Langkah Eve melambat ketika dirinya semakin dekat dengan ruangan yang hendak ditujunya. Ia menunduk melihat nampan berisi makanan yang dibawanya. Jika bukan karena ia menghormati ibu mertuanya, ia tidak akan melakukan hal ini. Suara pintu terbuka menyadarkan Eve kembali."Menjadi istri berbakti, ya?"
"Bukan urusanmu. Cepatlah pergi dari hadapanku, Rex"
Melihat saudara sepupunya yang menampakan wajah tidak ramah sekali membuat Rex terkekeh geli. Tangan kanannya mendarat secara tiba tiba di kepala Eve. Mengelus halus surai hitam yang tidak berubah sejak mereka masih anak anak. "Jangan terlalu keras padanya"
"Memang tau apa dirimu? Apa pria itu mengadukan semua perbuatanku padamu?" ujar Eve diakhiri kekehan ringan. Rex mendengus, dasar istri durhaka.
"Jangan sampai kau menyesalinya, sepupuku yang cantik"
Eve mengabaikan ucapan Rex dan meninggalkan pria itu dalam keterdiaman. Jika ia tetap menanggapinya maka ia harus menerima resiko tenaga dan emosinya terkuras. Ia tentu saja memilih jalan yang lebih mudah. Ia membuka gagang pintu dengan sikunya. Semerbak aroma amber woody menyerang indra penciuman Eve. Keberadaannya yang tidak terduga membuat seorang pria yang fokus dengan berkas di tangannya menoleh ringan.
"Cepat makan. Mama menyuruhku" ucapnya tegas tidak ingin ditolak.
"Letakan"
"Habiskan sekarang agar aku bisa segera keluar"
"Kau bisa keluar sekarang"
Eve yang bersumbu pendek meletakan nampak berisi makanan itu dengan kasar. Ia menatap Caiser dengan tatapan permusuhan. Bahkan disaat ia pucat pasi karena baru pulih pun, sarat arrogant masih tercetak jelas di wajah Caiser. "Kau tau betul jika aku tidak bisa keluar sebelum mulut busukmu itu menelan makanan siangmu"
Ucapannya seakan hanya angin belaka. Pria ini terlalu keras! Eve mendelik kesal. Tanpa bicara ia sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa yang tanpa ia tau lekas diduduki oleh sepupunya. Ia mengeluarkan ponselnya dan berusaha mengabaikan semua disekitarnya.
Suara dentingan alat makan terdengar. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat sedikit. Ia yang menang. Netranya melirik suaminya yang memakan makan siangnya tanpa minat. Bagaimana tidak? Semua yang ada di piring adalah makanan yang dibenci Caiser.
Lambat laun tanpa dirasa matanya mulai memberat. Suara detik jam terasa begitu keras berkat kesunyian tiada batas diantara mereka. Namun rasa nyaman tak dapat dipungkiri oleh Eve. Ruangan Caiser seakan memiliki sihir membuatnya terkantuk. Hidungnya terasa dimanjakan dengan aroma khas pria itu. Amber woody, yang membangkitkan rasa rindu alam bawah sadarnya.
Sedangkan disisi lain, Caiser yang menyudahi sesi makan siangnya mengusap mulutnya dengan tisu. Rasa mual tak tertahankan. Ia bahkan hanya mampu menghabiskan setengah porsi dari piringnya. Tubuhnya bergerak gelisah saat merasa tidak nyaman dikursi rodanya. Ah, kepalanya terasa pening karena memaksakan makanan masuk.
Ia memundurkan kursi rodanya berniat mengambil obat miliknya. Namun atensinya beralih pada istrinya yang sudah terlelap tanpa disadarinya. Sebagian wajahnya tertutup surai hitamnya. Tatapannya meneduh, melupakan rasa sakit yang sempat menerjang tubuhnya.
***
Ada banyak hal yang Caiser benci didunia ini. Salah satunya adalah mandi. Bukan karena ia seorang pribadi yang jorok ataupun malas. Namun karena proses dari mandi itu sendiri. Jika dahulu ia bisa melakukannya sampai tiga kali sehari, maka sekarang sekalipun Caiser ragu melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘿𝙚𝙨𝙩𝙧𝙪𝙘𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙊𝙛 𝙏𝙝𝙚 𝙎𝙞𝙣𝙣𝙚𝙧
Romance"Tubuh dan mentalmu yang sudah cacat itu tetap tidak bisa membayar apa yang telah kau lakukan pada putraku, Caiser! Seharusnya kau yang mati, Caiser! Kau! Bukan putraku, bukan Caspianku" raungan tangisan menyayat hati memenuhi ruangan megah yang tam...