Baru kali ini Donghyuck merasa teramat bahagia ketika dia berulang tahun, bukan karena ucapan awal yang Renjun biasa berikan, bukan hadiah-hadiah mewah yang kakaknya berikan, bukan juga ucapan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya pagi tadi. Bukan itu semua, melainkan Alesya yang menelponnya dengan wajah sumringah, mengucapakan selamat ulang tahun dengan bahagianya. Donghyuck sudah hampir menangis kalau saja panggilan video tersebut tak segera Jaemin matikan, kalau begini ceritanya Donghyuck jadi sangat merindukan bocah yang 3 hari lalu itu berulang tahun.
"Astaga, kenapa dia menggemaskan sekali! Aku jadikan anak sungguhan saja apa ya?" Monolognya seorang diri. Mungkin di dalam pikiran pemuda Lee ini Alesya sudah memanggilnya papa jadi tinggal trabas saja jadikan anak angkatnya, kan?
Panggilan video Donghyuck lakukan, ia menelpon Renjun untuk curhat masalah ini. Cukup lama panggilan tersebut terjawab sampai akhirnya suara nyaring terdengar.
"KAU INI KALAU MENELPON TIDAK TAHU DIRI YA?!"
Donghyuck mendengus, dia dengan perlahan sedikit membesarkan volume handphonenya sebelum tadi mengecilkannya sebab suara teriakan yang Renjun berikan. Sungguh, dia takut speaker handphonenya rusak hanya karena Renjun jerit-jerit begitu.
"Demi Tuhan Lee Donghyuck, aku sedang nyaman sekali bergelung di balik selimutku!"
Donghyuck hanya bisa terkekeh, ia menelpon Renjun memang tidak tepat waktu sekali, mungkin di sana masih sekitar pukul 2 atau 3 dini hari. Ya wajar saja sih Renjun marah-marah seperti itu.
"Maaf-maaf, tapi ini urgent sekali!"
Dengan wajah bantal miliknya Renjun berdecak, ia menganggukkan kepalanya bermaksud untuk membiarkan Donghyuck membicarakan tentang masalah yang katanya urgent itu.
"Aku hari kan berulang tahun, kau tahu apa yang membuat aku bahagia?"
"Hadiah mahal dari Hendry Hyung?" Jawab Renjun dengan malas, hanya itu saja masih bertanya, ya jelas lah jawabannya itu. Kapan lagi Lee Donghyuck ini bisa memalak Hyung nya itu kalau bukan di hari ulang tahunnya.
Donghyuck menggelengkan kepalanya, wajah sudah mencebik karena terharu kembali. "Bukan itu! Aku bahagia karena anakku ingat dengan ulang tahunku hueee~"
Renjun yang nyawanya memang tak ingin kumpul kini terpaksa terbangun, ia menatap Donghyuck dengan tatapan tajam miliknya. Pikirnya kenapa Donghyuck pakai nangis segala?
"Heh! Tidak usah drama. Bagus kalau dia ingat, kenapa kau jadi menangis?!"
"Dia manis sekali, rasanya sungguhan mau aku jadikan anak saja."
Renjun terkekeh, "kalau begitu menikah dengan Daddynya."
Donghyuck menghentikan tangisnya, lalu menatap sengit sahabatnya itu. "Enak saja! Aku kan mau anaknya saja!"
"MANA BISA BEGITU! Dia kan masih punya orang tua, kau kira dia anak panti apa? Asal mau di angkat jadi anak saja!"
Donghyuck mendengus, ia jadi bimbang sendiri begini, bagaimana caranya agar Alesya benar-benar menjadi anaknya?
"Tapi kan ada tuh, asal daddy nya Ale mengizinkan."
"Iya kalau dia mengizinkan, kalau tidak? Kurasa Daddy nya Alesya pilih-pilih juga. Kalau anaknya di angkat oleh orang seperti mu mungkin anaknya akan jadi barongsai setelah ini!"
"SIALAN KAU HUANG RENJUN!"
Renjun hanya terkekeh, "sudah, hal yang paling benar adalah nikahi daddy nya. Kau tidak akan repot-repot mengangkat Alesya sebagai anak, karena setelah kau menikah dengan daddy nya maka Alesya akan benar-benar menjadi anak mu, ya meskipun anak tiri sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀɴᴀᴅᴀ ɪɴ ʟᴏᴠᴇ <ᴍᴀʀᴋʜʏᴜᴄᴋ>
FanfictionDia, laki-laki yang hanya ingin tinggal di negara impiannya dengan tenang. Namun, siapa sangka bahwa dia juga mencintai salah satu penduduknya. Love his country, but also find his love story. 𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 [𝐌𝐚𝐫𝐤 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐢𝐬 𝐃𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐞...