Rosie melangkah mundur saat matanya menangkap sosok Loey yang baru saja turun dari mobilnya. Ia mengenakan kaos santai dengan bungkusan tas kertas di tangannya.
"Kamu mau kemana?" tanya Loey pada Rosie.
Jeffrey mengerjapkan kelopak matanya dengan gerakan yang sangat pelan. Otak cerdasnya tengah menyusun potongan puzzle yang sebelumnya tidak ia sadari.
Cukup lama hening setelah pindah dari halaman depan rumah ke ruang tamu, akhirnya Loey memulai pembicaraan, "semalam kamu mabuk berat dan karena aku tidak ingin membangunkanmu jadi terpaksa aku membiarkanmu tidur di sofa," Rosie menggigit bibir bawahnya dan melalui sudut matanya ia menangkap tumpukan selimut yang anehnya tidak ia sadari keberadaannya, mungkin tadi pagi ia terlalu sibuk merasa tersakiti hingga tak menyadari bahwa seseorang pasti menyelimuti tubuhnya semalam.
"Jadi ini hanya salah paham saja?" tanya Jeffrey dengan wajah super kesal. Bukan apa-apa, hari ini adalah hari libur yang ia ambil khusus untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya tapi terpaksa harus ia korbankan karena kekonyolan 'belahan jiwa'nya.
"Jadi kamu pulang tadi malam?" tanya Rosie tanpa menghiraukan keberadaan Jeffrey dan pria itu merasa akan semakin terlihat bodoh kalau berada lebih lama lagi diantara Rosie dan Loey sehingga ia pun berpamitan meski sadar bahwa kepergiannya tidak akan menarik perhatian satu orang pun di ruangan itu.
"Dimana Windy?" Rosie bertanya, kebingungan menyeruak dengan sangat jelas.
"Dia pergi," anehnya tidak ada kesedihan dalam suara Loey, tidak ada sedikitpun, "aku memintanya pergi dan sepertinya dia akan menurut kali ini."
Dahi Rosie mengernyit, "kali ini?"
"Iya, kali ini," Loey memindahkan tubuhnya ke dekat Rosie dan meraih tangan Rosie, "maaf, sejak awal seharusnya aku jujur padamu."
"Tentang?"
Loey merenung dan setelah yakin dengan jawabannya ia pun berkata, "sebelumnya aku memang masih menghubunginya tapi bukan untuk kembali padanya, aku memintanya pergi."
Rosie masih menatap Loey yang tengah bermain-main dengan tangannya, "aku tidak tahu sejak kapan tapi aku sepertinya menyukaimu, Rosie.
"Kenapa?"
"Karena kamu berbeda denganku," Loey menangkup tangan Rosie dengan kedua tangannya, "aku dingin tapi kamu tetap hangat kepadaku, karena itulah aku marah saat Sean berusaha merebutmu dariku."
"Sean tidak pernah bermaksud untuk-"
"Aku tahu," Loey menyela kata-kata Rosie, "aku tahu dia hanya memprovokasiku, anak itu memang terkadang suka ikut campur."
"Jadi apa artinya?" Rosie tidak sedang kesulitan untuk mencerna keadaannya hanya saja ia ingin memastikannya, ia lelah hidup dalam keabu-abuan yang selama ini Loey ciptakan.
"Artinya aku ingin kamu terus berada di sisiku," hanya itu yang Loey katakan tapi efeknya seperti sebuah petir di hati Rosie, "aku mencintaimu, Rosie."
Pernyataan Loey sudah lebih dari cukup. Rosie selalu ingin mendengarnya dari Loey dan ia pun membiarkan tubuh dan hatinya jatuh ke dalam pelukan Loey. Ia membenamkan wajahnya di dada Loey yang kini memeluknya dengan sangat erat dan ketika keadaan sudah cukup tenang dan nyaman, Loey melepaskan pelukannya. Menatap Rosie dari jarak yang sangat dekat dan dengan kesadaran penuh.
"Aku mencintaimu, Rosie dan maaf karena membuatmu menungguku terlalu lama."Hati Rosie tidak pernah lebih hangat daripada ini. Hidupnya seolah dipenuhi dengan luapan kegembiraan.
"Aku tahu kamu mencintaiku bahkan saat aku sangat membencimu dan sekarang biarkan aku yang mencintaimu."
Rosie menangis, ia tidak peduli dengan pendapat Loey tentang bagaimana penampilannya sekarang yang jelas ia bahagia."Dan jika kamu mengijinkanku," Loey melanjutkan kata-katanya dan ia mengangkat dagu Rosie, "jika kamu mengijinkanku, aku ingin menghabiskan sisa waktu di hidupku untuk membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh."
Rosie menatap ke bawah, dimana Loey tengah berlutut di hadapannya dengan tangan menggenggam erat tangan Rosie, "jadi maukah kamu?"
"Ya," Rosie menghela nafas, hanya itu yang bisa dia lakukan karena kata-kata yang akan ia ucapkan menguap begitu saja.Dan kemudian, ciuman setelah janji yang sungguh-sungguh Loey ikrarkan pun terjadi. Ciuman yang diselimuti oleh kehangatan dan kasih sayang. Ciuman dari hati mereka yang paling dalam.
"Mmmh," Loey melepaskan tubuh Rosie dari pelukannya, menatapnya dengan napas tersengal-sengal, "kamu ingin melanjutkannya di sini atau di kamar?"
Rosie memukul dada suaminya dengan sayang dan kemudian tawa keduanya pecah, menggema ke seluruh rumah. Loey adalah sesuatu yang ia mulai dengan salah namun ia tak pernah menyesalinya dan seperti yang ibunya selalu katakan, pelangi akan datang setelah hujan tidak peduli sebesar apapun hujannya.
❤ The End ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask for Us ✔
FanfictionSebuah kisah cinta antara Rosie dan Loey yang diawali dengan perjodohan kedua orang tua mereka