Bagian 1

439 118 10
                                    

Disclaimer © Nettflix, Kim Bada, dan Kim Jin Min.


Mendekati hari perayaan tahun baru, kota besar Seoul justru tengah dilanda badai salju. Angin yang kencang dan salju yang menumpuk di jalanan membuat kendaraan sukar melewatinya. Para pengendara harus memusatkan perhatian mereka dengan baik agar mereka dapat mengendalikan laju kendaraan yang ditumpanginya.

Choi Mujin, pria dewasa yang merangkap sebagai pemilik kasino terbesar di Seoul barusaja pulang dari tempat ia meraup uang, dan dia harus rela ikut terjebak di tengah badai.

Mobil yang dikendarai Taeju terhenti di pertengahan hutan pinus, dimana itu merupakan satu-satunya jalan menuju kastil mewahnya yang berada di ujung sana.

Pria itu berdecak pelan, sudah lebih dari 15 menit ia berada di dalam mobil. Udara dingin menembus hingga ke dalam, membuatnya sedikit kedinginan.

"Tuan, bagaimana ini?" Tanya Taeju.
Mujin terdiam, kedua obsidian hitamnya menatap lurus ke depan. Ada sebatang pohon berukuran sedang melintang di sana, dan menghalangi jalan.
Jika saja tidak sedang hujan salju, sudah dipastikan dirinya akan turun langsung untuk menyingkirkan pohon tersebut.

"Kita tunggu saja sampai badai reda." Jawab Mujin dengan sedikit tidak yakin.
Taeju pun hanya mampu mengangguk tipis, lagi pula dirinya juga dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa.
Dari pada dirinya memaksakan diri untuk keluar dan berakhir mati kedinginan, lebih baik ia mengikuti saran Mujin. Meski mereka sendiri pun tidak yakin sampai kapan badai akan berakhir.

Mujin menatap sekelilingnya, ia menatap langit yang hampir gelap, akan cukup berbahaya jika dirinya masih berada di sini. Saat kedua matanya memandang jejeran pohon pinus, ia tidak sengaja melihat seekor kucing yang juga ikut terjebak di atas tumpukan salju.

Kedua mata kucing itu berwarna coklat indah, sedangkan bulunya Mujin belum tahu karena salju hampir menutupi tubuh kucing tersebut. Ia ingin mengabaikan keberadaan kucing itu, namun kedua mata coklat sang kucing menatapnya dengan penuh harap.

"Taeju! Bisakah kau keluar sebentar? Tolong bawa masuk kucing yang ada disana!" Ujar Mujin membuat Taeju terkejut. Lelaki itu pun segera menoleh kan kepalanya guna mencari sosok keberadaan kucing yang dimaksud tuannya.

"Haruskah kita membawanya? Tapi di luar sangat dingin." Balas Taeju sedikit ragu. Mujin mendengkus pelan, tanpa memikirkan penolakan Taeju secara halus, dirinya pun membuka pintu mobil dan segera berjalan tergesa-gesa ke tempat si kucing tertimbun. Mujin mengangkat Kucing itu dan segera berlari kembali memasuki mobil.

Parah! Di luar dingin sekali.

Taeju menatap Mujin panik, tuannya itu kini sudah dipenuhi butiran salju yang menempel di jas dan rambutnya.
Mujin membuka jas nya, lalu membungkus kucing yang baru saja ia temukan itu dengan penuh perhatian.

"Kau aman sekarang, Kucing manis." Ucapnya pelan. Taeju hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir, ia tahu jika Mujin pecinta hewan. Tapi biasanya pria itu hanya memelihara hewan-hewan buas, bukan makhluk putih kecil dan lucu seperti kucing.

Aneh sekali membayangkan pria dengan imej gahar namun peliharaan nya justru seekor kucing.
"Tuan, anda yakin akan membawanya ke kastil?" Tanya Taeju memastikan.
Mujin bungkam beberapa saat, kedua mata hitamnya menatap lekat-lekat kucing dengan bulu seputih salju itu, ada getaran aneh yang menyusup pada jantungnya.

Dan hal itu menciptakan rasa iba dalam diri Mujin.
"Ya, aku akan membawanya."
Ucap Mujin dengan yakin. Ucapannya tatkal sebuah mantra, setelah Mujin mengucapkan kalimat tersebut, dengan begitu mengejutkan badai salju pun berhenti, dan langit kembali cerah bagai berada di musim panas.

Mujin dan Taeju sama-sama melihat ke atas, mereka juga bingung kenapa perubahan cuaca begitu ekstrem seperti itu. Namun keanehan dan kebingungan mereka teralihkan dengan suara kucing yang ada di samping Mujin.
Pria itu tersenyum tipis, lalu dirinya mulai memangku si kucing dan mengelus kepalanya. Kucing itu terlihat nyaman berada dalam pangkuan Mujin.

Taeju mengabaikan keanehan sekitar dan segera keluar untuk menyingkirkan pohon yang melintang menghalangi jalan. Lalu setelah selesai, dirinya pun kembali melajukan mobilnya menuju kastil milik Mujin.

**

Mujin membangun kastil berada di ujung hutan pinus bukan tanpa alasan. Selain ia ingin mendapat ketenangan dari dunia luar, ia juga ingin menyamarkan keberadaan dirinya sebagai salah satu yang menggeluti bisnis haram.
Kastil miliknya mungkin tidak terlalu besar, namun bangunan itu tinggi dengan style kuno seperti rumah para the witch di masa lampau. Auranya begitu kelam dan kuat seperti sang pemilik kastil.

Choi Mujin memasuki kastil nya dengan membawa kucing dalam gendongannya, hal itu cukup menarik perhatian beberapa maid di sana. Sebenarnya di halaman belakang kastil, Mujin juga memiliki beberapa ekor hewan peliharaan seperti anjing, burung camar, ular, dan macan. Dan ini pertama kali dalam hidupnya ia membawa seekor makhluk lucu nan menggemaskan seperti kucing.

"Tolong bersihkan kucing ini." Mujin memberikan kucing tersebut pada salah satu maid nya. Sang kucing yang tadinya bergelung manja dalam gendong Mujin, seketika menggeliat seolah kehilangan rasa nyaman nya.

Setelah menyerahkan nya, Mujin pun bergegas menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamar miliknya berada. Bagaimana pun dirinya butuh mandi, bukan?

Setelah kurang lebih setengah jam berlalu, Mujin telah kembali dengan pakaian santai nya. Ia hanya mengenakan kaos berwarna abu-abu dann celana pendek yang menunjang penampilannya menjadi lebih muda.

Ia berjalan menuju bagian belakang kastil, karena di sana lah para hewan peliharaan nya dirawat.
Baru juga dirinya mencapai ruang tengah,  teriakan para maid dan beberapa penjaga kastil terdengar nyaring. Mujin bergegas ke belakang karena takut salah satu hewan peliharaan nya yang buas sedikit berulah. Meski mereka di tempatkan di kandang yang memiliki tingkat keamanan tinggi, tetap saja amukan hewan buas dapat menciptakan kengerian.

"Ada apa ini?" kedua obsidian nya melotot memperhatikan ruang santai yang berada di belakang kastil berubah menjadi berantakan. Di sana ada dua orang maid yang tengah mencoba menangkap kucing yang berlarian kesana-kemari.

Salah satu maid mendekati Mujin dengan nafas terengah, "Tuan, kucing itu menolak untuk dimandikan." Lapornya yang membuat Mujin berdecak pelan.

Mujin mendekatkan diri untuk menghampiri kucing yang kini tengah berada di atas lemari kaca. Ia terheran-heran, bagaimana bisa kucing itu berada di atas sana?

"Hei, turun kemari!" Titah Mujin dengan tenang, kucing itu terlihat merespon, dia mendekat ke ujung lemari. Mujin tersenyum tipis, "Ayo melompat! Aku akan menangkapmu dari sini." Ujarnya lagi. Dan tanpa diduga kucing itu benar-benar melompat ke arah Mujin, pria itu dengan sigap menangkapnya sambil terkekeh pelan.
"Dasar kucing nakal!" Ujarnya gemas sambil mengelus kepala kucing tersebut.

Dan pada akhirnya, Kucing tersebut dimandikan oleh Mujin. Meski sedikit melakukan perlawanan, namun tidak separah yang diberikan pada para maid.
Pria itu dengan telaten memandikannnya, ia juga dengan sabar mengeringkan bulu-bulu lebat sang kucing. Hingga kini kucing tersebut benar-benar memperlihatkan aura cantiknya yang terpancar lewat bulu-bulu seputih salju.

.

Matahari kini benar-benar kembali ke peraduannya, dan langit mulai berganti menjadi gelap. Mujin kembali ke kamarnya untuk beristirahat, namun ternyata si kucing mengikuti pria itu hingga ke ranjang besarnya.

Mujin tersenyum tipis dan menggapai kucing putih itu, "Kau mau tidur denganku? Boleh saja, tapi jangan mengotorinya, oke?!" Ujarnya lalu mulai membaringkan tubuhnya yang lelah.

Dengkuran halus mulai terdengar, dan Mujin bisa dipastikan telah menjemput alam mimpi nya. Si kucing menggeliat pelan, dan mencoba untuk melepaskan diri dari dekapan tuannya. Dan berhasil.
Tiba-tiba sebuah cahaya magenta berpendar dan mengelilingi kucing tersebut, lalu merubahnya menjadi sosok wanita cantik tanpa busana.

Kedua mata cokelat nya menatap lucu pada pria yang tengah tertidur di depannya. Ia mendekati wajah sang pria dan mengendusnya perlahan. Seketika senyum simpul muncul di wajahnya yang jelita, "Master!" Ucapnya dengan nada lucu.

**

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang