Bab 17

45.6K 4.5K 84
                                    

"Makanannya jangan dilihatin aja, Key," tegur Marsel saat melihat Keysha sedang melamun.

Keysha mengangkat pandangannya. Ia menatap Marsel dengan alis terangkat. Sepertinya baru beberapa menit yang lalu Marsel meminta izin padanya untuk memanggil dengan sebutan Dek. Tapi baru saja ia mendengar Marsel memanggilnya dengan namanya saja.

"Kok Key?" Rasa penasaran Keysha sudah lebih dulu ditanyakan oleh Fabian. "Gak jadi manggil dia Dek?"

Marsel berdecak. "Manggil Dek salah. Manggil namanya juga salah. Maumu sebenarnya apa, Fab?" tanyanya pada Fabian.

Fabian mengedikkan bahunya. "Aneh aja. Plin-plan banget jadi orang."

"Karena tatapanmu seakan membunuh setiap aku manggil Keysha dengan sebutan Dek," ucap Marsel. Ia menggulung mie-nya dengan garpu kemudian memasukkan ke dalam mulut.

"Bagus deh kalo gitu. Mending panggil nama aja," sahut Fabian kemudian mulai melanjutkan makannya.

"Aku gak keberatan kok dipanggil apa aja, Mas. Asal gak dipanggil anjing aja," ucap Kesysha dengan tersenyum.

"Tap--" Fabian baru saja ingin membuka mulutnya, tapi Marsel dengan cepat memotongnya.

"Kamu lucu deh, Key," potong Marsel dengan terkekeh. "Aku gak mau cari perkara manggil kamu dengan sebutan Dek. Kalopun manggil pake nama aja, kita tetap bisa akrab kok. Iya kan?" tanyanya dengan tatapan lurus ke arah Keysha.

"Iya." Keysha mengangguk. Tidak ada salahnya menambah kenalan baru. Kehidupannya selama ini yang selalu berpusat di rumah, membuatnya jarang untuk bertemu orang selain murid privatnya. Liburan kali ini selain memberi pengalaman baru, ternyata mendatangkan kenalan baru untuknya.

"Kamu masih kuliah atau udah kerja?" tanya Marsel mengalihkan obrolan. "Jangan dijawab, biar aku yang nebak," tambahnya cepat. 

"Boleh, coba tebak," tantang Keysha.

Marsel nampak berpikir sebentar. "Udah kerja?" tebaknya.

Keysha mengangguk.

"Tapi wajahmu masih cocok jadi anak kuliahan, Key. Masih kayak dedek-dedek gemas di kampus."

Keysha tertawa pelan. "Perasaan wajahku nggak ada gemas-gemasnya deh."

Marsel ikut tertawa mendengar itu.

Fabian hanya terdiam melihat interaksi antara Marsel dengan Keysha. Padahal mereka baru saja bertemu, tapi bisa akrab dan mengobrol sesantai ini. Ada rasa kesal melihat keakraban yang terjalin antara Marsel dan Keysha. Terlebih saat Marsel dengan terang-terangan menyatakan rasa sukanya pada Keysha saat mereka berdua sedang di kamar mandi.

"Keysha cantik ya."

"Hmmm," gumam Fabian menanggapi. Ia mengambil tisu untuk mengelap tangannya yang basah.

"Tipeku banget. Anaknya pendiem, cantik dan kelihatan pintar," ucap Marsel dengan tersenyum. "Aku yakin, dia memang anaknya pintar dan akan rame kalo di orang yang tepat. Dan aku harap orang itu aku," lanjutnya dengan keyakinan.

Tanpa sadar Fabian meremas tisu yang ada di tangannya dengan kuat. Kuku-kukunya menancap di telapak tangannya membuat bekas cekung tertinggal di sana.

"Aku keluar duluan deh, takut Keysha kelamaan sendirian nunggu kita." Baru beberapa langkah Marsel berjalan keluar dari toilet, ia kemudian berbalik menatap Fabian yang masih terdiam di tempatnya semula. "Besok, kasih aku waktu jalan berdua sama dia. Awas sampe kamu ikutan juga," ancamnya dengan cengiran. Setelah itu ia benar-benar keluar dari toilet lebih dulu meninggalkan Fabian.

Our Love Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang