"EME!"
Suara teriakkan itu berasal dari pintu ruang kerja Emily yang terbuka dengan cara kasar. Selanjutnya, derap langkah cepat hingga menimbulkan bunyi berisik yang dihasilkan oleh ketukan stileto dan lantai berbahan keramik, membuat semua pasang mata yang berada dalam ruangan tersebut menoleh bersamaan.
Seorang wanita yang berhasil mengambil alih atensi para karyawan di bagian Grapihc Design, berdiri di depan kubikel Emily dengan sebelah tangan bertumpu pada perpotongan pinggangnya. Sementara itu, tangan lain baru saja mengibaskan rambut berwarna tembaga yang terlihat berkilauan.
"Kyle, ada apa?"
Dengan kaca mata minus yang bertengger di hidung bangirnya, Emily bangun dari kursi. Menyambut kemarahan wanita yang menjadi Manager Marketing di tempatnya bekerja dengan raut wajah kebingungan.
"Ada apa kaubilang?!" Menarik napas panjang, Kyle menyugarkan rambut panjangnya sembari menekan sebentar puncak kepala yang rasanya seperti mengeluarkan asap putih. "Kaubilang sudah mengerjakan desain buku paket! Lalu mengirim pada Mr. Pick setelah merevisi bagian yang tak diinginkan! Lalu kenapa Mr. Pick masih menagihnya padaku?! Kau tahu, dia memarahiku karena dianggap tak becus menerima pekerjaan kecil seperti ini!" jedanya kembali menarik napas "Emily Theodor, katakan kalau kau tak melakukan kesalahan lagi!" Kyle masih dengan emosi yang meledak-ledak.
Emily hanya menelan salivanya susah payah sebelum membela diri. Melirik sebentar temannya yang begitu fokus menatap layar komputer meski ia tahu kalau mereka sedang merasa gugup dengan kedatangan wanita di depannya.
"Aku sudah mengirimnya semalam, Kyle. Mr. Pick mungkin belum membuka email yang kukirim." Menekan-nekan pen dalam genggaman, Emily berdeham sebentar. "Aku benar-benar sudah mengirimnya," katanya dengan penuh keyakinan.
Kyle sepertinya tak langsung percaya begitu saja. Oh, astaga! Wanita berusia 40 tahun itu lebih menyeramkan ketika memicingkan mata dengan wajah yang mendekat ke arah korbannya, bahkan lebih seram dari pada Lord Voldemort saat membunuh ayah kandungnya sendiri.
"Mr. Pick tak menerima email apa pun sampai tadi pagi, Eme! Kau yakin tak mengirim desainmu ke email orang lain?" Kyle setengah mendesis dan menekan setiap kata yang ia keluarkan.
Sementara itu, Emily yang memundurkan wajah sedang mengernyit memikirkan sesuatu. Semalam ia benar-benar memastikan kalau hasil desain cover buku paket sekolah dikirim pada alamat email si pemesan untuk meminta persetujuan. "Aku yakin sudah mengirimnya, Kyle," katanya mulai ragu.
Masih memicingkan mata kucingnya yang dipoles eyeshadow berwarna merah marun bercampur violet, Kyle memundurkan wajahnya yang sedari tadi terus mencondong ke arah Emily. "Periksa kontak keluarmu, Eme! Otak kecilmu terkadang tak seberlian tangan ajaibmu!"
Mengangguk cepat, Emily tak peduli dengan ejekan wanita yang terkadang bisa heboh saat ada orang membicarakan kerutan halus di sudut matanya. Membuka halaman email melalui komputer di depannya, Emily kemudian meringis saat mendapati kesalahan pengiriman dalam kontak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maxim & Emily ✔️
Ficțiune generalăNote :🔞 CHAPTER LENGKAP! Terbangun di pagi hari bersama pria tak dikenal dengan keadaan setengah telanjang. Wanita mana yang tak terkejut saat mengalaminya? Sialnya, Emily mengalami semuanya. Pergi ke sebuah bar berniat untuk melepas mas...