Bagian 10

164 110 7
                                    

Sejujurnya Choi Mujin tidak terlalu menyukai perkelahian yang harus melibatkan senjata apapun. Namun demi menghadapi manusia jadi-jadian seperti Keisuke, dirinya harus mau untuk belajar menjadi layaknya samurai di negeri Sakura.

Semua ia lakukan agar suatu saat dirinya tidak menjadi beban bagi Jiwoo dan Toshiro, kalau sewaktu-waktu Keisuke menyerang.

Jiwoo duduk berjongkok di atas kursi kayu, kedua iris cokelat nya menatap serius pada Mujin yang tengah berlatih pedang. Di belakangnya ada Alice yang tengah mengepang rambut gadis kucing itu.

"Tumben sekali Tuan besar berlatih pedang," Gumam wanita itu. Jiwoo menoleh ke belakang dan tersenyum pada Alice.
"Itu karena Master akan menghadapi penjahat, Alice." Sahut Jiwoo dengan senyum mengembang.
"Huh?" Alice mengernyitkan keningnya bingung.
"Lalu setelah itu kami akan menikah dan berbulan madu di Bulan." Lanjut Jiwoo lagi, kali ini wajahnya mulai memamerkan semburat merah tipis. Alice tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan hal itu membuat Jiwoo menatapnya dengan heran.
"Kalau kalian berbulan madu di Bulan, nanti anak kalian adalah Alien." Balasnya sambil terkikik geli.
"Alien itu apa, Alice?" Jiwoo bertanya dengan raut muka polosnya. Alice menyeringai, ia merogoh Ponselnya dan mencari gambar alien yang akan ditunjukkan pada Jiwoo.
"Nah, ini calon anak kalian nanti." Ucapnya seraya menyodorkan ponsel pada Jiwoo.
Jiwoo terperangah melihat gambaran menyeramkan seorang alien yang ditunjukkan Alice, ia pun ketakutan dan berlari menerjang tubuh Mujin dari belakang.

"Master!" Ucap Jiwoo sambil merengek manja. "Aku tidak mau punya anak Alien." rengeknya pada pria itu.
Mujin terdiam sambil tetap menahan tubuh Jiwoo yang bergerak seperti ulat bulu, gatel.

Di belakang Mujin dan Jiwoo, Alice tertawa terbahak-bahak mentertawakan kepolosan Jiwoo yang percaya saja perihal anak Alien.

Mujin menghela nafas pelan, ia kemudian melirik Alice dengan tatapan matanya yang tajam dan berhasil membuat wanita centil itu menghentikan tawanya.

"Bagaimana bisa kau memiliki anak alien?" Tanya pria itu dengan kesabaran penuh. Jiwoo terdiam dan menatapnya lugu, "Karena aku dan master akan berbulan madu di bulan, dan Alice bilang kalau aku bulan madu di bulan anaknya nanti jadi Alien." Jelas Jiwoo begitu rinci.

"Kau mempercayai perkataan Alice?" Jiwoo mengangguk polos, "Nah, itu tidak benar. Bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak mempercayai perkataan Alice? Dia itu pimpinan aliran sesat, Jiwoo-ya." Jiwoo menundukkan wajahnya takut-takut, "Maaf, master." Cicitnya pelan dan membuat Mujin hanya bisa menghela nafas pelan.

"Hei, mau makan daging tidak?" Tanya Mujin, Jiwoo yang mendengarnya kembali antusias dan mengangguk cepat. "Kalau begitu tunggu apa lagi?!" Lanjut Mujin. Pria itu pun langsung menggandeng tangan Jiwoo dan mengajak gadis kucing itu pergi menuju ruang makan.

**
Keisuke membuka kedua kelopak matanya dengan cepat saat dirinya merasakan sihir pelindung miliknya melemah. Tanpa memperdulikan keadaan tubuh yang belum pulih sepenuhnya, ia bergegas pergi ke tempat di mana Dami dikurung. Saat Keisuke tiba di sana, ruangan itu telah kosong beserta sihir pelindung miliknya yang telah pecah.

Pria itu menggeram kesal, lalu setelah itu dirinya kembali membentuk segel tangan dan membuka portal menyusul Dami berdasarkan sisa-sisa Reiatsu milik wanita itu.

Sementara itu, Toshiro telah berhasil membawa Dami menuju kuil budha yang berada di atas gunung. Wanita itu harus segera memulihkan diri dan kembali mensucikan diri.

"Anata, bagaimana dengan Jiu kita?" Tanya Dami saat dirinya hendak memasuki gerbang kuil. Wanita itu memegang dadanya yang terasa sesak karena terlalu lama disekap di dalam ruangan yang minim ventilasi udara.

Toshiro terdiam beberapa saat, kedua mata aquamarine nya berpendar ke berbagai arah, dirinya kembali merasakan reiatsu milik Keisuke.
"Jiu baik-baik saja, dia aman bersama seorang pria Korea." Jawabnya.
"Sayang, kau harus segera masuk dan mengamankan diri. Keisuke tidak akan pernah bisa menyentuhmu di dalam kuil, begitu pun denganku." Ucap nya dengan lembut sambil mengusap rambut Dami yang telah kusut dan kusam.
Dami sebenarnya masih ingin mendengar lebih tentang Jiwoo, namun yang diucapkan Toshiro memanglah benar, dirinya harus segera memasuki kuil. Sebuah tempat suci yang tidak dapat disentuh oleh Yokai seperti Toshiro, maupun manusia setengah iblis macam Keisuke.

Wanita itu mengangguk paham dan langsung melangkahkan kedua kakinya memasuki gerbang kuil tersebut. Tepat setelah Dami masuk, Keisuke muncul dari belakang dan langsung memberi serangan pada Toshiro hingga membuat pria itu terpental hingga puluhan meter dari sana.

"Kuso!" Umpat Keisuke saat mengetahui Dami telah memasuki area dalam kuil.
Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kabut pelindung yang mengelilingi kuil Budha tersebut, dan terjadi sengatan menyakitkan yang menerpa telapak tangannya.

Toshiro kembali dan menghadang Keisuke, dua makhluk yang berasal dari hutan iblis itu saling berhadap-hadapan dengan penuh kebencian.

"Kau selalu saja mengganggu!" Desis Keisuke tajam. Kedua obsidian hitamnya telah berubah menjadi merah layaknya batu rubi.
"Hentikan kegilaanmu, Juushiro! Kau sudah kelewatan." Balas Toshiro setelah merubah wujudnya menjadi manusia setengah kucing raksasa ekor dua.

Keisuke tertawa iblis, ia mengeluarkan katana miliknya secara sihir, "Aku tidak akan berhenti sebelum kau dan putrimu mati."

Pertarungan antar makhluk Spiritual terjadi, keduanya kembali saling menyerang satu sama lain. Keisuke dengan katana kebanggaannya, dan Toshiro dengan kekuatan fisik miliknya.

Mereka menjauh dari kuil dan bertarung di tengah hutan secara sengit, tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk mengalah. Karena keduanya sama-sama menginginkan kemenangan.

Toshiro merupakan seorang Yokai murni, kekuatan nya berada jauh di atas Keisuke, maka membuat pria jahat itu terpojok bukanlah hal sulit.
Ekor besar miliknya menyapu tubuh Keisuke dan membuat pria itu terpental dan mengenai salah satu batang pohon disana. Keisuke ambruk dengan darah segar yang keluar dari mulutnya.

Toshiro mendekati pria itu dengan wujud manusia nya, ia meraih katana milik Keisuke yang berada tidak jauh dari tubuh tuannya. Keisuke menyeringai tipis, meski kekalahan ada di depan mata, pria jahat itu tidak merasa risau sekalipun.

"Memang sudah sepantasnya kau tidak berada disini." Ujar Keisuke, ia mengangkat tinggi-tinggi katana itu dan hendak menusuk jantung Keisuke. Namun pria itu lebih dulu melakukan perpindahan tempat, dan menghilang dari pandangan Toshiro.

**

Malam ini muncul bulan purnama, Jiwoo merasakan kekuatan roh nya begitu kacau hingga membuatnya gelisah bukan main. Gadis itu berdiri di depan cermin, ia memperhatikan ekor nya yang telah menampakan diri dalam wujud manusia. Ekornya mengibas kesana-kemari, memberi sebuah petunjuk bahwa dirinya memang tengah gelisah.

Mujin yang baru kembali dari kamar mandi dibuat terkejut dengan wujud Jiwoo malam ini. Gadis itu masih berwujud manusia, namun dengan sebuah ekor panjang yang bersinar terang.
"Jiwoo, ada apa denganmu?" Mujin bertanya sambil berjalan mendekati tubuh Jiwoo. Gadis itu menoleh dengan kedua mata cokelat nya yang ikut bercahaya.
"Master, Jiwoo takut." Ujarnya. Gadis itu memeluk tubuh Mujin, ia mencium aroma sabun yang menguar dari tubuh sang pria.
"Jiwoo merasakan energi yang buruk." Lanjutnya lagi. Jujur saja Mujin terkejut mendengarnya, dan hal itu membuatnya jadi waspada karena takut kejadian di restoran waktu itu kembali terulang.

Mujin balas memeluk Jiwoo, ia mengecup puncak kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. 
"Jangan takut, ada aku disini." Bisik Mujin. Tiba tiba Jiwoo menangis, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Mujin dan berhasil membuat pria itu semakin kalut.
"Jiwoo takut kehilangan master, Jiwoo tidak mau berpisah dengan master." Suaranya diiringi dengan isakan pelan, Mujin ikut terenyuh mendengarnya.

Getaran pada jantungnya kembali Mujin rasakan, dalam benaknya ia juga memikirkan hal yang sama. Dirinya juga takut kehilangan Jiwoo, sangat takut.

Jiwoo menangis sambil terpejam, karena fokusnya tengah kacau, membuat gadis itu tidak dapat menyadari kemunculan Keisuke yang secara tiba-tiba.
Mujin melihat pria itu hendak menikam punggung Jiwoo dengan sebuah tombak kecil yang telah dialiri sebuah sihir berwarna hijau, dan dengan refleks dirinya menarik tubuh Jiwoo dan mendorongnya ke sembarang arah.

Tombak itu Keisuke buat untuk menghabisi Jiwoo, namun malam ini justru tertancap pada jantung seorang manusia biasa.

Mujin menjatuhkan lututnya ke atas lantai, tangannya memegang erat tombak berwarna perak itu dengan raut wajah penuh kesakitan.

"MASTER!"


**

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang