Bagian 13

117 97 11
                                    


Satu tahun kemudian~

Choi Mujin, pria berusia 48 tahun yang memiliki kharisma kuat dan tidak terbantahkan. Pria itu pemilik hotel dan kasino terbesar di Seoul, yang bisnisnya semakin meluas hingga ke berbagai kota-kota besar lainnya.

Saat ini, dia mencoba untuk membangun pabrik minuman keras pertamanya. Dan dirinya juga dijadwalkan untuk melakukan peninjauan di area dimana pabrik akan dibangun. Namun karena cuaca tidak mendukung, sehingga membuat Mujin batal untuk pergi kesana.

Mujin berdiri menghadap jendela besar di kamarnya, onyx miliknya menatap sendu pada butiran salju yang turun memenuhi ranting dan dedaunan di sekitar halaman belakang kastil miliknya.

Sekarang memang tengah berada di pertengahan bulan desember, dimana pada waktu tersebut salju musim dingin sedang gencar-gencarnya memperlihatkan keberadaan mereka.

Melihat salju selalu menciptakan rasa sekit dalam hatinya yang sampai saat ini belum Mujin ketahui penyebabnya. Ia selalu merasa ada yang kurang, dan bagian lain dari dirinya menolak untuk mengingat apa itu yang hilang dari ingatannya.

Mujin menekan dada kirinya yang kembali berdenyut nyeri, sekelebat bayangan sering muncul secara tiba-tiba dalam bentuk kilasan yang samar.

Bayangan yang hanya berisikan wanita cantik dan seekor kucing dengan bulu seputih salju.

Ketukan pada pintu kamarnya terdengar, Mujin menyahut dari dalam dan memberi izin entah pada siapa untuk masuk ke kamarnya.

Pintu terbuka dan menampilkan Taeju yang selalu rapi dengan setelan cokelat miliknya.
"Tuan, sudah saatnya anda menemui dr. Kim." Ucap Taeju memberitahu Mujin tentang jadwalnya menemui psikiater.
Selama setengah tahun belakangan ini Mujin memang kerap menemui psikiater, dan semua itu berhubungan dengan mimpi-mimpi aneh itu.

Mujin membalikkan tubuhnya dan menatap Taeju datar.
"Taeju, sudah berapa lama kau ikut denganku?" Tanya Mujin. Taeju terdiam dan mencoba untuk menghitung berapa lama dirinya bersama Choi Mujin.

"Sekitar 10 tahun, Tuan." Jawab Taeju dengan jujur. Mujin mengangguk tipis, ia kemudian berjalan dan mendekati Taeju.
"Apakah aku pernah mengenal seseorang selain kau dan Alice?" Tanya Mujin membuat Taeju terdiam.
"Hampir satu tahun ini aku selalu memimpikan seorang gadis, tapi aku tidak kenal siapa dia. Dan wajahnya pun tampak tidak jelas meski aku cukup yakin bahwa dia begitu cantik." Ujar Mujin lagi. Sorot matanya menatap kosong pada Taeju.

Melihat respon Taeju yang hanya diam membuat Mujin tersenyum kecut, ia kemudian menepuk pelan bahu milik Taeju. "Tidak usah dipikirkan, aku hanya merasa bahwa aku melupakan sesuatu yang berharga." Ujarnya lalu pergi begitu saja melewati Taeju.

Taeju menunduk, ia memejamkan kedua matanya menahan rasa ingin menangis. Dirinya tahu pasti tentang semua yang menimpa Mujin, ia juga tahu penyebab pria itu kehilangan ingatan akan dirinya sendiri. Tapi Taeju sudah berjanji pada seseorang untuk tidak memberitahukan semua itu pada Mujin.

**

Malam ini badai salju kembali menerjang kota besar Seoul. Mujin masih terjebak di dalam kastil dan hanya berada di kamarnya sejak pertemuan dirinya dengan dr. Kim. Tidak ada pembicaraan yang berbeda, karena yang selalu dirinya bahas adalah berupa mimpi dan bayangan-bayangan samar yang kerap kali datang menghantuinya.

Seperti saat ini, dirinya dalam keadaan setengah tertidur mendapati seorang wanita dengan surai panjang berada di atas wajahnya. Mujin ingin bangkit dan menerjang tubuh wanita itu, namun lagi-lagi tubuhnya begitu sukar untuk digerakkan.

Alhasil, yang ia lakukan setelahnya adalah pura-pura tertidur. Dirinya cukup penasaran dengan sosok yang hampir setiap malam datang padanya di waktu yang sama. Ia yakin jika wanita itu bukanlah manusia, namun untuk menyebutnya sebagai hantu juga Mujin tidak berani.

Choi Mujin's Sweetheart is NEKO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang