Bagian 4

222 112 19
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen. Komentar kalian benar-benar menghibur 💞



Suara pedang yang saling beradu membangunkan seekor kucing putih dari tidurnya. Kucing tersebut berjalan dengan mengendap-endap mencari keberadaan sang majikan. Ia telah sampai di pekarangan rumah, kedua matanya menatap ke atas langit dan menemukan bulan purnama.

Kucing itu terus berlari ke dalam hutan guna mencari majikannya sekaligus penasaran dengan suara-suara yang mengganggu tidur nyenyak nya.
Kedua bola mata cokelat itu menatap nyalang pada kedua manusia yang tengah bertarung. Mereka saling mengayunkan pedang untuk melukai tubuh satu sama lain.

Jiwoo yang sedang berada dalam bentuk kucing nya mengenali jika salah satu dari dua ksatria itu adalah tuannya.
Ia mendekat sambil mengeluarkan suaranya.

"Tidak! Kau tidak boleh kemari!" Suara tuannya terdengar lantang menghentikan langkah kaki Jiwoo. Namun Jiwoo tidak menghiraukannya dan memilih untuk terus mendekati tuannya.

Seketika darah segar menciprati permukaan wajah Jiwoo. Dan dirinya melihat tuannya tengah bersimpuh di hadapannya.

"Jiwoo! Pergi dari sini!" Tuannya berucap sambil meletakkan telapak tangannya di permukaan wajah Jiwoo. Ia mulai merapalkan mantra perlindungan dan mendorong secara keras tubuh kucingnya yang malang, hingga terpental jauh dari tempat itu.

"siapapun yang menemukanmu, dia adalah tuan baru untuk mu!"

Keningnya mengkerut dengan keringat dingin yang memenuhi dahinya. Jiwoo menggeliat gusar, dan tiba-tiba ia kembali berubah wujud menjadi kucing.

Ia terus menggeram keras, hingga suara itu mampu membangunkan Mujin. Pria itu terkejut melihat Jiwoo kembali pada wujud aslinya, Mujin memangku Jiwoo dan mengusap punggung yang dihiasi bulu-bulu halus itu dengan lembut.

"Jiwoo, kau mimpi buruk?" Tanya Mujin dengan nada cemas. Sedangkan Jiwoo terus memberontak hingga tanpa sengaja cakarnya mengenai dada kiri Mujin. Pria itu meringis pelan, namun dirinya berusaha untuk tetap menahan Jiwoo.

Nafasnya kembali teratur dan secara perlahan Jiwoo mulai tenang. Mujin meletakkan kucing Jiwoo kembali ke tempatnya, dan cahaya magenta mulai berpendar di sekeliling tubuh Jiwoo.

Mujin terpaku, ini pertama kali dalam hidupnya ia melihat hal yang seperti itu. Ia menyaksikan sendiri bagaimana kucing itu berubah menjadi seorang wanita cantik.
Kedua mata Jiwoo terbuka, namun kali ini mata cokelat itu sedikit bercahaya.
"Master?" Tanya Jiwoo pelan, wanita itu kembali merangkak mendekati tuannya.
Ia melihat baju Mujin yang robek akibat terkena cakarnya. Jiwoo menyentuh dada itu dengan hati-hati, ia kemudian mengangkat kaos yang dikenakan Mujin hingga ke bagian bawah leher. Ia mendekatkan wajahnya lalu menjilat luka itu beberapa kali.
Mujin mendesis pelan, ia menahan kepala Jiwoo dan mencoba menjauhkan nya. Masalahnya, Jiwoo bukan hanya menjilat bagian yang terluka, tapi wanita itu juga menjilati puting kecilnya.

"Jiwoo! Hentikan, kau bisa membuatnya jadi jahat." Ujar Mujin dengan panik. Jiwoo yang mendengar kata jahat langsung menjauh. Ia menatap Mujin dengan polosnya, pria itu menghela nafas pelan. Ia kemudian melirik luka di dada kirinya yang tiba-tiba saja sudah menghilang.

Wow! Apakah air liur milik siluman kucing benar-benar ajaib?

"Master, kau enak." Ucap nya dengan polos. Mujin langsung menoyor kepala Jiwoo dengan kesal, "Kau ini suka sekali berbicara ambigu!" Balasnya.

Mujin seketika teringat dengan perubahan wujud Jiwoo yang tiba-tiba, dan ia pun penasaran.
"Jiwoo, kau bisa berubah jadi kucing lagi?" Tanya Mujin pelan. Jiwoo mengangguk, "Itu terjadi jika Jiwoo sedang terancam." Jawabnya.

"A-aku mimpi buruk, master." wanita itu menatap Mujin dengan raut wajah sedih.
"Aku melihat orang bermain pedang, dan salah satu dari mereka berdarah." Lanjutnya lagi. Mujin yang mendengarnya hanya terdiam, ia bertanya dalam hati, apa kucing juga bisa bermimpi?

"Kemari!" Pria itu mengisyaratkan Jiwoo untuk duduk di pangkuannya, dan wanita itu menurut. Mujin menyentuh kepala Jiwoo dan mengusap nya secara berulang. "Mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi. Ada aku disini, menjagamu."
Ujar Mujin.
Jiwoo terdiam kaku, seharusnya momen itu menciptakan perasaan haru. Namun semua jadi berantakan karena Jiwoo justru mengompol di atas paha Mujin.

"Yak! Dasar kucing nakal!"
Teriak Mujin menggema di kamarnya.

**

Pagi hari telah tiba, Mujin memilih untuk tidak pergi ke kasino. Ia berencana untuk mengajarkan Jiwoo bagaimana menjadi manusia pada normalnya. Semenjak kejadian dimana gadis itu buang air kecil sembarangan, Mujin baru menyadari jika Jiwoo tetaplah kucing meski wujudnya kadang tidak seperti itu. Gadis itu butuh arahan dari tuannya.

Namun sebelum itu, Mujin terlebih dahulu mengumpulkan para maid di dapur.
"Aku peringatkan pada kalian, jangan ada yang berbicara sembarangan di depan Jiwoo." Ucap pria itu dengan lugas. "Entah itu kata-kata kasar terlebih lagi yang menjurus pada hal-hal mesum!" Tatapan mata Mujin jatuh pada Alice yang langsung menunduk malu. Sepertinya wanita itu tersindir dengan perkataannya.

"Kalian mengerti?!" Bentak nya. Mereka langsung menjawab dengan kompak.
"Terutama kau, Alice! Selama berada disini, Jiwoo adalah tanggung jawabmu. Kau harus bisa membimbing nya dengan baik."
"Siap,Tuan!" sahut Alice dengan cepat. Mujin berdecak pelan, ia kemudian pergi begitu saja meninggalkan para maid itu.

Pria itu pergi menemui Jiwoo yang tengah berada di halaman belakang kastil miliknya. Gadis itu tengah menggoda para peliharaan Mujin yang lainnya. Seperti mengajak ribut macan dalam kandang, atau melempari buaya dengan batu kerikil. Sontak saja hal itu membangkitkan emosi dalam diri kedua hewan buas tersebut.

Jiwoo tertawa bahagia melihat macan yang mengaung keras dan berusaha untuk menerkam dirinya dari dalam kandang.
"Jiwoo! Kau dimana?" Suara Mujin yang memanggilnya mengalihkan perhatian Jiwoo. Gadis itu segera meninggalkan hiburan nya dan bergegas mencari sumber suara milik tuannya.

Mujin tersenyum tipis melihat Jiwoo yang tengah berlari ke arahnya. Gaun tipis milik Jiwoo berkibar seiring dengan pergerakan nya, tanpa sadar dirinya terpesona dengan keindahan gadis itu. Namun dengan segera ia menepisnya, dirinya tidak boleh terpesona oleh kecantikan seorang Yokai.

"Master! Aku lapar!" Rengek nya dengan manja. "Aku mau daging."
Mujin menarik sebelah pipi gadis itu dengan gemas, padahal sekitar satu jam yang lalu Jiwoo sudah menghabiskan dua kilo daging sapi, dan kini gadis itu merengek minta lagi. Untung saja Jiwoo ditemukan oleh Mujin yang kaya raya, sehingga dia tidak perlu khawatir karena pria itu pasti akan memenuhi hasrat laparnya terhadap daging.

"Kau ini kucing! Seharusnya kau makan ikan." Ucap Mujin dengan menarik tangan Jiwoo untuk mengikuti langkah kakinya.
"Tapi daging enak, dan Jiwoo suka!" Jawabnya. Mujin memilih menghiraukannya, ia kemudian kembali ke dapur untuk memerintahkan maid menyiapkan daging panggang untuk Jiwoo.

Namun sebelum semuanya siap, Mujin mengajak Jiwoo untuk mengunjungi kamar baru untuk gadis itu. Ia juga mengajari banyak hal pada Jiwoo, dari mulai menggunakan toilet dengan benar, atau cara membuka pintu tanpa merusaknya.

Tanpa sadar waktu yang terlewati keduanya semakin memperkuat hubungan antara majikan dan peliharaan nya. Jiwoo semakin menempel dan tidak mau jauh, sedangkan Mujin semakin kesulitan untuk menghindari gadis itu.

.

Pria itu memakai pakaian ala samurai, berjalan dengan pelan sambil menyeret katana nya yang penuh darah. Setiap dirinya melewati tumbuhan, maka mereka akan beku karena hawa keberadaan nya.
Kedua iris sewarna batu rubi itu memiliki daya pikat yang kuat. Begitu tajam dan dingin. Rambutnya hitam dan panjang, sedangkan senyuman nya nampak mengerikan.

Kini ia telah memasuki dunia manusia untuk mencari keberadaan makhluk yang tercipta dari darah seorang Yokai dan Manusia biasa. Makhluk yang dipercaya bisa membuatnya mencapai level setara Tengu.

Pria itu tersenyum, sebelum dirinya benar-benar hilang di telan kegelapan.


**

Maaf ya Jiwoo nya rada nganu di awal, tapi nanti dia bisa anggun lagi kok😭

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang