Bab 19

45.5K 4.4K 111
                                    

"Lho, Mas Bian kok ke sini. Nanti biar saya anterin aja makanan sama obatnya."

"Nggak papa, Mbok. Saya udah ngerasa mendingan."

"Duduk, Mas. Kebetulan sopnya baru aja matang." Mbok Ngah langsung kembali ke dapur mengambilkan sop yang masih ada di atas kompor.

Fabian menarik satu kursi dan langsung mendudukinya. Tidak lama, Mbok Ngah kembali dengan satu nampan berisi nasi, sop ayam, air putih dan obat. Ia langsung mengerutkan keningnya begitu mendapati  beberapa obat di dalam nampannya.

"Obat ya, Mas?" Mbok Ngah menyadari arah tatapan Fabian. "Itu Non Keysha yang beli. Karena saya bilang di vila ini gak ada persedian obat, Mbak Keysha inisiatif beli sebelum pergi."

Fabian mengangkat pandangannya menatap Mbok Ngah. "Dia beli dimana?"

"Apotek seberang jalan."

"Itu kan jauh banget. Dia ... jalan kaki?"

"Iya Mas. Masa mau saya gendong?" gurau Mbok Ngah. "Begitu tau gak ada obat, Non Keysha langsung jalan ke apotek seberang jalan. Dia beli beberapa obat yang mungkin bisa bikin Mas Bian sembuh. Ada paracetamol, ada obat batuk sama obat pilek. Oh ya, ada obat nyeri juga. Kata Non Keysha, sapa tau Mas Bian ada sakit-sakit di badannya."

Fabian tertegun mendengar cerita dari Mbok Ngah.

"Dimakan Mas. Saya disuruh Non Keysha ngelihatin Mas Bian sampe habisin makanannya."

"Keysha nyuruh begitu?"

Mbok Ngah mengangguk. "Nanti saya disuruh kirim bukti gambar Mas. Makanya, Mas Bian harus makan dan minum obat. Non Keysha udah nanyain keadaannya Mas Bian dari tadi."

Fabian berdecak. Tapi bibirnya tidak bisa menahan senyumannya. "Kenapa gak nanya langsung ke aku. Kenapa harus lewat Mbok Ngah. Dasar," gumamnya.

"Ayo, Mas dimakan! Nanti keburu dingin," pinta Mbok Ngah.

Fabian mengangguk. Kemudian ia mulai memakan sop ayam bikinan Mbok Ngah yang sangat enak. Jika sedang sakit, ia lebih memilih makan makanan hangat dibandingkan makan bubur. Jika makan bubur dalam keadaan sakit, membuatnya makin tidak berselera makan. Beberapa obat yang dibelikan Keysha, tidak ssmuanya diminum. Hanya beberapa obat yang sesuai dengan gejalanya. Mbok Ngah benar-benar mengambil gambar ketika ia sedang makan dan minun obat. Sepertinya gambar itu yang nantinya akan dikirim ke Keysha sebagai bukti.

"Mas Bian ada butuh yang lain?" tanya Mbok Ngah ketika merapikan bekas alat makan makan di atas meja.

Fabian menggeleng. "Nggak Mbok. Nanti kalo saya butuh sesuatu, saya panggil Mbok Ngah."

"Yaudah kalo gitu. Saya lanjut bersih-bersih dapur ya, Mas."

"Iya, Mbok."

***

Pukul tujuh malam, Fabian mendengar suara mobil berhenti di depan vila. Ia sengaja tidak keluar malah duduk menunggu di sofa panjang. Sekitar lima menit kemudian, Keysha berjalan masuk menenteng tasnya di pundak kanan. Perempuan itu berjalan ke arahnya lalu duduk di sofa sebelahnya. Tangan Keysha terulur menyentuh dahinya. Karena rasa kagetnya, Fabian tidak bisa menghindarinya.

"Syukurlah udah gak panas," gumam Keysha. Ia menarik tangannya dan duduk menyamping memperhatikan Fabian. "Mas udah makan malem?"

"Sudah barusan." Fabian berdeham melancarkan tenggorokannya. "Makasih ya obatnya."

Keysha tersenyum kemudiam memgangguk. "Makasih juga udah mau dengerin apa kata Mbok Ngah. Aku kira Mas gak bakal minum obatnya."

"Aku bukan anak kecil yang gak mau minum obat, Dek."

Our Love Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang