Bagian 2

269 114 10
                                    

Dalam tidurnya Mujin terusik dengan sebuah benda basah yang menyapu kulit wajahnya. Ia mengernyitkan dahi dan dengan perlahan mulai membuka kedua kelopak matanya. Samar-samar ia melihat wajah seorang wanita, rambutnya tergerai panjang, dan wajahnya cantik? Entahlah dirinya tidak cukup yakin.

Namun saat kedua matanya terbuka secara sempurna, seketika ia dibuat terkejut. "Astaga!" Mujin bangun dan mendorong tubuh wanita asing itu.

Pria itu mengucek kedua kelopak matanya hingga beberapa kali, ia berusaha meyakinkan diri jika yang dirinya lihat memang seorang wanita.
Mujin menurunkan pandangan nya ke bawah untuk memastikan wujud wanita tersebut, dan ia dibuat terkejut lagi karena nyatanya wanita asing itu tidak memakai pakaian sama sekali.

"Ya!! Kenapa kau tidak berpakaian?!" Teriak Mujin sambil berdiri, ia melemparkan selimut miliknya pada wanita itu. Sedangkan si wanita yang tidak mengerti apa-apa hanya mampu memiringkan kepalanya. Posisi wanita itu masih berjongkok dengan memasang wajah kebingungan. Ia mulai merangkak menuju ke arah Mujin yang berdiri di sudut kamar.

"Master!" Ucapnya. Seketika kepala Mujin pening mendengar suara wanita itu. Belum lagi panggilan nya yang terasa aneh di telinga.
"Kau siapa? Bagaimana bisa kau berada di kamarku?!" Tanya pria itu dengan nada panik. Jika di hapannya ini adalah seorang pria yang berniat buruk padanya, maka Mujin tidak akan risau dan dengan sigap akan langsung menghajarnya. Tapi kini di depannya ini adalah seorang wanita, dan sialnya lagi wanita itu tidak memakai busana. Membuat kedua matanya tanpa sadar mencuri-curi pandang ke bagian tengah milik wanita itu.

Wanita itu semakin mendekat dan memojokkan Mujin, ia kembali mengendus leher pria itu. Seketika bulu kuduk Mujin berdiri semua, dan juga hal itu membangunkan sesuatu yang lain di tubuhnya.
Pria itu dengan segera mendorong kepala Jiwoo, posisi wanita itu yang terlalu dekat dengannya bisa menciptakan reaksi lain, dan tentu saja itu berbahaya.

"Aku Jiwoo! Master yang membawa ku semalam." Ucap wanita itu masih dengan nada polos. Kedua iris coklat itu menatap Mujin dengan binar yang cantik dan seketika itu mengingatkan Mujin pada kucing putih yang ia selamatkan sore kemarin.

Pria itu berjalan mengelilingi setiap sudut kamarnya untuk mencari kucing putih yang ia temukan. Ia bahkan mencari sampai kamar mandi, dan hasilnya tidak ada. Pria itu kembali dan mendekati pintu kamarnya yang jelas masih terkunci rapat. Mujin menggeram frustasi, ia kemudian melirik ke arah wanita yang memperkenalkan diri sebagai Jiwoo. Wanita itu tengah duduk santai di atas ranjang sambil menjilati dan mengendus tubuhnya sendiri. Perilaku wanita itu benar-benar mirip kucing.

Mujin kembali mendekati Jiwoo dengan hati-hati, ia meneliti tubuh molek wanita itu. Semuanya nampak sempurna seperti wanita pada umumnya, Jiwoo bahkan memiliki kulit yang putih dan bersinar.

"Baiklah, darimana asalmu, Eum, Jiwoo?" Tanya Mujin. Jiwoo yang tengah mempermainkan rambutnya langsung terhenti, ia menatap Mujin dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Kemudian dirinya menggeleng pelan, "Jiwoo tidak tahu, Master." Jawabnya dengan sendu.
Mujin berdecak pelan, "Jangan memanggilku seperti itu!" Ungkapnya dengan kesal. Jiwoo melongo, "Tapi kau adalah master ku." Balasnya lagi.
Mujin bungkam, ia sebenarnya tidak mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan mitologi. Maka dari itu ia akan mencari tahu lebih detail, namun untuk saat ini ia memilih untuk menampung wanita itu disini.
Meski ia bukan orang baik, tapi ia juga bukan orang jahat. Hanya saja ia mencari uang di jalan yang salah.

Mujin menatap Jiwoo, ia benar-benar risih melihat Jiwoo telanjang bulat seperti itu. Dengan menghentakkan kedua kakinya, Mujin berjalan memasuki walk in closet dan mencari  sesuatu yang mungkin bisa dipakai oleh wanita itu. Kedua obsidian hitamnya menemukan kemeja miliknya yang sudah lama tak terpakai, ia pun tanpa berpikir ulang segera mengambil kemeja berwarna putih itu.

"Pakai ini!" Mujin menyodorkan selembar kain itu pada Jiwoo. Wanita itu menatapnya dengan bingung, ia tidak tahu cara memakai kain itu. Jiwoo mengambilnya dan hanya membolak-balikkan kain itu. Mujin terdiam, karena tidak punya pilihan lain dirinya pun memakaikan kemeja itu pada Jiwoo.
Meski terlihat kebesaran di tubuh wanita itu, setidaknya itu lebih baik dibanding harus melihat Jiwoo bertelanjang di depan matanya.

"Kau tunggu di sini, aku akan mandi dulu." Ujar Mujin. Jiwoo yang mendengar kata mandi langsung meloncat ke tubuh pria itu, ia sangat suka dimandikan oleh Mujin.
"Master, aku juga mau mandi!" Pinta Jiwoo dengan nada merengek. Mujin menahan nafasnya, ia benar-benar harus menyimpan stok kesabaran lebih banyak mulai saat ini.
"Jiwoo, kau bisa mandi sendiri. Untuk sekarang, biarkan aku mandi terlebih dahulu." Jelas Mujin dengan pelan.
"Tapi kita bisa mandi bersama,"
"Oke, Stop! Kau membuatku pusing!" Desisnya kesal sambil mendorong Jiwoo kembali ke ranjang miliknya. Lalu Mujin pun langsung berlari ke arah kamar mandi tanpa menghiraukan Jiwoo yang tengah merajuk.

**

Pria itu telah rapi dengan pakaian formalnya, ia berjalan menuruni tangga dengan Jiwoo yang berada di sampingnya. Wanita itu bergelut manja di lengan Mujin, karena Jiwoo sangat menyukai aroma tubuh milik tuannya itu.

Pemandangan itu sukses membuat beberapa maid, dan Taeju ternganga. Mereka terkejut dengan keberadaan wanita yang hanya mengenakan Kemeja putih kebesaran milik Tuan mereka.
Sedangkan Mujin, jangan tanya bagaimana ekspresi wajahnya saat ini. Pria itu jelas merasa tertekan dengan tingkah laku Jiwoo yang membuat sisi tenang dalam dirinya menjadi panik.

Mujin berjalan ke arah meja makan, dan ia duduk di salah satu kursi di sana. Jiwoo yang melihat banyaknya macam makanan di meja langsung mendekat dan hendak mengambil beberapa daging yang tersaji di sana. Namun Mujin lebih dulu melarangnya.
"Tidak! Kau tidak boleh melakukan itu, Jiwoo." Ucap Mujin dengan tegas. Jiwoo langsung mengangguk patuh, ia pun kembali mendekati Mujin dan duduk di atas paha pria itu.
Taeju yang melihatnya langsung membuka mulut dan hendak menanyakan perihal wanita itu pada tuannya, namun lagi-lagi Mujin menahannya.
"Jangan bertanya sekarang! Kita bicara nanti di mobil." Ujarnya. Taeju mengangguk kaku sambil menutup kembali mulutnya.

Mujin menghela nafas pelan, ia melirik Jiwoo yang duduk anteng di atas pangkuannya sambil menatap lapar pada beberapa hidangan di atas meja.
Ia yang tidak tega langsung memerintahkan Maid untuk mengambil beberapa potong daging ke dalam piring dan memberikannya pada Jiwoo.

"Kau pasti lapar kan?" Tanya Mujin. Nada bicaranya terdengar lembut seperti ia berbicara pada hewan peliharaannya.
Jiwoo mengangguk antusias, hal itu tidak luput dari pandangan mata Taeju.
"Makanlah yang banyak! Namun sebelum itu, bisakah kau pindah ke kursi yang ada disana?" Mujin menunjuk salah satu kursi yang berada tidak jauh di sampingnya. Dan Jiwoo kembali mengangguk patuh.
Wanita itu segera beralih dari pangkuan Mujin, kemudian duduk di kursi yang ditunjukkan pria itu.

Setelah itu dirinya dan Taeju memulai sarapan mereka yang sempat tertunda. Mujin tidak henti-hentinya melirik Jiwoo, wanita itu memakan daging nya dengan rakus tanpa bantuan pisau dan garpu. Taeju juga melihatnya dan langsung kehilangan selera makan. Lelaki itu berpikir, bagaimana bisa seorang wanita makan dengan berantakan seperti itu?

Berbeda dengan Mujin, pria itu justru tidak merasa terganggu sama sekali. Melihatnya membuat dirinya cukup terhibur, sepertinya Jiwoo memang berperan penting seperti peliharaan pada umumnya.

**

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang