Bagian 5

235 113 43
                                    

Isekai (bahasa Jepang: 異世界, terj. "dunia berbeda" atau "dunia lain") adalah subaliran dari novel ringan, manga, anime, dan permainan video Jepang.







Pagi tadi sekali, Mujin mendapatkan panggilan telepon dari pihak Kasino miliknya, mereka mengabarkan ada seorang pengusaha dari Yokohama ingin menawarkan kerja sama. Mujin yang mendengar itu tentu saja senang, hal itu bisa semakin memperluas bisnisnya ke berbagai negara di Asia.

Ia berjalan dengan tergesa saat menuruni anak tangga, Taeju sudah menunggu nya di bawah. Di ruang makan Jiwoo sudah duduk anteng sambil memakan unagi panggang, gadis itu sudah bisa menggunakan garpu dan semua itu diajarkan dengan baik oleh Alice.

"Neko-chan sedang apa?" Tanya Mujin setengah bercanda. Jiwoo menatapnya garang, dirinya masih marah pada tuannya karena pria itu tidak lagi memperbolehkan Jiwoo untuk tidur di kamarnya. "Jiwoo masih marah." Jawabnya dingin.
Mujin tersenyum tipis, ia beranjak dari tempatnya sambil mengacak-acak rambut Jiwoo
"Alice!" Teriak Mujin memanggil maid centil nya itu. Alice datang dari arah belakang dengan tergopoh-gopoh.
"Ya, ada apa Tuan?" Tanya wanita dengan rambut pirang itu.
"Tolong jaga Jiwoo, aku mungkin akan pulang malam." Titahnya sambil menguyel-uyel pipi Jiwoo. Alice yang melihat itu langsung bersemu merah, ia membayangkan jika dirinya berada di posisi Jiwoo, ia pasti sudah kejang-kejang.
"Hey, dengar tidak?!" Bentak Mujin garang pada Alice, wanita itu tersentak kaget namun detik berikutnya ia tersenyum kikuk. "Iya, Tuan. Saya mengerti." Jawabnya. Mujin mengangguk tipis, kemudian pria itu kembali memusatkan perhatian nya pada si gadis kucing yang masih merajuk.

Aishh, gemas sekali kucing yang satu ini.

"Jiwoo, kau jangan nakal, oke? Kau harus menurut pada Alice, jangan terlalu menyusahkan nya." Ucap nya dengan nada lembut. Jiwoo menghentikan kunyahannya lalu menatap Mujin dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Master, Jiwoo ingin ikut!" Pinta gadis itu setengah merengek. Mujin menggeleng pelan, "Tidak boleh. Di luar sangat dingin, kau tidak akan tahan." Balas Mujin.
Mendengar kata dingin, Jiwoo jadi teringat pada saat dirinya terjebak di badai salju, dan seketika ia pun menggelengkan kepalanya karena takut.
"Bagus! Kau memang gadis pintar. Baiklah, aku pergi dulu!" Pamit nya setelah kembali mengusap kepala Jiwoo.

Jiwoo menatap kepergian Mujin dengan sendu, ia pasti akan kembali kesepian karena tuannya tidak bisa mengajaknya bermain.

Alice yang melihat itu merasa tidak tega, "Hei, Nona. Mau ikut menonton film tidak?" Ajak Alice yang berusaha untuk menghibur Jiwoo.
Gadis itu menatap Alice dengan wajah yang bingung, "Film? Itu apa?" Tanya nya.
Alice berdecak pelan, ia bingung dengan Jiwoo, gadis itu tidak banyak mengetahui hal-hal umum dalam dunia manusia.
Sebenarnya Jiwoo itu manusia di zaman kapan?

"Nanti nona bisa melihatnya sendiri, mau tidak?" Tanya Alice lagi. Dan Jiwoo pun mengangguk cepat karena penasaran.

**
Mujin terdiam memerhatikan sosok pria yang memperkenalkan diri sebagai Juushiro Keisuke, pria itu memiliki penampilan sedikit nyentrik. Rambut hitam sebahu yang melawan arah gravitasi, kulitnya sangat putih dan condong ke pucat. Dari tadi pria itu terus menjilati bibirnya dan menatap Mujin dengan tatapan yang membuatnya tidak nyaman.

Apa dia seorang gay?
Batin Mujin.

"Senang bertemu dengan anda, Tuan Choi." Mujin terkejut mendengar pria itu dapat berbicara bahasa Korea dengan fasih. Keduanya berjabat tangan, dan Keisuke cukup lama menahan tangan Mujin selama berjabatan dengan nya.

Mujin berdehem pelan, ia tersenyum kaku, "Bisa anda lepaskan tangan saya?" Ujarnya pelan namun penuh penekanan.
"Oh? Maaf." Balas Keisuke lalu melepaskan tangan Mujin. Pria itu menarik tangannya lalu mencium aroma Mujin yang menempel di telapak tangannya. Keisuke menyeringai tipis, sedangkan Mujin menatapnya tajam.

"Ah, Aroma ini sangat kusukai." Ujar Keisuke tanpa rasa canggung. Mujin bungkam, ia benar-benar menduga jika pria itu memang ada kelainan.

"Bisakah kita memulai inti pembicaraan? Aku tidak bisa berlama-lama di sini." Ucap Mujin mulai jengah. Keisuke mengangguk tipis, ia membuka kaca mata hitamnya, dan tampaklah sepasang obsidian hitam yang indah dan mengkilap.

"Aku ingin berinvestasi di Kasino milikmu, namun dengan berupa barang." Ujar Keisuke memulai pembicaraan dengan lugas, Mujin ikut tertarik mendengarnya.
"Barang berupa apa? Apapun boleh, tapi tidak dengan Narkoba." Ucap Mujin.

Keisuke terkekeh pelan, "Tentu saja bukan. Barang yang kumaksud adalah Pachinko, aku mendapatkan nya langsung dari Ginka."
Mujin tersenyum remeh," Tapi kami sudah memiliki nya beberapa." Balasnya.

"Tapi ini berbeda, Tuan Choi. Pachinko milik ku sangat istimewa." Ujarnya.
"Di dalamnya sudah diberi sedikit kecurangan. Kita akan untung banyak."

Mujin terdiam, ia menatap lawan bicaranya dengan serius, sepertinya dirinya cukup tergugah untuk mencoba.
"Bagaimana dengan pembagian hasil nya?" Tanya Mujin.

Keisuke kembali tersenyum penuh arti, "60 dan 40 bagaimana?" Tanya nya.
Mujin terdiam kembali, ia mencoba berpikir apakah ia harus menerima tawaran pria itu atau tidak? Namun Sejujurnya ia sangat tertarik, tapi entah kenapa ada sedikit keraguan dari hatinya tentang Keisuke.

"Anda bisa memikirkan terlebih dahulu tawaranku. Dan aku akan menunggu jawabannya besok malam."
"Kita adakan dinner, bagaimana?" Tanya Keisuke, "Dan kalau bisa, anda membawa pasangan." Jelasnya lagi.

Mujin mendecih dalam hati, Pasangan dari Isekai maksudmu?!.

"Baiklah, aku akan pikirkan kembali." Ucap Mujin datar. Ia jadi malas berlama-lama dengan Keisuke, pria itu memiliki aura yang kurang mengenakan baginya.

Keisuke tersenyum tipis, ia kemudian menjabat tangan Mujin lagi sebagai tanda perpisahan. Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu sambil tersenyum penuh arti.

"Ah, aromanya membuatku menggila."

**

Mujin kembali ke kastil tepat pukul 9 malam, dan keadaan kastil benar-benar sudah sepi. Ia berjalan ke lantai atas tanpa bersuara, lalu memasuki kamarnya.

Ia menghela nafas kasar, hari ini benar-benar melelahkan. Dan pertemuan dengan Keisuke menambah kepenatan dalam dirinya. Ia melepas jas nya, dan berjalan ke arah kamar mandi. Ia butuh menyegarkan diri agar kepalanya lebih ringan.

Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan diri, kini Mujin pun telah berganti memakai piyama berwarna hitam. Ia hendak meluncur ke atas ranjang sebelum mengingat jika dirinya belum melihat keadaan Jiwoo.

Dengan langkah kaki yang sedikit gontai, Mujin pun berjalan keluar kamar dan bergegas menuju kamar milik Jiwoo.

Ia membuka pintu kamar Jiwoo yang tidak terkunci, tanpa sadar dirinya kembali berdecak pelan. Besok ia harus memperingatkan Alice agar mengunci pintu kamar Jiwoo setelah gadis itu terlelap. Kan bahaya jika ada orang yang menyelinap masuk lalu meng apa-apakan kucing kesayangannya.

Mujin tersenyum tipis melihat Jiwoo tertidur, ia mengulurkan sebelah tangannya dan mengusap pelan rambut gadis itu. Tanpa diduga hal itu mampu mengusik Jiwoo dari tidur nyenyak nya. Gadis itu menatap Mujin dalam diam, sedangkan Mujin terdiam kaku karena tidak menyangka jika Jiwoo akan terbangun karena ulahnya.

Jiwoo menatap tuannya tanpa berkedip, seketika bayangan tentang adegan di film yang ia lihat bersama Alice kembali berputar dan mempengaruhi otaknya.

Kedua tangan Jiwoo terangkat dan menyentuh sisi-sisi rahang sang majikan, ia mengelusnya beberapa kali hingga membuat Mujin terbius. Gadis itu tersenyum tipis dan memejamkan matanya, ia berharap jika Mujin melakukan seperti apa yang dilakukan si pria tampan dalam film tadi.

Mujin mengernyitkan dahinya bingung, ia justru menepuk pelan pipi Jiwoo, "Hei, kau tidur lagi?" Tanya nya bingung.
Jiwoo kembali membuka matanya dan langsung mendudukan diri.
"Master tidak melakukan itu?" Tanya Jiwoo kebingungan, dan hal itu ikut menularkan kebingungan yang sama pada Mujin.
"Melakukan apa?" Tanya Mujin.
"Ini," Jiwoo menarik kepala Mujin dan mengecup bibir pria itu. Kedua mata Mujin terbelalak sempurna, ia dengan sigap mendorong tubuh Jiwoo.

"Astaga! Kali ini siapa lagi yang mengajarimu?!"

**

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang