Happy reading.
~
~
~
~
~10 tahun kemudian.
Aleza menatap gundukan tanah yang ada di depan nya dengan sedih. Kilasan memori beberapa tahun lalu terlintas di ingatan aleza. Ia tak menyangka orang yang paling ia sayangi. Orang yang sangat menyayangi nya dan mengerti akan diri nya harus berpulang ke pangkuan sang pencipta.
Jiko Wicaksono bin Wiratama.
Sebuah nama batu nisan yang tertulis di atas gundukan tanah itu."Sudah lah kamu tidak perlu bersedih, sekarang cepat lah masuk ke mobil kita sudah memakan banyak waktu untuk hal yng tidak terlalu penting ini "ujar zidan yang melihat ke arah jam tangan nya.
Aleza mengepalkan kedua tangan nya.
Hari ini merupakan hari berduka untuk mereka. Tidak kah zidan memiliki rasa empati terhadap mertua nya. Bahkan aleza melihat ratih yang hanya menatap datar kearah kuburan jiko."Aku harap kematian kalian juga merupakan hal yang tidak penting bagiku "aleza menatap tajam ke arah zidan dan ratih sesaat. Ia masuk ke dalam mobil mereka. Zidan dan ratih cukup terpaku dalam beberapa saat.
Bandung -> jakarta.
Hanya memakan waktu selama 2 jam 47 menit lewat jalan tol Cipularang. Aleza memejamkan mata nya selama perjalanan. Ia tidak ingin melihat makhluk - makhluk yang berkeliaran di jalan raya. Wujud mereka sangat lah menyeramkan. Terkadang aleza sangat mual melihat nya.Di perjalanan tidak ada yang membuka suara dari mereka. Hanya keheningan yang menemani. Zidan dan ratih sama - sama sibuk dengan ponsel nya.
Mobil mereka berhenti secara mendadak.
"Ada apa boy ?"tanya zidan kepada sang supir."Itu pak di depan sana ada kecelakaan seperti nya cukup parah "jawab boy. Zidan hanya mengangguk saja mendengarkan jawaban dari sang supir.
.....
Akhirnya mereka sampai juga setelah lama menempuh perjalanan. Hari sudah menjelang sore. Aleza berjalan menuju kamar nya yang di tunjuk oleh bik jum asisten rumah tangga di rumah itu.
"Ini non kamar nya , warna pink bagus kan. Ini bibi loh yang pilih warna nya karena bibi yakin non pasti suka warna pink "ujar bik jum dengan bangga.
"Terimakasih, kamarnya bagus kok bik tapi saya suka nya warna biru bukan pink "bik jum jadi tersenyum kikuk mendengar ucapan aleza.
"Em..kalau gitu bibi mau ke dapur dulu ya non "pamit bik jum yang sudah merasa malu.
Aleza menatap kamar nya yang terbilang cukup besar. Mata aleza menangkap sosok yang berdiri di pojok ruangan nya. Aleza memalingkan wajah nya saat ia melihat rupa sosok itu yang mulai menyeramkan.
"Berhenti. Kalau kehadiran lo disini cuma mau ganggu lebih baik pergi " dengan nada sarkas.
Sosok itu pun menunjukkan wajah nya yang lumayan. Tidak seseram tadi hanya bibir pucat saja yang membuat wajah cantik nya itu sedikit pudar.
"Kamu bisa melihat aku ?"tanya sosok itu yang melayang mendekat ke depan aleza.
Aleza mengangguk dan menatap sosok itu dengan datar. Ia menaikkan sebelah alisnya . "aku jeje, ayo berteman "sosok mengulurkan tangan nya ke arah aleza.
Aleza mengabaikan sosok yang bernama Jeje itu. Ia memasukkan pakaian nya ke dalam lemari. Jeje merasa kesal karena di abaikan oleh aleza. Jarang sekali ada manusia yang bisa melihat dirinya pikir Jeje.
"Hei manusia tembok , ayolah kita berteman. Setidaknya kau harus memiliki teman walaupun itu gaib "Jeje berujar dengan sok bijak.
"Gue gak butuh teman. Apalagi gaib "tolak aleza. Jeje memegang dadanya seakan ia merasakan patah hati yang sangat dalam. Aleza tumbuh menjadi sosok yang introvert.
"Sungguh kau sangat menyebalkan manusia tembok "Jeje memasang wajah sedih yang sangat tidak cocok di wajah pucat nya itu.
Aleza pergi ke kamar mandi guna membersihkan tubuh nya. Jeje bersantai di kasur milik aleza. Ia cukup sopan untuk tidak mengintip aleza mandi.
Aleza telah selesai mandi ia masih melihat sosok Jeje yang rebahan di kasur milik nya. "Apa lo gak ada urusan lain, selain menjadi penunggu kamar gue ?"tanya aleza yang masih setia dengan raut wajah datar nya.
"Aku akan pergi setelah kita berteman "Jeje kembali mengulurkan tangan nya. Aleza yang sudah mengantuk pun hanya mengiyakan saja.
Jeje berteriak kegirangan ia pun pergi meninggalkan aleza yang mulai mengistirahatkan tubuhnya.
Tok...tok...tok...
Baru lima belas menit aleza tertidur.
Suara ketukan pintu berhasil mengusik tidur nya.Ceklek.
"Maaf non menggangu " bik jum merasa tidak enak karena telah menggangu aleza.
"Sudah tahu ganggu kenapa datang sih "cibir Jeje. Jeje pun melayang mendekat ke arah bik jum. Ia menghembuskan nafas nya ke arah telinga dan tengkuk bik jum.
Aduh kamar nya non ale kenapa jadi serem ya. Ini siapa sih yang hembus leher dan telinga saya.batin bik jum takut.
Aleza hanya menatap datar Jeje.
"Ada apa bi ?"tanya aleza."A..anu non , non di suruh turun ke bawah untuk makan malam sama ibu dan bapak "ujar bik jum.
"Ale akan menyusul bibi duluan saja "bi jum pun segera pergi dengan langkah cepat. Jeje tertawa puas melihat wajah ketakutan bi jum. Ia senang saat menjahili bi jum.
"Sekali setan ya bakal tetap setan "celetuk alez yang segera turun ke bawah. Jeje merasakan sakit hati mendengar perkataan aleza.
"Ih dasar manusia tembok nyebelin, pantas saja tidak ada yang mau berteman dengan nya "cibir Jeje yang merasa kesal.
Aleza menarik kursi yang ada di sebelah Cleo. "Jangan duduk sebelah gue. Gue gak mau bersebelahan sama manusia gila kayak lo "aleza mengurungkan niat nya untuk duduk di sebelah Cleo. Ia duduk di sebelah laki - laki yang menurut nya asing.
Makan malam pun berjalan dengan tenang hingga Jeje hadir sambil mengganggu aleza. Jeje menampakkan wujud menyeramkan nya saat aleza sedang makan.
"Oh shit "gumam aleza yang mampu di dengar cowok yang berada di sebelahnya. Jeje tesenyum senang saat berhasil menggangu aleza.
"Awas lo "desis aleza menatap jeje dengan tajam. Tangan Jeje menggenggam sendok itu hingga membuat nya bengkok. Jeje yang merasakan aura permusuhan dari aleza pun segera pergi.
Perlakuan aleza tidak luput dari penglihatan cowok asing itu. "Maaf , gue mau nanya sama lo. Lo bisa makan pakai sendok bengkok itu ?"tanya cowok itu yang menunjuk sendok yang berada di tangan aleza.
Aleza hanya diam tak menjawab apa pun.
Baginya ia tidak perlu berinteraksi dengan orang asing."Ale itu rafa lagi nanya sama kamu "tegur ratih. Aleza tetap diam tak menjawab ucapan ratih.
"Kenalin gue rafael sepupu lo "rafael mengulurkan tangan nya. Seperti yang di lakukan aleza terhadap Jeje. Ia sama sekali tidak merespon tindakan rafael.
"Besok kamu akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kakak kamu dan juga rafael. Saya harap kamu tidak akan membuat masalah disana ".ujar zidan.
"Satu lagi yang perlu lo ingat, jangan pernah menunjukkan penyakit gila lo itu di sekolah. Dan jangan pernah mengaku kalau gue itu kakak lo "ucap Cleo menimpali.
Aleza menatap keempat nya dengan senyuman sinis. Rafael cukup di buat merinding dengan senyuman aleza.
"Akan saya kabulkan permintaan kalian "aleza bangkit dari kursi nya dan meninggalkan makanan nya yang belum habis.
Quotes.
"Aku pikir kehadiran ku akan di sambut dengan bahagia.Setelah sekian lama tidak bertemu.
Tapi nyatanya tidak, PAHIT itu yang aku rasakan saat bertemu lagi dengan mereka.
Rasanya masih sama seperti dulu."Dua part langsung nih guys author kasih.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya bestie.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO GIRL
Horror~Terlahir menjadi seorang indigo ~ Mereka menganggap diriku ini gila. Aku tidak gila hanya saja mereka yang tidak mengerti akan diriku. Aku tidak tahu ini sebuah anugrah atau derita untuk ku. Aku ingin seperti yang lain nya menjalani kehidupan tanpa...