17. Suka Kamu

283 41 3
                                    

Jimmy menatap Kuki setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Pria itu. Jimmy mengeratkan jaket Rei, lalu mengusap pucuk kepala gadis itu.

"Pulang sama Kuki aja ya. Lebih aman naik mobil enggak masuk angin. Makin tembem nanti kalau masuk angin. Gue ikutin dari belakang," ucap Jimmy sadar diri. Anak vespa bisa apa? Enggak bisa kasih kenyamanan buat Rei.

Rei sejujurnya merasa tak enak pada Jimmy. Sahabatnya itu sudah jauh-jauh menjemputnya. Di sisi lain tak enak juga karena Kuki telah menunggunya sejak tadi. Jimmy bisa melhat itu, Rei pasti dilema.

"Kita ketemu di depan rumah lo oke?" kata Jimmy kemudian menggandeng tangan Rei menuju mobil Kuki.

Kuki mengikuti dari belakang. Rasanya bingung juga dengan sikap Rei. Ia tak merasa dipermainkan. Tau sekali kalau Rei itu tak enakan. Pasti merasa bersalah karena menolak, meski tetap saja ada rasa cemburu karena apa yang dilakukan Jimmy. Mau protes? Kuki sendiri sadar tak ada hubungan apa-apa dengan Rei.

Kuki menekan tombol kunci mobil hingga kuncinya pintu terbuka. Jimmy membukakan pintu, kemudian saat Rei duduk ia meletakkan tangannya di atas kepala Rei, takut kalau Rei terantuk pintu. Dia bisa merasa bersalah nanti.

"Gue tunggu di rumah." Rei katakan lagi.

Jimmy mengangguk, menatap ke arah sabuk pengaman. Ingin memakaikan pada Rei, tapi enggan, Biar Kuki dapat satu poin tambahan. Masalahnya, keinginan Jimmy sebatas menjaga tanpa memiliki. Intensitas Rei hanya untuk ia perhatikan dan beri perhatian. Masalah perasaan sudah biasa ia tahan. Sejak dulu rasanya ia sudah membayangkan kalau Rei akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya. Rasanya Kuki masuk kriteria. Perhatian, terlihat dari caranya menemani Rei sampai malam. Uang, juga Kuki punya. Jimmy tak takut kalau Kuki akan bersikap seperti Satya. Dari sifatnya yang terlihat mendominasi Kuki pasti cukup royal.

"Iya ketemu di rumah," ucap Jimmy lalu menutup pintu mobil.

Setelah Jimmy menutup pintu, Kuki tersenyum singkat pada Jimmy lalu anggukan kepala. Pria itu kemudian masuk ke dalam mobil. Kuki menatap Rei yang menatap ke belakang mobil melihat Jimmy yang sedang berjalan menuju vespa miliknya. Kuki kemudian mendekat, buat Rei terkejut. Kuki menoleh dan tersenyum sadar kalau pergerakannya mengagetkan.

"Pakai sabuk dulu ya," ucap Kuki kemudian memasangkan sabuk pengaman pada Rei.

Apa yang dilakukan Kuki membuat Rei menahan napas. Bagaimanapun rasanya canggung sekali dalam situasi seperti ini. Kuki tau itu, ia hanya tersenyum mengetahui tingkah gadis itu. Setelahnya, ia segera mengendarai mobil. Saat mobil berjalan, Jimmy juga melajukan vespanya mengikuti dari belakang.

"Jimmy itu teman lama?" tanya Kuki buat Rei menoleh padanya.

"Iya, sahabat aku dari SD Kinan," jawab Rei.

Setiap Rei memanggilnya Kinan membuat ia berdesir hampir loloskan senyum. Hanya saja masih bisa ia tahan.

Perjalanan malam jadi tak tenang. Rei sibuk menoleh ke belakang beberapa kali, memerhatikan Jimmy yang memacu Vespanya tepat di belakang. Jadi pusing sendiri, padahal Kuki niatnya mau lancarkan niat untuk bertanya-tanya banyak hal, mau pedekate. Sejak tadi semua terganggu, di Edelweis diganggu sama Chelo. dan sekarang malah keganggu sama Rei yang tak bisa fokus padanya.

"Rei," sapa Kuki.

"Iya?" sahut Rei.

"Relax, kalau kamu kayak gitu malah pusing nanti. Jimmy ada di belakang kok." Kuki coba katakan baik-baik siapa tau Rei bisa fokus pada dirinya.

Rei mencoba lebih tenang. Kemudian menatap ke arah jalan. Ia menoleh pada Kuki. "Kuki, kalau enggak lewat jalan tol boleh?" tanya Rei, manis sekali buat diabetes.

Kuki gemas lalu tahan senyum dengan menggembungkan pipinya. Kuki mengangguk, meski alasannya Kuki tau, agar ia bisa memastikan Jimmy ada dalam jarak pandangnya. Tak masalah, Kuki bisa terima. Akan lebih menarik kan kalau ada saingan? Meski kalah dalam hal memahami. Kuki bisa bertanya pada Vhi.

"Rei, kamu kerja hari apa aja yang pulang malam?" Tanya Kuki.

"Yang pasti sekarang ini setiap senin dan rabu. Aku kadang juga harus pulang malam karena terpaksa gantiin Pak Bram."

"Kenapa Pak Bram?" tanya Kuki lagi penasaran.

"Hmm, istrinya sakit Kinan. Sakit ginjal dan kompilasi lainnya. Belakangan memang semakin menurun kesehatannya." jelas Rei pada Kuki.

"Kenapa harus kamu? Padahal banyak yang lain?"

"Kata Pak Bram harus aku biar aman. Aku juga enggak tau kenapa." Rei tak bisa menjelaskan dengan detail. Karena ia tau kalau tak semua orang percaya dengan hal spiritual. Ia tak ingin hubungan pertemanan dengan Kuki jadi canggung dan aneh karena jawaban yang ia berikan pada Kuki.

Kuki mencoba mencerna meski tak tau juga apa maksudnya. "Rei, kalau aku jadi temen kamu boleh kan? Selama ini aku enggak banyak punya waktu buat cari teman. Sahabat aku ya cuma Vhi aja. Rasanya asik juga kalau kamu jadi sahabat aku, bukan sekedar teman." Kuki coba melangkah lebh dekat. Tak menawarkan diri sebagai kekasih. Ia takut jika terlalu gencar malah akan membuat Rei jadi tak betah.

"Boleh, Kinan," jawab Rei.

Kuki tersenyum, lalu tanpa sadar menggigit ibu jarinya. Sejak tadi dengar Rei terus sebut namanya Kinan buat ia mulai menyukai nama itu. Sebenarnya ia tak terlalu menyukai nama itu karena terlalu terkesan feminim.

"Kamu suka apa Rei?"

"Suka kamu," sahut Rei cepat.

Kuki menatap, terkejut. Rei lalu tersenyum jahil. Kuki sadar Rei hanya bercanda dan Kuki segara tertawa setelah terdiam sepersekian detik. Jangan lupa, rei jagonya menggombal asal ceplos. Tak memikirkan kalau kini di hadapannya ada yang tengah baper. Berdebar sambil tahan senyum.

"Bercanda Kinan. Jangan marah ya?"

Kuki menggelengkan kepalanya. Gimana mau marah kalau gemas begitu? Gimana mau marah kalau jawaban yang diberikan buat jantung berdetak kencang sekali?

"Enggak kok."

Rei menatap kembali ke belakang. Sementara Kuki menggembungkan pipinya tahan senyum. Wajahnya memerah tahan malu akibat jawaban yang diberikan oleh Rei tadi.

Mobil Kuki memasuki pelataran rumah Rei. Kemudian berhenti tepat di depan pagar. Rei sudah melepas sabuk pengaman. Padahal Kuki mau melepaskan supaya bisa dekat sekali lagi.

"Jangan keluar dulu," pinta Kuki.

Kuki kemudian segera keluar dari dalam mobil ia membukakan pintu untuk gadis itu. Rei keluar dari mobil dan sama dengan apa yang dilakukan Jimmy, Kuki memastikan kepala Rei aman dari pintu mobil.

"Masuk sana udah malam lho. nanti kamu masuk angin.' Kuki meminta karena khawatir.

"Jimmy belum keliatan. Nanti aku masuk. Kuki makasih ya udah mau nemenin seharian ini. Makasih juga udah mau anterin aku pulang." Rei ucapkan pada Kuki.

"Sama-sama." Kuki kemudian berdiri bersandar pada mobil. "Aku temenin ya sampai Jimmy datang."

Rei anggukan kepala. Setelah beberapa menit keduanya hanya saling terdiam. Kuki juga jadi bingung apa yang harus ia katakan karena yang ada dalam otak Rei saat ini adalah Jimmy.

Tak lama Jimmy datang, Rei tersenyum dan Kuki cemburu. Jimmy menghentikan Vespanya tepat di depan mobil Kuki. Ia turun lalu menghampiri keduanya. Jimmy menepuk bahu Kuki. Berusaha mengakrabkan diri.

"Makasih ya Kuk. Makan dulu yuk. Gue beli nasi goreng," ajak Jimmy.

"Gue harus balik. Balik dulu ya?" Kuki tak ingin berlama-lama takut cemburu lagi.

Kemudian ia segera masuk ke dalam mobil. Jimmy tau kalau Kuki mungkin merasa tak nyaman. Ia lalu melirik pada Rei.

"Makan nasgor?"

"Gas!" seru Rei.

****>

.
.
.
Rei ini emang agak kurang asem ya suka bgt gombalin laki😭😭

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang