Bagian 12

124 108 7
                                    


"Bagaimana keadaan pria itu?" Toshiro bertanya pada Dami. Wanita itu menemui suaminya dan mengajak siluman kucing itu pergi ke belakang kuil.

"Buruk, jantungnya terkena sihir milik Keisuke." Jawab Dami sedih.
Toshiro menghela nafas pelan, kedua aquamarine nya menatap pada langit hitam di kegelapan malam.

"Aku tidak tahu metode pengobatan yang cocok untuknya, mungkin beberapa orang akan mengatakan jika hampir semua penyakit dan luka bisa diselesaikan dengan ilmu kedokteran pada masa kini. Namun kasus Mujin berhubungan dengan eksistensi lain yang di luar nalar manusia biasa." Jelas Dami, Toshiro mengangguk setuju.

"Luka pada jantungnya mungkin bisa pulih, namun efek dari sihir yang eksistensi nya tidak nampak di mata manusia begitu buruk bagi kehidupan dan jiwanya." Toshiro berujar pelan, "Seperti yang kau tahu, pasak tersebut dirancang Keisuke untuk Jiu. Tapi malah kena pada Mujin."

"Dia, pria itu menyelamatkan putri kita."
Dami mengangguk setuju, mereka benar-benar berhutang nyawa pada Mujin.
Maka dari itu keduanya akan berusaha mencari cara untuk kesembuhan Choi Mujin.

"Aku akan mencari tahu lebih tentang sihir yang digunakan Keisuke. Sedangkan kamu, cobalah mencari tanaman obat-obatan untuk luka dalamnya." Ujar Toshiro pada Dami. Wanita itu mengangguk paham, dan memilih untuk kembali ke dalam kuil.
Sedangkan Toshiro, dia akan kembali ke hutan iblis untuk bertanya pada pemimpin hutan tersebut.

**
Jiwoo menatap sendu pada Mujin yang terbaring lemah, sudah dua malam kondisi tuannya masih sama. Dan hal itu benar-benar menyakiti hati murni miliknya. Tangannya mengusap pelan punggung tangan milik Mujin, dan menempelkan nya pada pipi kirinya.

"Master, bagaimana keadaanmu?" Jiwoo bertanya pelan diiringi senyum getir.
"Hari ini Jiwoo sedikit lelah, Jiwoo juga tidak semangat." Gadis itu mulai bercerita  seolah-olah Mujin dapat mendengarnya.
"Rasanya begitu sepi, Jiwoo merindukan master." Lanjutnya lagi.

Jiwoo kembali meletakkan tangan Mujin, ia tersenyum tipis dan kemudian mengecup sisi wajah pria itu.
"Okaa-san dan Tou-sama sedang mencari obat untuk master. Jiwoo harap master mau menunggu sebentar lagi."

Jiwoo menghela nafas, meski tidak ada respon dari Mujin, ia tidak merasa keberatan untuk terus mengajak bicara pria itu. Fisik pria itu mungkin tidak dalam keadaan sadar, namun dirinya cukup yakin jika di alam bawah sadar nya pria itu dapat mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Jiwoo mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar, kedua iris cokelat nya menatap pada tumpukan buku usang yang semalam dibaca oleh ibunya.
Ia kemudian merangkak beberapa saat dan mengambil salah satu dari buku tua itu.

Karena dirinya cukup kesepian, sehingga membaca buku sepertinya bukan hal buruk meski Jiwoo tahu dirinya tidak pandai membaca. Tapi dulu saat tinggal dengan Haru, biksu yang merupakan sahabat ibunya itu pernah mengajari dirinya membaca buku-buku kuno.

"Umh, ini tentang sihir hitam." Bisik Jiwoo saat membuka lembar pertama dari buku tersebut.

Gadis itu mulai membaca tiap rentetan kata yang tertuang dalam buku tersebut, bukan hanya tulisan saja namun ada beberapa gambar yang menambahkan beberapa benda sihir hebat di masa lalu.

Kedua iris cokelat nya terpaku menatap sebuah batu merah delima yang terkurung dalam sebuah tongkat berwarna perak.

"Mutiara penangkap darah (Source: drachin the Legend of  Zhu Xian), benda sihir yang paling iblis." Jiwoo bergumam pelan, ia kembali membaca kelanjutan tentang kejelasan benda sihir itu yang ternyata berkekuatan tinggi.

Tiba-tiba dirinya tertarik untuk mencari benda sihir itu, meski Jiwoo tahu tidak mudah untuk menjadi pemilik mutiara itu karena benda sihir itu akan menyerap tiap darah dan energi kehidupan si pengguna.
Namun karena ia ingin melihat Mujin kembali sadar dan hidup, Jiwoo rasa itu tidak masalah. Jiwoo akan melakukan apapun untuk Mujin, bahkan jika harus mengorbankan nyawa nya sendiri.

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang