[COMPLETED - NCT DREAM x æspa]
Bagi Gyani, menjadi seorang panitia di acara kampus adalah makanan sehari-harinya. Ia yang selalu tergabung sebagai panitia divisi konsumsi atau publikasi membuatnya semakin percaya diri untuk terlibat dalam NEO Field...
⚠️ Chapter ini memuat konten dewasa yang dapat memicu trauma, sehingga dimohon kebijaksanaannya. Jika teman-teman merasa tidak nyaman, silakan skip chapter ini 😊
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Sore itu terlihat seperti biasanya, banyak panitia NFD yang berlalu lalang di sekre BEM ketika Divisi Logstran telah sampai di lokasi. Mengingat ruangan mereka yang berada di lantai 2, mau tidak mau kesebelas orang itu melewati koridor gelap panjang dan berjalan menuju tangga yang terletak di ujung bangunan.
Sesampainya mereka di depan pintu ruangan, Gyani dengan sigap merogoh saku celana jeans dan mengeluarkan kunci. Yang menjadi perhatian Marvin adalah gantungannya berupa akrilik gambar buah semangka. Ada pula miniatur spiderman yang menggemaskan.
"Lo suka spiderman? Itu, gantungan kuncinya," tanya Marvin saat Gyani akan memasukkan kunci.
Terinterupsi dengan perkataan sang kadiv, Gyani sontak menoleh ke arahnya. "Eh iya, Kak. Lucu, 'kan?" acapnya seraya memamerkan cengiran lebar dan mata menyipit. Gyani bahkan menggerakkan miniatur itu tepat di wajah Marvin yang membuat laki-laki tersebut tersenyum tipis.
"Ya Allah, kenapa gue terlahir untuk menonton keuwuan ini? Mana gue juga jomblo," ringis Hisyam yang menyandar pada dinding di belakang Marvin dan Gyani.
Cakra menggoyang-goyangkan satu tangan, sedangkan tangan lainnya terlipat di perut. "Mah, Pah, tolong cepet buka pintunya! Adek mau bobo!"
"Kakak juga mau makan nih. Laperrr," sahut Jawad.
"Ini kenapa jadi maen rumah-rumahan dah?" Wita bersuara sambil ngeliatin para panitia logstran dengan tangan yang penuh diktat kuliah. Maklum ya kan, mahasiswa teladan.
Hisyam memutar tubuh ke arah Wita yang berdiri paling ujung. "Dih, kenapa emang? Lo juga mau ikutan?"
"Ogah!"
"Kalo lo mau ikutan juga gak papa. Noh, lowongan pembantu masih terbuka!"
"Gue jadi tukang kebun aja kalo gitu, deh," sela Juan yang mencoba menengahi Hisyam dan Wita. Sontak saja keduanya berhenti mengeluarkan suara, sedangkan panitia lain hanya terkekeh pelan melihat keduanya mingkem.
Cklek....
Pintu ruangan berhasil terbuka membuat satu per satu panitia pun melangkah masuk tanpa melepaskan sepatu mereka.
Brian tidak berbohong ketika mengatakan bahwa ruangan paling ujung dan bercat putih ini merupakan tempat yang lebih luas, dibandingkan dengan ruangan divisi lain. Di dalamnya ada lemari kaca besar, sebuah nakas, karpet biru tua yang menutupi seluruh lantai, karpet merah yang dilipat dan diletakkan di ujung ruangan, dua jendela berukuran sedang dengan gorden bergambar Hello Kitty, meja kayu panjang, beberapa alat kebersihan, dan sebuah pintu yang menuju ke balkon.