6

302 56 2
                                    

"Jam berapa kamu pulang malam ini?"
 
"Mungkin agak terlambat, kenapa?" Loey merapikan jasnya di depan cermin.

"Tidak ada apa-apa, hanya bertanya," Rosie menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri. Wajahnya sedih, Loey bahkan tidak ingat hari peringatan satu tahun pernikahan mereka.
 
Tidak ada yang perlu dirayakan mengingat pernikahan mereka hanyalah hubungan di atas kertas namun alangkah baiknya jika mereka bisa pergi untuk makan malam bersama.

Hari yang sangat buruk, Rosie merebahkan tubuhnya di atas sofa sejak Loey pergi untuk bekerja. Ponselnya penuh dengan pesan ucapan selamat namun Rosie memilih untuk mengabaikannya hingga kemudian bel pintunya berbunyi.

"Sean?"

"Halo kakak ipar."

Rosie tersenyum hambar, di hari seperti ini kedatangan Sean tergolong sangat acak.

"Loey tidak di rumah," Rosie menyeduh teh chamomile untuk Sean.

"Aku tahu, dia benar-benar suami yang sangat buruk."

Rosie tercekat mendengar perkataan Sean, mungkin Sean tahu bahwa hari ini adalah hari peringatan satu tahun pernikahannya.

"Dia seharusnya bersamamu seharian bukan?"

"Loey sibuk," Rosie menyuguhkan cangkir keramiknya, "aku tidak apa-apa."

Sean mengangguk, matanya mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Sebuah foto pernikahan tergantung rapi di tengah ruangan.

"Sepertinya kamu tidak senang,"

"Itu-" awalnya Rosie terganggu dengan pertanyaan lugas adik iparnya tersebut meski kenyataannya memang benar bahwa Rosie tidak senang. Ia tidak puas dengan pernikahannya tapi apa hak Sean untuk mengatakan hal itu kepadanya.

Kemudian Rosie merenung. Sean tahu bahwa dugaannya benar dan Rosie merasa bahwa Sean tahu perasaannya. Berpura-pura tidak dan bersikeras bahwa dia bahagia akan terasa sangat menyedihkan.

Sean tiba-tiba membuat gerakan spontan dengan membungkuk sedikit lebih dekat ke arah Rosie, dengan lembut ia meletakkan tangannya di lutut Rosie dan tatapannya terkunci pada kakak iparnya tersebut.

Jantung Rosie melompat ke perut, mulutnya kering saat Sean semakin mendekat, terlalu dekat hingga Rosie dapat menghitung berapa jumlah bulu mata Sean.

"Aku pikir kamu harus membuat rencana kalau kamu tidak ingin berakhir menyedihkan."

Rosie tergagap mendengar suara pintu dibuka. Jantungnya semakin anjlok ke lutut saat mendapati Loey tengah berdiri di ujung lorong, menatapnya dengan tatapan tidak suka.
 
"Kamu pulang lebih awal?" Rosie menyapanya.

"Kenapa kamu di sini?" tatapan Loey tertuju pada Sean.

"Aku datang untuk menghibur kakak iparku," Sean berdiri dan kemudian menghabiskan tehnya dengan cepat, pergi tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.

Saat Rosie kembali ke ruang tamu setelah mengantar Sean, Loey berdiri di sebelah meja makan.

"Tidak ada makan malam?"

Rosie tidak berpikir Loey akan pulang cepat, bahkan biasanya pria itu melewatkan waktu makan malam mereka.

"Maaf, aku pikir kamu tidak makan di rumah malam ini jadi-"

"Jadi karena kamu berpikir aku tidak pernah makan malam di rumah maka tidak apa-apa bagimu untuk mengundang pria lain ke rumah kan?"

"Loey bukan itu yang-,"

"Aku tidak bodoh Rosie," tatapan mata Loey yang kaku membuat Rosie tidak nyaman, ia takut menatap suaminya, "jangan bohong."

"Sean datang untuk mampir, aku juga tidak tahu kenapa dia-"

"Aku bilang, jangan bohong," Loey meninggikan suaranya. Tangannya menggebrak meja.
 
Rosie menarik napasnya, kekesalannya selama seharian ia tumpahkan begitu saja, "memangnya kamu peduli?" Rosie bertanya, wajahnya frustasi, "bahkan mungkin jika aku berselingkuh sekalipun kamu tidak akan peduli, iya kan?"

"Jangan bodoh, Rosie," Loey semakin meninggikan suaranya, "Sean adalah adikku, kamu tidak bisa melakukan itu dengannya."

"Jadi jika dia bukan adikmu maka tidak apa-apa?"

♡♡♡

Malam itu Rosie memutuskan untuk pindah ke kamar tamu. Sikap diam Loey menimbulkan kerusakan pada hati dan pikirannya. Ia tidak pernah menyangka kehidupan pernikahannya akan benar-benar seperti di neraka.

Seharusnya Rosie sudah bisa menebak respon Loey. Pria itu dingin dan mungkin tidak peduli. Tidak ada harapan.

Jadi apakah strategiku berhasil?

Sebuah pesan masuk dari Sean, sang akar dari permasalahan.

Rosie tidak menghiraukan pesan Sean. Entah apapun yang Sean lakukan ia tidak peduli. Pria itu terlalu ikut campur.

Dari responmu sepertinya aku tidak berhasil. Apa aku perlu berbuat lebih?

Mask for Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang