20. permintaan Yuga

265 43 7
                                    

Setelah kejadian tadi Rei hanya terdiam dan bersandar pada kursi. Ia tak banyak berkata-kata sejujurnya ia tak suka balas dendam meski yang ia rasakan mengasikan. Tetap saja itu bukan dirinya. Apalagi ia tau kini Kuki bukan orang main-main. Sebelumnya, ia berpikir kalau Kuki hanya anak orang kaya yang kemudian bekerja menjadi karyawan swasta. Ia malas bergaul dengan orang dilingkungan atas seperti Kuki atau sebangsa nenek Ayu.

Lalu diamnya Rei membuat Kuki jadi bingung untuk bersikap. "Aku buat salah ya?"

Rei menoleh, kemudian menggeleng. "Enggak sih, aku seneng juga rasanya tadi. Tapi sebenarnya aku enggak mau ngelakuin itu. Aku biasanya biarin aja semua berlalu."

"Kadang kita harus buat sadar seseorang supaya enggak ngelakuin kesalahan yang sama. Dengan kamu diam mungkin Satya akan terus brengsek. Bisa aja ini jalan dari kamu buat dia lebih baik." Kuki menjelaskan pendapatnya.

Rei bisa mengerti, meski tetap saja ada rasa bersalah yang ia rasakan. Meski seharusnya ia tak perlu merasa seperti itu.

"Maaf buat kamu jadi ngerasa enggak enak Rei. Aku cuma mau bantu kamu." Kuki jadi merasa bersalah karena Rei yang mendadak diam.

"Enggak kok, jangan ngerasa gitu. Aku sebenarnya seneng ada perasaan puas. Tapi, disisi lain ada rasa bersalah sedikit." Rei tak ingin membuat Kuki semakin merasa bersalah. Apalagi ia tau kalau Kuki hanya membantunya.

Kuki tersenyum lega karena ternyata Rei tak kesal. Bisa pusing sendiri dia kalau Rei kesal karena kelakuannya. Bisa tak punya nyali lagi bertemu dengan gadis itu.

Saat itu ponsel milik Rei dering dia menerima sebuah pesan yang segera ia buka. Itu dari Yuga atasan memintanya untuk segera ke kantor dan ke ruangannya setelah ia tiba.

"Kinan," panggil Rei segera membuat pria di sampingnya itu menoleh. "Boleh nggak kalau aku minta masuk dari pintu timur. Bukan dari pintu belakang?"

"Boleh, tapi bukannya kamu jalannya jauh kalau kita masuk dari pintu timur?" tanya Kuki.

"Iya memang, tapi Pak Yuga minta aku untuk ke ruangannya dia setelah datang nanti."

Kuki menganggukan kepalanya setuju untuk mengantarkan Rei pintu timur setelah ia tiba nanti. Perjalanan memakan waktu cukup lama sampai akhirnya mereka tiba di edelweis.

"Makasih ya Kinan kamu udah mau repot-repot anterin aku," ucap Rei.

"Sama-sama, aku langsung ke kantor ya?" tanya Kuki.

"Hati-hati ya Kinan," sahut Rei.

Dan entah mengapa Kuki jadi merasa malu sendiri karena diberi perhatian sederhana seperti itu. Setelah Rei keluar dari mobil Kuki segera beranjak dari sana iya masih menunggu sampai beberapa saat melihat gadis itu perlahan berlalu dari pandangannya masuk ke dalam edelweis.

Rei angkatan kakinya menuju kantor perjalanan tanpa makan waktu yang terlalu lama karena letaknya cukup dekat dari pintu timur. Setelah sampai di kantor ya saya kira masuk dan kemudian sang sekretaris memintanya untuk segera masuk ke dalam ruangan Yuga. Dina juga mengatakan bahwa sang atasan sudah menunggu Rei sejak tadi.

Rei mengetuk pintu Kemudian ia segera diperkirakan masuk. Setelah dipersilakan hadis itu segera membuka pintu dan berjalan masuk menghampiri Yuga yang kini tengah duduk sambil membaca dokumen miliknya. Pria pucat itu sedikit menoleh dan menatap ke arah Rei setelah gadi itu tiba.

"Silakan duduk, "ucap pria pucat itu mempersilahkan.

Rei segera mengikuti apa yang diperintahkan ia segera duduk di kursi yang berhadapan dengan Yuga.

"Saya nggak mau basa-basi untuk bahas ini. Saya mau kamu jadi baby sitter anak saya." Yuga mengatakan keinginannya pada Rei.

Tentu saja apa yang dikatakan sang atasan itu membuat Rei sedikit merasa terkejut. Kita aneh karena tiba-tiba Yuga memintanya untuk menjadi babysitter. Dirinya tahu kalau memang Chelo cukup dekat dengannya. Tapi dia juga memiliki pekerjaan lain yaitu di rumah hantu mana mungkin ia bisa menjadi babysitter untuk anak atasannya itu.

"Maaf Pak tapi kan saya juga punya pekerjaan dan tanggung jawab di sini?"

"Saya tadi udah minta izin sama Pak Bram. Dia bilang kamu boleh jadi baby sitter dan jadwalnya bisa diatur nanti. Kamu bisa jagain Selo dari Senin sampai Jumat. Kemudian kamu juga bisa kerja di rumah hantu dari Sabtu sampai Minggu." Yuga mengatakan hal itu seolah tak merasa bersalah.

Bisa dibayangkan Bagaimana sibuknya Gadis itu dari Senin sampai Minggu dan terus saja bekerja.

"Maaf Pak tapi sabtu sampai minggu biasanya saya ada kegiatan lain. Dan untuk minggu besok saya punya workshop yang harus saya ikuti. Lagi pula saya manusia Pak bagaimana bisa saya kerja dari Senin sampai Minggu tanpa libur?" tanya Rei sopan.

Yuga menghentikan kegiatannya ia kemudian menatap fokus pada gadis itu. "Untuk jagain anak saya tuh nggak ribet. Kamu tinggal duduk dan lihat ini aja. Chelo kalau sudah dekat sama orang dia nggak banyak maunya. Paling Kamu nemenin dia belajar atau nonton TV. Kegiatan rumah saya ada pelayan lain Jadi kamu nggak usah kerja ekstra. Jagain dia kamu juga bisa belajar atau mau kenal lain secara daring."

"Bukan gitu Pak, tapi-"

"Karena saya udah bingung banget nggak tahu lagi gimana harus menghadapi anak saya itu. Nggak ada yang bisa buat dia nurut dan saya lihat dia dekat sekali sama kamu tanpa alasan yang jelas." Yuga berkata dengan sedikit memaksa agar Rei mau untuk menuruti permintaannya.

"Tapi Pak?" Tanya Rei lagi. Gadis itu semakin bingung dengan penawaran yang dilakukan oleh atasannya.

"Gaji kamu saya naikin dua kali lipat dari gaji kamu di rumah hantu gimana?" Yuga bertanya dan jelas saja itu sejujurnya membuat Rei sedikit tergiur. "Tiga kali lipat kalau gitu? Berarti itu sekitar 12 juta sebulan?"

"Tapi bener Bapak udah bilang sama Pak Bram?" Rei coba meyakinkan kembali karena ia tak ingin menyusahkan Pak Bram karena dirinya yang tak lagi mungkin akan membantu di rumah hantu.

'betul saya udah bilang ke dia kalau saya ingin kamu bantuin untuk jagain Chelo. Kalau kamu nggak percaya kamu bisa tanya dia." Yuga menjawab mencoba memberi keyakinan kepada Rei bahwa Ia memang sudah memberitahu Pak Bram mengenai masalah ini.

"Baik kalau gitu Pak saya mau," sahut Rei.

Yuga mengulurkan tangannya dan segera dijabat oleh gadis itu. "Baik kalau gitu kita sepakat ya? Kamu kan kerja di rumah saya sebagai baby sitter anak saya. Untuk detailnya kamu bisa tanya-tanya mengenai Chelo ke anak sulung saya atau pembantu saya di rumah."

"Baik pak," ucap Rei.

"Kalau begitu kamu bisa mulai kerja hari ini kan?"

"Boleh Pak nanti saya bilang sama Pak Bram juga sebelum saya bekerja hari ini di tempat bapak."

"Oke kalau gitu kamu silakan ke rumah hantu dulu nanti saya akan minta Brian untuk antar kamu ke rumah."

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang