1. [PROLOG]

2.2K 117 0
                                    

•••

"Gue gak sudi, gak akan pernah sudi nganggep lo abang! Sampe mati, pun! "

Suaranya menggema diseisi ruangan, ia berbicara, berteriak sambil menangis karena lagi dan lagi orang yang berada dihadapannya ini, menurutnya selalu merebut kebahagiaan.

•••


"Abang lemah banget, ya? Kamu sampe benci banget gitu..."

"Kalo iya kenapa? Lo sama ayah sama aja. Coba kalo gak ada lo dikeluarga ini, pasti ayah udah punya banyak uang karena anak kaya lo gak idup. Kenapa gak mati aja sih lo!" Tidak peduli sudah beberapa kali ia pernah membentak lelaki yang lebih tua darinya itu.

Dika tertutup gengsi, ia bahkan seringkali dibully disekolahan hanya karena masalah ekonomi keluarga mereka. "Dasar parasit!"

•••

Senyuman kecut terlihat jelas diwajah Reyan. Ia hanya diam saja membiarkan adiknya melampiaskan semua emosi kepada dirinya. Tidak peduli dengan tubuhnya yang telah babak belur saat ini.

Katakan saja jika Reyan memang terlalu lemah, ia saja tidak ada niatan untuk membalas perbuatan adiknya itu. Reyan paham dengan apa yang sudah bertahun-tahun ini adiknya rasa.

•••

Dika benci Reyan. Ia benar-benar membencinya karena suatu alasan di balik itu semua. Dika tak pernah menyangka bahwa selama ini yang dikatakan oleh abangnya memang benar adanya. Ia terlalu menulikan telinga, sehingga tidak mempedulikan suara kesakitan Reyan sewaktu itu.

Hal yang paling mengerikan dan datang terlambat adalah sebuah penyesalan. Redup, hidupnya bahkan seakan berhenti berjalan karena sebuah rasa bersalah yang siap menyelimuti hatinya.

"Maaf..."

Air matanya menintik. Terlambat akan kesadarannya. Permintaan maaf nya yang tak akan pernah dapat balasan dari seseorang yang ia sakiti di masa lalu.

Semuanya berubah menjadi rasa penyesalan ketika ia mengetahui semua hal yang bahkan tidak pernah ia sangka.

°°°

Cahaya Redup [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang