08 - Flow

1.1K 105 14
                                    

Eve terpaku didepan sebuah pintu yang didalamnya terdapat seseorang yang telah ia ketahui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eve terpaku didepan sebuah pintu yang didalamnya terdapat seseorang yang telah ia ketahui. Ia kembali mengingat kata kata kedua temannya. Bill dan Janelle menyuruhnya untuk meminta maaf pada Caiser. Mereka tidak menyalahkannya, namun kemarin Eve juga berperan penting dalam collaps nya pria itu. Caiser bahkan baru bangun 3 hari setelahnya. Ia juga mendengar suatu kabar yang lumayan mengejutkan. Ralph bilang pria itu harus menggunakan kursi roda karena kondisinya yang memburuk. Apakah ini yang dimaksud Steiner sebelumnya? Eve lumayan terkejut kala mendengarnya. Separah itukah kondisi Caiser?

Eve memasuki kamar mereka, benar, kamar mereka. Mulai saat ini mereka sudah resmi tidur bersama. Mata Eve tiba tiba langsung berpusat pada Caiser yang duduk di kursi roda dengan kepala yang sudah tertunduk membiarkan leher layunya menahan.

If We Never Been Born

Judul buku yang sedang dibaca oleh Caiser memancing atensi Eve. Wanita yang bahkan biasanya tidak pernah peduli dengan sedikitpun kehidupan tentang pria dihadapannya sejak saat itu kini malah memaku dihadapan Caiser. Tatapan matanya meneduh saat melihat pria itu tertidur ketika membaca buku. Salah satu kebiasaan Caiser yang ternyata tidak pernah berubah sampai saat ini.

Wajah pria itu tampak sangat damai. Wajahnya yang tampak selalu pucat dengan cekungan di pipi karena berat badannya yang menurun drastis, nyatanya tidak memudarkan pesonanya sedikitpun. Bulu matanya sangat lebat sangat cocok dengan alis tebal nan tegas miliknya. Hidung mancung serta bibir yang kini terlihat sedikit kering, membuat Eve tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Caiser.

"Kau.. andai waktu bisa mengubah segalanya. Sepertinya tuhan terlalu sempurna kala menciptakan fisikmu, sehingga ia sendiri lupa untuk menyempurnakan sifatmu," gumam Eve. Rambut coklat kehitaman milik Caiser, selalu membuat Eve tak bisa tidak mengingatkannya pada putra mereka.

Tuk

Caiser terbangun tiba tiba. Kala ia mendongakkan kepalanya, sesuatu tak terduga ada dihadapannya. Eve mengambil buku yang ada ditangannya lalu menutup buku yang masih terbuka itu. Wanita itu meletakan buku berisi 200 halaman itu di meja samping Caiser. Tidak ada percakapan diantara mereka, Eve terlihat membuka gorden agar cahaya masuk kedalam kamar inap itu. Ia yakin suster tadi sudah membukanya namun Caiser pasti menutupnya kembali.

Ruangan itu hening. Caiser menatap keluar jendela dengan pemandangan yang luar biasa indah karena mereka ada di salah satu lantai teratas gedung rumah sakit ini. Namun tidak seperti dugaannya, tiba tiba saja kaki Caiser rasanya sangat sakit. Ia meringis pelan dan reflek menunduk guna mengelus kakinya. Jika dibiarkan bisa bisa Caiser terkena spasme saat ini juga.

Eve yang melihat itu secara naluri langsung berdiri disamping Caiser. Ntahlah, hatinya tidak ingin melakukan ini naum tubuhnya seperti bergerak sendiri rasanya.

"Ada apa," gumam Eve. Ia bahkan sudah bisa melihat sebulir keringat turun daei dahi Caiser.

"Pindahkan aku ke ranjang," ujar Caiser dengan mata menutup menandakan ia sedang menahan rasa sakit yanh dialaminya. Eve sedikit terkejut. Yah, ia terkejut karena nada suara Caiser yang tidak membentak bentak seperti biasanya, dan ia juga terkejut kala pria itu memintanya memindahkannya ke ranjang. Bagaimana caranya ia memindahkan Caiser yang walaupun tubuh pria itu terlihat kurus namun tetap saja Eve akan kesulitan.

𝘿𝙚𝙨𝙩𝙧𝙪𝙘𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙊𝙛 𝙏𝙝𝙚 𝙎𝙞𝙣𝙣𝙚𝙧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang