalanya, dia kemudian beralih menatap murid yang lainnya. "Kita lanjutkan," ujar Pak Hen akhirnya.

Tunggu aja, gue akan balas semuanya, Gembel! batin Fara.

✏☁💦✏

Di lain tempat, nampak seorang lelaki dengan telaten mengobati luka di sekitar wajah seorang gadis.

Sesekali, gadis itu meringis pelan, menahan sakit saat kapas yang sudah dilumuri alkohol itu mengenai kulitnya yang terluka.

"Aww...," rintihnya pelan.

"Sorry, gue bakalan lebih pelan obatinnya," ujar cowok itu.

"Kamu siapa? Kenapa nolongin aku? Kita nggak saling kenal, 'kan?" Gadis yang tidak lain adalah Brishti, menatap cowok di depannya dengan sorot penuh tanya.

Cowok itu berhenti mengobati luka Brishti usai membalut luka itu dengan perban kecil. Dia merapikan kembali perlengkapan yang dia gunakan dan meletakkannya di tempat semula.

Cowok itu menatap intens gadis di hadapannya saat ini. "Sorry, gue lancang," ujarnya.

"Gue Axel. Lo lupain aja ucapan gue di lapangan tadi." Cowok itu berdiri dari duduknya. "Jangan lupa untuk sering ganti perban dan obati luka lo." Setelahnya, dia pun melangkahkan kakinya keluar dari ruang UKS.

"Tunggu!" Ucapan Brishti menghentikan langkah Axel yang sudah berada di depan pintu. Cowok itu menoleh.

"Terima kasih, Axel," ujar Brishti pelan sambil tersenyum.

"Gue harap, gue nggak ketemu sama lo dengan keadaan yang sama," ujar Axel.

Setelahnya, Axel benar-benar keluar dari ruangan itu, langkahnya membawa dirinya ke arah kelas. Seketika, senyuman kecil terukir di bibirnya. Bukan senyuman bahagia, melainkan senyuman sendu yang jarang dia perlihatkan di depan banyak orang.

Dia mirip sama kamu, tapi dia dan kamu tetap berbeda. Nggak ada yang bisa gantiin posisi kamu, siapa pun itu.

Mungkin, karena aku terlalu berharap, hingga aku salah mengenali. Tapi, perlu kamu ketahui, perasaan itu masih sama untukmu, sampai kapan pun itu, batin Axel. Sejenak, dia memejamkan matanya. Setelah itu, wajahnya kembali mengukir senyuman bahagia saat bertemu tatap dengan siswa-siswi sekitar. Dia melakukannya hanya untuk menutupi kesedihan.

Story of Brishti | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang