Bab 12

49.1K 4.6K 41
                                    

Keysha meninggalkan Fabian yang masih memarkirkan mobil. Ia menuju ke tempat pembelian tiket sebelum memasuki Desa Penglipuran. Mereka tiba di Desa Penglipuran kurang lebih pukul sebelas siang. Cuaca sedikit panas, tapi Keysha sudah berjaga-jaga memakai topi untuk melindungi kepalanya.

"Udah beli tiketnya, Dek?"

Keysha mengangguk dan menunjukkan tiket yang dipegang. Ia lalu berjalan bersisihan dengan Fabian.

Desa Penglipuran dinobatkan menjadi desa terbersih di dunia. Tidak ada satupun sampah atau kotoran yang dilihat sepanjang Keysha melangkah. Sebagai desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang, tata ruang Desa Penglipuran pun mengusung patokan adat yang sudah turun temurun. Dibangun dengan konsep Tri Mandala, pembagian tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan.

Di wilayah utara ada Utama Mandala (Parahyangan). Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di bagian tengah, disebut sebagai Madya Mandala (Pawongan). Di wilayah ini merupakan pemukiman penduduk, dimana rumah penduduk dibangun berjajar di sepanjang jalan utama. Terakhir, wilayah paling selatan disebut Nista Mandala (Palemahan). Wilayah ini adalah tempat khusus untuk pemakaman penduduk.

"Pemandangan di sini bagus. Terus udaranya juga sejuk banget." Keysha berjalan ke arah atas bersama dengan Fabian.

"Ini konsepnya Tri Mandala, Dek."

Keysha menoleh ke Fabian. "Tadi waktu kita di mobil Mas Bian udah cerita."

"Maksudnya bukan hanya desa ini aja, Dek. Tapi di setiap rumah juga. Di depan ada pura buat ibadah, di tengah ada dapur dan kamar tidur, bagian belakang ada toilet. Itu juga masuk konsep Tri Mandala."

"Wah, sampe rumahnya juga pake konsep Tri Mandala," decak Keysha kagum.

"Permisi, boleh minta tolong fotoin kita nggak?" tanya seorang perempuan.

Keysha dan Fabian sontak menoleh mendengar suara yang berasal dari belakang mereka.

Fabian tersenyum dan dengan sigap mengambil ponsel yang diberikan perempuan itu. Beberapa orang langsung berpose dan Fabian mulai mengambil beberapa gambar.

"Makasih."

"Sama-sama," balas Fabian. Kemudian ia mulai menggandeng Keysha melanjutkan perjalanan.

"Mas baik banget, dimintai tolong langsung gercep."

"Namanya juga minta tolong, Dek. Masa gak ditolongin. Cuma ngefoto doang kok."

"Ini apa Mas?"

"Ini namanya Bale Kulkul," jawab Fabian. "Bale atau bangunan untuk penempatan kulkul atau kentongan yang fungsinya sebagai sarana komunikasi untuk memberi tanda kepada masyarakat," lajutnya menjelaskan.

Keysha terpukau mendengar Fabian menjelaskan dengan detail. "Mas Bian tau banyak ya. Udah kayak tour guide deh."

"Kebetulan tadi malem udah baca-baca dulu. Makanya tadi di mobil juga bisa jelasin panjang lebar," sahut Fabian dengan cengiran. "Kalo gak ngajak kamu ke sini, aku juga gak bakal tau, Dek. Jadi kalo kayak gini kita sama-sama belajar," tambahnya.

Keysha mengangguk. "Kita boleh masuk gak sih, Mas?" Tunjuknya pada salah satu rumah.

"Boleh, kok." Fabian menunjuk tulisan yang ada di depan sebelum mereka masuk. "Di sini semua ada keterangannya, Dek. Ada nomor rumah sama nama desa. Terus, tanpa kita masuk, kita bisa tau jumlah orang yang tinggal di sini."

"Pengarep," ucap Keysha membaca tulisan yang tertera. "Apa itu, Mas?"

"Orang yang bertanggung jawab di setiap rumah."

Our Love Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang