[COMPLETED - NCT DREAM x æspa]
Bagi Gyani, menjadi seorang panitia di acara kampus adalah makanan sehari-harinya. Ia yang selalu tergabung sebagai panitia divisi konsumsi atau publikasi membuatnya semakin percaya diri untuk terlibat dalam NEO Field...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Tatapan Cakra, Juan, Januar, Jawad, Hisyam, Rian, Cici, Wita, dan Kirana kini kompak tertuju pada satu ponsel yang berada di tangan kanan Cakra. Hal ini menjadikan laki-laki itu tepat berada di tengah dan dikeliling oleh panitia berseragam biru-putih dari Divisi Logstran.
Kepala mereka terkadang terangkat bersamaan, lalu menunduk lagi untuk melihat ponsel. Setelah beberapa detik, naik lagi. Begitu seterusnya sampai leher mereka mulai pegal sendiri.
Jangan tanyakan Gyani dan Marvin sekarang, sebab mereka berdiri berdampingan di depan anggota lain dengan jarak antarsatu sama lain adalah satu langkah. Memang dasarnya Divisi Logstran senang menjadi pusat perhatian, hal ini tepat terjadi di tengah-tengah lapangan gymnasium.
Untung saja hanya ada Divisi Logstran, Divisi Acara, dan Divisi PDD hari ini, jadi tingkah mereka tidak ditangkap oleh banyak pasang mata. Mungkin?
Gyani mulai tidak nyaman dengan satu tangan terlipat di dada dan satu tangan lainnya menumpu. Gadis itu bahkan beberapa kali terlihat mengigit kuku dan membuang tatapan ke berbagai arah. Satu kakinya bergerak tak sabaran. Udah kek kebelet pen buang hajat!
Sedangkan laki-laki yang berdiri di samping Gyani hanya menyunggingkan senyum ke arah anggotanya. Kedua tangan dimasukkan dalam kantung celana berusaha menyembunyikan kegugupan.
"Ini serius, Kak? Kemarin?" Juan bersuara membuat Marvin mengembuskan napas lewat mulut dan mengangguk perlahan tanpa merasa bersalah. "Ya ... maksud gue kemarin banget?"
Sekali lagi Marvin membalas dengan anggukan ringan.
"Tunggu, kita butuh penjelasan!" Hisyam langsung mengangkat satu tangan di dada seolah menyuruh Marvin mematung sekali lagi.
"Kenapa harus pake penjelasan segala sih?"
Jawad menggeleng dan berujar dramatis dengan kedua tangan bergerak ke sana kemari. "Kita butuh kepastian, Kak. Yaaa lo tau lah ya, masa kayak gini nggak dirayakan."
"Temen gue aja rayain sambil makan pizza, spaghetti, sate, rawon, pokoknya udah kayak prasmanan lah. Masa Kakak nggak sih!" ucap Cici memanas-manasi keadaan membuat Marvin tergelak kecil.
"Oke, oke," Marvin mengamati satu per satu para anggota Logstran yang kini menampilkan binar-binar penuh harap, "kalian mau makan apa?"
ANJIR? DIJABANIN DONG!
"SO, IS IT REAL?!" pekik Kirana pada Marvin dan Gyani bergantian membuat suasana kembali hening untuk beberapa detik.
Gyani membuang napas dari mulut, lalu berkata, "Kalo misalnya gue jelasin, kalian bakalan percaya, nggak?"
"NGGAK!" jawab semua panitia solid, kecuali Marvin yang sekarang sedang mesem-mesem ke arah Gyani.
"Ya udah!" ucap Gyani tak acuh. Nampak kedua bahunya jatuh bebas, sementara pikirannya sudah melayang tak karuan. Entah bagaimana dia membuat skenario di kepala untuk hari-hari ke depannya, dari yang biasa saja sampai yang paling ekstrem sekalipun.