3

286 52 3
                                    

Rosie mematut tubuhnya di cermin. Kegugupannya lebih daripada saat ia mengikrarkan janji setia sehidup semati di atas altar. Pernikahan hanyalah awal, pada akhirnya ada tugas lain yang harus Rosie selesaikan. Putra mahkota.

Bibir Rosie perih setelah sekian kali memulas dan menghapus lipgloss bening di atas kulit bibirnya. Ia tidak ingin terlihat berusaha, harga dirinya terlalu tinggi.

Dengan penuh hati-hati Rosie berjalan keluar. Kancing  piyamanya ia biarkan terbuka satu karena memakai lingerie terlalu menegaskan keinginannya, bagaimanapun ia adalah perawan yang menyedihkan.

Loey tidak pernah lepas dari layar tabletnya, garis hijau dan merah bergerak naik turun. Rosie menarik napas dalam-dalam, ini adalah malam kedua. Malam pertama berlalu tanpa kejadian apapun. Keduanya terlalu lelah secara fisik dan mental. Rosie bahkan tidak lagi penasaran dengan akhir hubungan Loey dan Windy, Loey terlalu jujur dengan perasaannya. Patah hati.

Ranjang bergerak pelan, Rosie bergerak seminimal mungkin. Wajahnya merona bahkan tanpa ulasan pemerah pipi.

"Kamu bisa tidur lebih dulu kalau sudah mengantuk," Rosie tidak bodoh, jelas ini adalah penolakan yang keras.

"Aku belum mengantuk," kata Rosie pelan, ia berharap Loey akan menatapnya.

"Apa kamu memang suka tidur dengan memakai parfum?" tanya Loey tanpa melepaskan pandangannya dari layar.

"Biasanya aku tidak," Rosie menggigit bibirnya, ia seharusnya lebih berani. Ibu mertuanya menaruh harapan besar kepadanya.

Kata-kata Loey di awal pertemuan mereka mengalun bagai kaset kusut di telinga Rosie, gadis itu menggeleng. Ia meyakinkan dirinya untuk tidak patah semangat. Ia tidak mengharapkan cinta Loey, ia hanya membutuhkan tubuh Loey untuk memenuhi harapan keluarganya. Seks dapat dilakukan tanpa cinta, setahu Rosie begitu.

"Aku tidak melakukan hal seperti itu dengan orang yang tidak kucintai," jantung Rosie mencelos. Penolakan Loey semakin jelas dan harga diri Rosie tidak cukup rendah untuk berani menembus batas. Ia menarik selimutnya, "selamat malam, Loey."

Mask for Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang