Steve.
Ada yang ingin aku jelaskan padamu, Eme.Steve.
Aku tahu kau masih marah.Steve.
Emily? Aku benar-benar ingin bertemu.Emily hanya membalas rentetan pesan itu dengan helaan napas kasar. Ia mengenal Steve jauh sebelum ia bertemu Evelyn. Steve memiliki empat orang adik. Satu orang perempuan dan sisanya laki-laki. Ia pria baik, manis, dan memiliki sikap penyayang.
Saat berusia tujuh tahun, Emily dan ibunya pulang ke Las Vegas. Steve menjadi teman pertama masa kecil Emily. Pria itu berusia 9 tahun saat untuk pertama kalinya berkunjung ke kebun belakang rumah Emily sambil membawa Eisy--adik perempuannya yang berusia 1 tahun setengah.
Karena Eisy masih terlalu kecil untuk diajak bermain dan tiga adik laki-laki Steve tak mau berteman dengan anak perempuan, Emily lebih mudah akrab dengan Steve yang memiliki sikap lembut dan pengertian.
Saat masuk ke bangku sekolah dasar, Steve seperti seorang kakak laki-laki. Melindungi, menyayangi, dan terkadang meminta uang pada Emily. Ia tak memiliki saudara lain di Las Vegas, jadi Emily tak tahu apa meminta uang pada adik perempuan itu hal yang wajar? Namun, Emily tak keberatan. Bahkan ia selalu merengek pada ibunya agar dibuatkan dua bekal ke sekolah karena Steve jarang membawa bekal apalagi uang jajan.
"Melamun lagi?"
Tersentak dengan suara wanita yang saat ini menggulung rambutnya dengan roll, Emily menyengir saat Evelyn menatapnya penuh selidik.
"Masih tentang si Berengsek?" Evelyn ikut duduk di kursi balkon bersama Emily pagi itu. "Dia bahkan tak mengabarimu sejak malam itu, Eme. Aku yakin dia takut kau mengambil mobil barunya."
Emily sengaja tak memberi tahu prihal ajakan Steve yang ingin bertemu. Rasa sakit hati karena diselingkuhi mungkin sudah reda, tetapi kekecewaan yang menyelubungi masih sangat terasa. Steve yang ia kenal bukan pria licik seperti itu. Ia tahu, dulu ekonomi keluarga Steve sangat sulit di tambah memiliki banyak anggota keluarga sebelum pria itu menjadi seorang model ternama.
Namun, sungguh! Emily tak apa saat pria itu meminta bantuan berupa uang. Jika ia punya pasti diberi, tetapi mengapa harus dengan cara seperti ini? Memanfaatkan kebaikannya yang tulus.
Emily tersenyum getir. Di saat seperti ini ia merindukan sosok Steve yang menunggunya di gerbang sekolah untuk pulang bersama. "Aku hanya sedikit kecewa."
Evelyn berdecak. "Sudahlah!" Ia tahu Emily hanya merasa kehilangan seorang kakak dan sahabat masa kecil, bukan patah hati karena kehilangan kekasih. "Bagaimana perkembangan kabar dari Mr. Smith? Dia sudah menghubungimu?"
Raut wajah sedih Emily langsung menjadi riang. Semudah mengedipkan kelopak mata untuk merubah mood wanita itu. "Mr. Smith ingin bertemu denganku, Eve!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maxim & Emily ✔️
Narrativa generaleNote :🔞 CHAPTER LENGKAP! Terbangun di pagi hari bersama pria tak dikenal dengan keadaan setengah telanjang. Wanita mana yang tak terkejut saat mengalaminya? Sialnya, Emily mengalami semuanya. Pergi ke sebuah bar berniat untuk melepas mas...