Bagian 14

188 100 17
                                    

Kamu datang sebagai bunga tidur yang mengisi lelapku menjadi penuh kerinduan.

"Kenapa ibu mencintai Tou-sama?" Jiwoo bertanya pelan sambil membaringkan diri di pangkuan ibunya. Dami tersenyum kecil, ia mengusap bulu-bulu halus milik Jiwoo, saat ini gadis itu tengah dalam wujud Neko nya.

"Karena ayahmu baik." Ucap dami.
"Meski ibu tahu dia bukan manusia?" Timpal Jiwoo membuat Dami terdiam.
"Iya,"
"Mau bagaimana lagi? Perasaan manusia tidak bisa disetir sesuka hati. Meski logika mengatakan tidak, tapi hati selalu berkata yang sebaliknya." Balas nya sambil tersenyum simpul.

"Lagipula ibu bahagia dengan ayahmu, dia pria yang baik." Lanjut Dami lagi.

Jiwoo merenung sejenak, ia kemudian bangkit dari pangkuan ibunya dan langsung berubah wujud menjadi manusia lagi. Wajah gadis itu masih murung, dan Dami tahu penyebabnya.

"Ibu, apa aku jahat jika masih mengharapkan master?" Tanya Jiwoo sendu. Gadis itu menyentuh dada kirinya yang terasa nyeri.
"Aku sudah berusaha untuk melupakannya, namun semakin besar aku mencoba maka semakin sulit pula hal itu terlaksana."
"Yang ada perasaan ini semakin membesar dan menyakitkan." Ujarnya lagi diiringi dengan jatuhnya setetes air mata.

Dami terenyuh mendengarnya, wanita itu kemudian menangkup kedua sisi wajah Jiwoo sambil menatapnya dalam.
"Jiwoo-ya, jika semua terasa sulit maka lepaskanlah. Kamu bisa mempertahankan apa yang menurutmu pantas untuk dipertahankan." Ujar Dami secara pelan dan lembut. "Seperti perasaanmu pada pria itu."

Jiwoo menangis dalam diam, ia hanya mampu menundukkan kepala tanpa berani menatap wajah sang ibu yang telah melahirkannya. Otaknya berputar dan mencerna tiap kata yang Dami ucapkan perihal perasaannya pada Mujin.

Dan hal itu membuat Jiwoo kembali gamang akan keputusannya untuk pergi jauh dari hidup Mujin. Karena dirinya tahu bahwasanya ia sendiri pun merasa tidak yakin dan mampu untuk hidup tanpa pria itu di sisinya.

**
Alice duduk termenung di salah satu anak tangga di kastil milik Mujin. Kedua iris emerald nya menatap sendu pada layar ponsel pintar yang tengah menampilkan potret dirinya bersama Jiwoo.

Dirinya begitu kesepian tanpa gadis itu, gadis yang biasa ia jahili.

Entah dimana keberadaan Jiwoo saat ini, karena Alice pun tidak mengetahuinya. Tiba-tiba Jiwoo menghilang layaknya debu yang setiap hari ia bersihkan. Bukan hanya keberadaan Jiwoo yang entah ada dimana, Alice juga bingung dengan perubahan sikap tuannya yang seolah-olah kehilangan ingatan tentang gadis itu.

"Alice!" Suara berat Mujin mengintrupsi kegiatan Alice, wanita itu terkejut hingga tidak sengaja menjatuhkan Ponselnya.
Alice berdiri dan memutar tubuhnya untuk menatap Mujin.
"Ya, Tuan?" Tanya Alice.
Mujin menatap wanita itu dengan tajam, hingga kemudian kedua onyx nya bergulir dan melihat layar ponsel milik Alice yang masih menyala.

Mujin mengambil ponsel itu dan memperhatikan potret Alice dengan seorang gadis. Keningnya mengkerut sambil mengamati wajah gadis cantik di samping Alice.
"Siapa gadis ini?" Tanya Mujin. Obsidian hitamnya masih terpaku, dan seketika jantungnya kembali berdenyut nyeri setelah sekian lama dirinya menatap senyum gadis itu.
"Kutanya siapa dia?!" Bentak nya membuat Alice terperangah.
"Kenapa tuan bertanya pada saya? Bukankah tuan juga mengenal nya?" Alice belas bertanya.
Mujin terdiam, ia mencoba untuk mengingat kembali tentang wajah itu, namun dirinya hanya menemukan potongan-potongan memori tentang seekor kucing.

Kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri hingga membuat Alice panik. Wanita itu mendekati tuannya dan mencoba untuk menuntun Mujin agar duduk di sofa, namun pria justru menepisnya dengan kasar.

Mujin juga mencengkram lengan Alice dan menatap wanita itu dengan penuh intimidasi.
"Katakan! Siapa dia dan ada hubungan apa dia denganku?" Tanya Mujin setengah mendesis. Alice menatap tuannya dengan berkaca-kaca, wanita itu ketakutan melihat Mujin seperti itu.

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang