.
.Siang itu, Gyani akhirnya mengakhiri praktikum salah satu materi tentang Botani yang membuatnya muak. Bagaimana tidak, Botani yang khusus membahas berbagai jenis tanaman itu memiliki banyak aspek yang harus diketahui dan dihapalkan. Dan tentu saja, Gyani tidak terlalu paham. Bagi Gyani, seluruh daun, batang, dan akar bentuknya sama saja, paling hanya beda berapa sentimeter.
Ah, memang dasarnya dia tak terlalu suka dengan mata kuliah yang membahas Botani. Bandingkan dengan materi Zoologi, sudah pasti dia rela hapalkan seluruh bagian tubuh hewan bahkan jika harus begadang.
"Nan, gue langsung ke sekre BEM KM hari ini. Sorry ya gak bisa ikut lo ke mall, padahal gue dah janji," ringis Gyani.
Nanda yang saat ini masih membereskan seluruh alat tulis menulisnya pun menoleh dengan cepat mendengar perkataan Gyani. Sudah pasti dia terkejut, soalnya Gyani semalam telah berjanji untuk menemaninya membeli beberapa potong pakaian, hadiah ulang tahun untuk teman kecilnya dari Fakultas Teknik.
"Yah, kok gitu? Kok dadakan banget kek tahu bulat," acap Nanda, merenggut.
Tangan Gyani masih sibuk untuk melipat jas lab berwarna putih yang aromanya tidak karuan. Iya, karena Gyani tidak mencucinya selama hampir dua bulan. Ketika ditanya alasan belum mencuci jas lab, Gyani akan menjawab, "Dipakenya cuma sesekali ini. Cuma 2 jam doang setiap hari. Ya kan gak kotor, gak nempel keringat juga." Ew...
Perempuan berambut gelap diikat satu menghela napas. "Yahh abisnya hari ini undian gue naek, jadinya gue bareng Kadiv disuruh ke sekre BEM sebagai perwakilan divisi."
Gyani ingat bagaimana beberapa jam yang lalu, pukul 13.00 siang, Marvin tiba-tiba saja muncul di grup Logstran dan mengabsen satu per satu anggotanya. Tak disangka, semua anggota memberikan respons, sementara Gyani yang saat itu belum mengisi daya ponselnya tidak tahu menahu tentang kebisingan grup. Gadis itu baru saja mengisi daya di laboratorium, saat waktu telah menunjukkan pukul 14.00, yang berarti Gyani telat merespons selama sejam.
Yang lebih menjengkelkannya lagi adalah keputusan di grup chat tersebut yang menjelaskan bahwa anggota yang tidak muncul, otomatis akan menemani Marvin ke Sekre BEM untuk pertemuan.
"Hah..." desah Gyani.
Setelah seluruh barang dimasukkan dalam tas, Nanda kembali melirik Gyani. "Siapa, sih, Kadiv lo? Mau gue ajak kenalanlah. Kali aja bisa diajak minum kopi!" Nanda gemas sekali nampaknya.
"Eh, gue belom cerita ya?"
Nanda menggeleng. "Gak tuh. Emang siapa?"
Gyani seketika mengerucutkan bibir. "Noh, Marvin, cowok yang lo bilang ganteng puolll."
Seketika ekspresi Nanda berubah cerah-ceria, senyumnya terlihat lebar sore itu yang membuat Gyani sempat menatapnya seram. "Ahhhh buset ... padahal nih kampus gede, mahasiswanya juga banyak bener. Satu angkatan aja lebih dari serebu kaleee. Tapi kok bisa ya? Kok bisa gitu? Kek takdir gak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISI [✓]
Fanfiction[COMPLETED - NCT DREAM x æspa] Bagi Gyani, menjadi seorang panitia di acara kampus adalah makanan sehari-harinya. Ia yang selalu tergabung sebagai panitia divisi konsumsi atau publikasi membuatnya semakin percaya diri untuk terlibat dalam NEO Field...