Happy reading.
~
~
~
~
~Malam ini aleza kembali makan bersama kedua orang tua nya. Ia makan dalam diam tanpa memperdulikan sekitar. Sikap datar dan dingin nya senantiasa melengkapi wajah cantik nya.
Rafael dan juga kakak kembar nya sesekali melirik ke arah aleza. Aleza hanya fokus dengan makan nya Ia tahu sedari tadi mereka melirik dirinya.
"Aleza besok kamu akan bertemu dengan dokter Richard Kamu harus konsultasi dengan nya ". Aleza mengerutkan dahinya dalam. Ia menatap zidan dengan lekat meminta penjelasan.
"Ya , papa ingin kamu berobat dengan dokter richard Papa sudah membayar nya dengan mahal. Papa berharap penyakit kamu akan segera teratasi. Kamu tahu kami tidak ingin publik tahu kalau kamu adalah putri kami ". Aleza menggenggam sendok nya dengan erat guna menyalurkan amarah nya.
"Aku tidak butuh dokter kalian tenang saja aku juga tidak akan memberitahukan kepada publik kalau aku merupakan putri kalian. Karena sesungguh nya aku lah yang malu memiliki keluarga toxic seperti kalian.".
"Jaga bicara kamu aleza "bentak ratih.
"Sekarang kamu semakin membangkang apakah ini yang kami ajarkan sama kamu selama ini ?"zidan meninggi kan intonasi nya
"Tidak. Karena selama ini kalian tidak pernah mengajariku apa pun "ratih dan zidan sontak terdiam.
"Dengarkan aku baik - bai Sampai kapan pun aku tidak akan berobat aku tidak gila dan juga tidak memiliki penyakit. Jangan pernah ikut campur terhadap diriku Karena kalian tidak berhak abaikan aku seperti kalian mengabaikan ku dulu ".
Aleza beranjak dari duduk nya ia pergi keluar guna mencari udara segar. Ia berjalan menuju taman yang sepi.
"Gue benci kalian "gumam nya. Ia menatap hamparan rumput dengan tajam berkali - kali ia menggumamkan kalimat yang sama. "Gue benci kalian ". Ia menutup matanya dan berusaha meredakan amarah nya.
"Keluarga kamu jahat banget sih za "Jeje duduk di sebelah aleza. Jeje mencoba membuat aleza terhibur. Namun bukan nya terhibur justru aleza semakin marah. Bagimana tidak Jeje memperlihatkan wujud nya yang menyeramkan.
Sudah satu jam aleza duduk di bangku taman ditemani Jeje Ia menghembuskan nafas nya kasar dan beranjak untuk pulang. Di depan rumahnya ia mendengar kedua orang tuanya yang tertawa lepas.
Ia menatap sinis ke arah orang tua nya. Ternyata ada seorang gadis yang hadir di rumah nya. Kembar juga terlihat sangat antusias berbeda dengan rafael yang menatap gadis itu dengan jengah.
Aleza berjalan menuju kamar nya , ia mencoba mengabaikan mereka. "Aleza "panggil rafael. Aleza menulikan pendengaran nya dan dengan cepat melangkah menuju kamar nya.
Betapa kaget ya ia saat melihat kamar nya yang sudah berubah. Barang - barang nya sudah tidak ada lagi disana. "Kamu akan tidur di ruang tamu, mimi akan tinggal disini dan dia akan menempati kamar ini "ujar ratih.
Aleza tidak habis pikir dengan orang tuanya. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti itu. Benar mereka sangat tidak layak untuk menjadi orang tua aleza. "Silahkan ambil saja kamar ini "aleza pun pergi menuju kamar tamu.
"Mami dia siapa ?"tanya mimi.
"Dia aleza, hanya anak pembantu disini "zidan , rafael dan juga kembar terkejut mendengar perkataan ratih. Begitu juga dengan aleza yang masih bisa mendengar percakapan mereka.
....
Pagi ini aleza tidak sarapan bersama mereka. Aleza akan mengabulkan perkataan ratih. "Bu jum , nasi goreng ale udah jadi kan ?"tanya aleza.
"Udah dong neng geulis. Ini saya bikinin nasi goreng spesial buat neng geulis "aleza tersenyum dengan sangat tipis.
"Kalau gitu ale pamit pergi ya bi Assalamu'alaikum "aleza meraih tangan bi jum dan menyalami nya.
Ia berjalan mengabaikan keluarga nya yang menatap nya dengan pandangan yang berbeda. "Papi ayo antar aku ke sekolah baru "rengek mimi.
Zidan pun mengelus kepala mimi dengan sayang. Ia mengangguk dan berpamitan dengan ratih di ikuti rafael dan juga kembar. Aleza sudah masuk ke dalam mobil. "Loh pi kok anak pembantu ini bisa satu mobil sama kita sih "mimi melihat aleza dengan tidak suka.
Rafael menarik tangan aleza dan mengintruksikan agar aleza pergi dengan nya. Aleza segera turun dari mobil dan naik ke atas motor rafael. Mereka berdua pun pergi tanpa berpamitan dengan zidan.
Sesampainya di sekolah rafael menatap aleza dengan lekat. "Are you okay ?"tanya rafael.
"Yes. I'm okay ".
Aleza berjalan meninggalkan rafael yang terus menatap ke arah nya. Sesampainya aleza di kelas, ia membuka bekal yang di buat bi jum. Ia memakan nasi goreng buatan bi jum easa nasi goreng nya sangat enak.
Bel berbunyi disaat aleza sudah menghabiskan makanan nya. Teman kelas juga sudah mulai masuk ke kelas.
"Pagi ale "sapa puspita. Aleza mengangguk sebagai jawaban.Guru mereka pun masuk ke dalam kelas. Seperti biasa KBM pun telah di mulai.
"Jadi hari ini kita akan mengambil nilai praktek dari pelajaran seni. Nah kebetulan minggu semalam kita sudah membahas tentang seni rupa. Jadi hari ini praktek kita adalah melukis. "Jelas sang guru.
"Bu , saya gak bisa melukis "ujar gio sang murid.
"Saya tidak mau dengar alasan apa pun, Praktek akan tetap di laksanakan. Mau kamu gambar gunung seperti anak SD juga akan tetap saya nilai. Asalkan jangan lukisan kosong.". Para murid pun mengangguk mendengar nya.
"Ayo kita ke luar kalian akan menggambar di luar agar menambah imajinasi. Tapi bukan imajinasi liar "guru itu pun menatap tajam gio yang cengengesan. Benar pikiran gio berimajinasi ke hal lain.
Mereka pun keluar mengikuti sang guru.
"Waktu kalian hanya 10 menit untuk ke koperasi membeli segala perlengkapan. Tenang saja kalian hanya perlu menggambar di buku gambar biasa. Jadi tidak akan memakan banyak biaya ".Aleza berjalan bersama puspita , siti dan rafael. Ia mengambil buku gambar , pensil dan juga penghapus. "Biar gue aja yang bayar "rafael merebut semua yang di pegang aleza.
Aleza tidak menolak sedikit pun toh bukan nya tidak baik menolak rezeki. Lagian aleza tidak meminta tetapi rafael sendiri yang berniat membayar nya.
"Thank's "aleza mengambil lagi perlengkapan nya dari tangan rafael dan segera keluar dari ruang koperasi."Baiklah , kalian bisa melukis nya sekarang ". Ujar sang guru.
"Baik bu ".
Aleza tidak tahu harus menggambar apa, ia bisa melukis tapi tidak terlalu berbakat. Kakek nya selalu mengajar kan ia apa pun , agar kedepan nya aleza menjadi anak yang sangat hebat.
Aleza menggambar sebuah lukisan biasa, namun memiliki arti yang sangat dalam. Lukisan yang pernah ia buat dahulu di temani kakek nya.
Aleza memberikan satu kata di ujung gambaran tersebut. Lelah kata yang tertulis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO GIRL
Terror~Terlahir menjadi seorang indigo ~ Mereka menganggap diriku ini gila. Aku tidak gila hanya saja mereka yang tidak mengerti akan diriku. Aku tidak tahu ini sebuah anugrah atau derita untuk ku. Aku ingin seperti yang lain nya menjalani kehidupan tanpa...