18. Kinar

263 41 3
                                    

Kuki melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen miliknya. Sesekali hela napas berat, dengan rahang yang mengeras. Inginnya tadi ia bersama Rei saja, hanya Kuki takut kecewa jika saja ada yang terjadi dengan Rei dan Jimmy. Apalagi keduanya begitu dekat bisa habis hatinya dibuat memanas. Perkara Rei yang begit cemas saat ia antar tadi saja sudah buat ia cemburu berat.

Saat masuk ke dalam apartemen tercium aroma masakan. Kuki melangkahkan kakinya menuju dapur. ia Ia berpikir kalau yang berada di sana adalah sang ibu. Namun, saat melihat sosok yang berdiri sambil sibuk memasak adalah sang adik, Kinar.

"Kinar?" gadis itu menoleh mendapati sang kakak buat ia berlari menghampiri.

"Kak Kuki!" serunya, kemudian memeluk sang kaka.

"Kapan balik?" tanya Kuki.

"Kemarin, memang Bunda enggak bilang?" tanya Kinar kemudian ia kembali melangkahkan kakinya menuju dapur untuk melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Enggak, gue enggak dikabarin Bunda. Biasanya bunda bilang kalau lo balik."

"Bunda sebel sama kamu Kak. Kata bunda kakak jarang pulang., padahal masuk kerja terus. Jarak kantor dan rumah itu dekat lho kak." Kinar bertutur sambil sibuk dengan kegiatannya.

"Iya, maaf. Gue mandi dulu ya." Kuki pamit kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan berganti pakaian.

Kinar dan Kuki memang cukup dekat meskupin keduanya bukan saudara kandung. Kinar saat ini berkuliah di luar negeri, Australia lebih tepatnya. Dan snag adik memang cukup sering berkunjung ke Indonesia jika ia sedang libur. Sepertinya, ini adalah alasan mengapa ia kini datang ke Indonesia kali ini karena tengah liburan musim panas.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Kuki berjalan kembali ke dapur. Di sana sudah ada Kinar yang tengah duduk di meja makan. Santapan malam buatan sang adik sudah siap. Kuki kemudian berjalan dan duduk di hadapan Kinar.

"Wow, cream cheese." Kuki bersorak senang mendapatkan santapan malam spesial buatan sang adik.

Kinar sudah sibuk menyantap makanannya Karena ia merasa lapar dan terlalu lama menunggu Kakak laki-lakinya itu. "Kok tumben sih Kakak pulangnya malam banget?"

"Tadi lagi ada urusan sama temen," jawab Kuki sambil mengunyah santapannya.

"Sama Vhi pasti?" tanya Kinar lagi.

"Bukan sama orang lain."

Kinar menatap dengan antusias masalahnya selama ini teman yang dikenalkan oleh sang kakak hanya Vhi saja. "Perempuan?"

Kuki melirik kemudian mengangguk.

"Oh my God. Seriously? Girl?" Gadis itu bertanya dengan antusias.

Selama ini Kinar tahu bahwa sang kakak sama sekali belum pernah berpacaran. Sejak sekolah Kakak laki-lakinya itu sulit sekali untuk didekati. Kemudian ketika ia mendengar bahwa Kuki dekat dengan seorang gadis tentu saja menjadi hal yang spesial dan begitu mengejutkan.

"Kenapa kaget gitu sih?"

"Actually I'm surprise. Aku nggak tahu Kakak habis kena apa atau mungkin Kakak kejedot sesuatu?" Gadis itu masih saja tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Kuki ketawa mendengar apa yang dikatakan oleh adik tirinya itu. Mungkin memang terasa aneh karena sama ini dirinya seolah menutup diri dari perempuan. Sebenarnya tidak menutup diri juga ia pernah juga mencintai orang lain. Temannya sewaktu sekolah menengah pertama. Hanya saja waktu itu ya harus melanjutkan sekolah ke luar negeri dan memilih memendam perasaannya.

"Aku nggak habis kenapa-napa. Apalagi kejedot. Rasanya juga aneh waktu pertama kali ngerasain perasaan ini. Selama ini buat aku berdebar cuman ketika pembahasan laba sama direksi. Jadi agak aneh juga ketika aku bisa ngerasain deg-degan waktu dekat sama perempuan." Kuki tersenyum malu kemudian ia kembali menyantap santap malamnya.

Kinar menatap sang kakak penuh dengan curiga dan penasaran juga sebenarnya siapa wanita yang bisa masuk dalam hati kakak laki-lakinya itu.

"Teman lama?"

Kuki gelengkan kepala. "Kamu boleh percaya atau enggak Tapi aku benar-benar baru kenal sama dia dan belum sebulan. Bahkan mungkin baru dua minggu yang lalu."

Kinar semakin terkejut dengan penuturan Kuki. "Sejujurnya aku kira nggak akan ada wanita yang bisa ngedobrak pintu hati kakak secepat itu. Spesial banget nih kayaknya? Pasti cantik banget?"

"Cantik, baik, pekerja keras, penyayang. Sejujurnya aku juga nggak tahu apa yang bikin aku bisa tertarik sama Rei." Kuki jadi malu sendiri ketika ia membahas gadis yang disukai.

"Ah, namanya Rei. Unik, kesannya casual, jelas bukan perempuan tipe princess."

"Udah kita selesai bahas tentang dia. Sekarang kakak mau tanya kenapa kamu tiba-tiba ada di Jakarta?"

Kinar berdecak kesal ia masih ingin membahas Siapa perempuan yang disukai sang kakak. "Aku masih mau tahu siapa perempuan yang kakak sukai itu?"

"Nanti pasti akan ada waktunya aku akan kenalin. Bukan sekarang karena saat ini pun aku belum deket sama dia, kita baru kenal dan hari ini aku baru bilang kalau ingin jadi sahabatnya dia."

Mendengar penuturan kakaknya Kinar semakin kesal. Bagaimana bisa sang kakak menyatakan diri untuk menjadi sahabat gadis yang disukai? Bukankah seharusnya lebih bagus kalau Kuki langsung menyatakan perasaannya?

"Kenapa Kakak minta jadi sahabat? Bukannya lebih bagus kalau kakak langsung bilang Kakak suka dan mau jadi pacar dia?"

"Dia bukan tipe perempuan seperti itu sih. Pokoknya dia itu unik, pipinya tembem, matanya cantik, sayang sama anak kecil, tetap baik meskipun udah disakitin, dia ikan." Kuki kemudian terkekeh.

"Hah ikan?"

Kuki tertawa mendapatkan reaksi terkecil seperti ini ditunjukkan oleh adiknya. "Zodiaknya, pokoknya untuk sampai saat ini yang aku tahu tentang dia ya baru itu aja."

"Ah Pisces. Kenapa sih Kakak harus bilang dia ikan?"

Kuki menoleh ada akuarium miliknya kemudian menunjuk ikan di dalam sana. "Karena aku kasih nama ikanku sama kayak nama dia."

Kinar menepuk keningnya, "sumpah ya Kakak kalau jatuh cinta itu aneh banget. Sadar Kak sadar. Ckckck," decak Kinar tak mengerti lagi apa yang harus dia katakan kepada sang kakak.

Cookie hanya tersenyum saja mendapat saat sang adik mengatakan bahwa ia kesal pada dirinya. Karena sejujurnya dia sendiri pun tak mengerti mengapa sikapnya menjadi seperti ini hanya karena Rei.

"Kamu di Jakarta berapa lama nanti?" tanya Kuki.

"Sekitar 2 Minggu sampai 1 bulan. Aku liburan musim panas, sebenarnya udah kelas cuman aku udah minta untuk bisa kerjain secara online. Lagian aku males banget summer di sana. Karena teman-teman aku kebanyakan mereka ambil kerja Part Time. Udah pasti aku nggak akan punya temen."

"Kenapa kamu nggak ambil part time juga?" tanya Kuki lagi.

"Males kak! Kenapa sih pakai ditanya kenapa aku enggak mau kerja part time?" Kinar kesal.

"Idih judes banget padahal Kakak kan cuma tanya doang."

"Soalnya pertanyaan kakak tuh sama kayak Bunda bikin kesel. Udah tahu aku pemalas, sudah pasti jawabannya karena aku malas."

Kuki kembali tertawa kali ini ia bisa membuat sang adik kesal rasanya cukup menyenangkan. Apalagi mereka berdua sudah jarang bertemu semenjak Kinar sibuk dengan perkuliahannya.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang