8

303 45 0
                                    

Tidak ada ucapan selamat malam atau selamat tidur seperti yang biasa Rosie ucapkan sebelum tidur. Loey tidur menyamping, membelakangi dirinya. Tak ada sepatah kata pun sejak saat itu, hanya keheningan dan rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh Rosie.

"Rosie?"

Listrik bertegangan tinggi seolah menyengat seluruh tubuh Rosie saat Loey menyebut namanya.

"Ya?" Rosie menjawab dengan gugup.

"Apa aku-," ragu-ragu Loey memulai kalimatnya, menghela napas dengan gugup dan kemudian melanjutkan kalimatnya, "apakah aku menyakitimu?"

Rosie menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya terasa sakit dan memar-memar di sekitar lehernya mungkin tidak akan hilang besok pagi tapi ia merasa lebih baik, bahkan terbaik jika dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya.

"Aku baik-baik saja Loey," sakit di tubuhnya sekarang tidak berarti jika dibandingkan rasa sakit di hatinya saat dulu Loey menolaknya.

"Selamat malam," kata Loey.

"Ya, selamat malam."

Di pagi hari Rosie menatap dirinya di cermin. Sesuai dugaannya, bercak ungu di sekitar leher tempat dimana Loey menciumnya, menggigitnya dan mengklaimnya tidak memudar sedikitpun. Rosie resah, ia tidak mungkin membatalkan janjinya dengan Lili.

Mengenakan pakaian berkerah tinggi mungkin akan membantunya menutup bekas kejadian tadi malam tapi ingatannya akan sentuhan Loey, ciuman Loey dan suara paraunya saat menyebut namanya berkali-kali jelas tidak akan memudar. Tubuhnya merinding sepenuhnya.

Saat keluar dari kamar mandi Rosie melihat Loey masih tidur. Selimut masih menutupi tubuh suaminya secara penuh. Rosie tersenyum miris sebelum ia meraih tasnya dan pergi ke luar kamar. Secara keseluruhan, apa yang terjadi semalam tampaknya tidak akan mengubah apapun. Loey mungkin hanya mabuk, pikir Rosie.

Mask for Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang