BAB 18

1K 165 66
                                    

Silakan tandai tipo yang mengganggu🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silakan tandai tipo yang mengganggu🙂

*
*
*

"Benar. Aku korbanmu, Eme. Kau harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab?" Emily mulai panik.

Tak lama Albern datang setelah membuat minuman. Emily kembali meraih gelasnya dan meminumnya dengan sedikit ragu. Harusnya ia tak terkejut saat Max mengatakan hal itu, mengingat terbangun dalam keadaan memalukan bersamanya dan ... oh, astaga! Bagaimana bisa menjadi memalukan seperti ini?

Emily melirik Albern yang sedang memeriksa ponsel dan mencuri pandangan pada Max yang masih tersenyum dengan lesung pipi sialannya! Emily ingin menciut dan menjadi sekecil mungkin agar dua pria ini tak bisa melihatnya.

Mulai sekarang Emily membenci alkohol. Di masa depan, mungkin jika mabuk ia akan mencium seluruh pria di Kota Las Vegas dan wajahnya akan ada di halaman terdepan dalam surat kabar dengan judul Si Gadis Pencium Yang Gila.

Membayangkannya saja membuat Emily mual.

Wanita itu berdeham halus. "Aku minta maaf untuk itu. Kalian pasti ...," cicitnya sambil menatap gelas langsing di depannya dengan penuh sesal.

Max mengernyit. Tak menyangka jika Emily terlihat menyesal dengan hal itu, padahal ia hanya berniat menggoda. Apa Emily memang mudah terpengaruh seperti itu? pikirnya.

"Hei, kau minta maaf untuk apa?" Albern meletakkan ponselnya. "Kalian sedang membicarakan kejadian malam itu?"

Sepertinya perasaan Emily sedikit sensitif, ia mengangguk pelan. "Aku tak ingat bagaimana cara ...." Menjeda ucapannya, Emily berdeham lagi. "... mencium kalian, tetapi itu kesalahan yang sepertinya harus dimaklumi."

Albern tertawa kecil dan menepuk pelan bahu wanita itu dari seberang meja. "Tak apa, Emily. Bahkan jika kau menganggap itu sebuah kesalahan, maka lakukan seratus kesalahan yang sama padaku. Aku tak ... ah! Baiklah, aku memaafkanmu dengan tulus. Itu sama sekali tak menyakiti meskipun gigiku hampir patah saat kau menciumku," katanya lalu meringis melihat tatapan tak bersahabat Max saat ia bicara tentang seratus kesalahan.

"Astaga, aku tak menyangka seburuk itu." Emily menunduk merasa bersalah.

Setelah beberapa saat, suara musik mulai terdengar. Seorang wanita tinggi yang mengisi mini stage mulai menyanyikan lagu ballad, begitu serasi dengan keadaan bar yang tak cukup terang. Max menyentuh tangan Emily, membuat wanita yang mulai menikmati musik sedikit terkesiap.

"Mau ikut denganku?" ajaknya lembut.

Pelanggan sudah mulai berdatangan. Lima meja bar yang berbentuk lingkaran dan persegi sudah di penuhi pengunjung. Suasana mulai berisik saat musik berganti dengan genre beat.

Maxim & Emily ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang