Cheryl tengah merapikan buku untuk segera berangkat ke sekolah. Setelah semua rapi ia memastikan kembali, siapa tau ada barang bawaannya yang ketinggalan. Setelahnya, gadis itu berjalan ke luar kamar. Melangkahkan kakinya menuju dapur. Kemudian melihat sang papi yang tengah membuat kopi pagi.
"Pagi Pi," sapa Cheryl.
Yuga menoleh mendapati buah hatinya tepat berada di belakangnya. Yuga kemudian memeluk dan mencium Cheryl. "Pagi sayang."
"Siapa sih Pi yang dipanggil mami sama Chelo?" tanya Cheryl penasaran.
"Ada karyawan di Edelweis. Papi juga enggak tau awalnya gimana. Tapi, tau-tau Chelo manggil dia mami."
Cheryl anggukan kepala. Ia tau sang adik memang sering kali random. "Aku kemarin kepikiran sesuatu Pi. Gimana kalau papi minta dia buat jagain Chelo di rumah. Jadi papi enggak usah bawa Chelo ke sana. Chelo kan anteng kalau udah dekat sama orang. Kalau Cheryl pulang sekolah, orang itu bisa balik ke Edelweis. Lagian jarak rumah kita ke Edelweis enggak jauh kan?"
Yuga memikirkan apa yang dikatakan oleh putri sulungnya itu. Tentu saja apa yang dikatakan oleh Cheryl tadi bisa membantunya untuk melakukan pekerjaan dengan lebih nyaman karena si bungsu tak mengganggunya di kantor. Namun, tentu saja Yuga tak yakin apakah Rei akan menurutinya atau tidak. Terlihat dari pertemuan mereka saat di ruangannya Rei cukup keras dengan pendiriannya.
"Kalau dia baik papi bisa bilang kalai Chelo sakit kalau kecapekan dan dia enggak bisa lepas dari papi. Dan papi enggak bohong kok kan Chelo emang kayak gitu," kata Cheryl mencoba memberikan saran pada sang ayah.
"Iya, bener juga kamu, tapi papi enggak bisa janji. Karena kamu tau kan kita enggak boleh memaksa orang lain." Yuga coba menjelaskan pada Cheryl.
"Jujur aku kesian kalau adek harus ikut papi terus ke kantor. Itu kan memang karena dia enggak bisa cocok sama banyak orang. Berapa banyak baby sitter yang papi pecat karena Chelo terus bertingkah. Jarang banget dia bisa dekat sama orang lain. Papi juga capek kan harus jagain Chelo sambil kerja?"
Semua yang dikatakan oleh Cheryl adalah benar. Ia dan Chelo sama lelahnya karena harus terus berada di kantor. Yang lebih menyebalkan adalah sekolah si bungsu yang terhambat karena ia yang harus ikut ke kantor terus menerus.
"Iya, kamu bener sayang," kata Yuga seraya mengusap lembut kepala Cheryl.
"Kalau sama papi enggak mau gimana kalau aku yang ngomong nanti?" Cheryl menawarkan diri.
"Oke," sahut Yuga.
Cheryl tersenyum kemudian ia berjalan menuju meja makan untuk menunggu sarapan. Cheryl melakukan ini selain karena ingin membantu ayah dan sang adik, juga karena ia penasaran dengan sosok mami yang selalu dikatakan sang adik. tentu saja dalam hal ini ia yang lebih bisa menilai apakah oang itu benar-benar mirip sang mami atau tidak. Karena Cheryl jelas mengenal sang mami dengan lebih baik dibandingkan dnegan sang adik.
Pagi ini Rei sudah rapi dan ia memang akan berangkat lebih awal karena harus menyiapkan properti. Setelah merapikan semua ia segera berjalan ke luar. Rumah sudah sepi, Iva sudah berangkat mengajar dan Jeno juga sudah berada di sekolah. Ia berjalan keluar membuka pintu sedikit terkejut karena menemukan Kuki yang kini berdiri di depan pagar. Pria dengan senyum manis itu melambaikan tangan.
Dengan tatapan terkejut, Rei berjalan mendekat. "Kinan?"
"Selamat pagi," sapa Kuki.
"Pagi," sahut Rei kemudian ia membuka pagar dan jalan mendekat.
"mau bareng?" tawar Kuki.
Tentu saja Rei tak akan bisa menolak ajakan ppia itu. Mana tega ia menolak, setelah Kuki repot-repot melakui perjalanan cukup jauh dari rumahnya. "Tunggu, kenapa kamu bisa ada di sini, Pagi-pagi begini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)
RomancePerempuan gemuk sering dipandang sebelah mata, dibully sepertinya sudah jadi makanan mereka sehari-hari. Tapi bagaimana jadinya, jika si gendut cantik ini diperebutkan pria-pria tampan? Reisya Clemira Prameswari Raharjo, kehidupannya begitu rumit...