24. [KAMU KUAT!]

471 47 0
                                    

•••

Hari Minggu ini, Bagas sengaja tidak berangkat untuk bekerja. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Reyan. Tak ingin jika nanti akan terjadi hal buruk yang akan menimpa putranya ketika tak ada dirinya disini.

Bukan hanya Reyan, kali ini Bagas juga akan mengajak Dika. Ia ingin lebih dekat dengan putra bungsunya, sungguh.

Ketika Reyan sudah dinyatakan baik-baik saja tadi, Bagas lantas segera kembali kerumah berniat untuk mengajak Dika ikut serta kerumah sakit bersama.

Ia tidak ingin jika anaknya akan beranggapan bahwa dirinya pilih kasih. Bagas tak akan membiarkan kalimat itu keluar dari mulut Dika lagi. Sungguh ia sama sekali tak ada niat sedikitpun untuk membedakan kedua putranya.

Namun disini Dika sama sekali tak menggubris ajakan sang ayah. Sejak tadi pemuda itu sibuk dan memilih untuk tidak menjawab saja apa yang ayahnya ucapkan.

Bagas hanya bisa menghela napas pelan. Benar-benar sulit rasanya untuk meyakinkan Dika disini.

"Kamu masih marah soal kemaren ya, dek? Ayah minta maaf, ayah belum bisa ngasih uang segitu sayang. Kalau kamu pengen jam tangan, ayah bisa beliin buat kamu, asalkan yang harganya masih pas buat ayah." Ucap Bagas mencoba untuk menurunkan kemarahan Dika padanya.

Namun semua itu tak ada jawaban apapun dari mulut kecil putranya, bahkan Dika malah memilih untuk berlalu begitu saja tanpa berpamitan dahulu dengan ayah.

Bagas tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Sungguh demi apapun uang hasil kerjanya masih digunakan untuk pengobatan sang anak, ia tak memiliki uang lebih lainnya untuk membeli barang yang diinginkan oleh Dika.

Terkadang sakit rasanya ketika Bagas tak bisa memenuhi apa yang diinginkan oleh anaknya. Jangankan untuk membeli barang lain, untuk pengobatan Reyan saja sepertinya cukup sulit.

Ekonominya sudah tak semulus dahulu, semua berubah berjalannya waktu. Memang benar jika roda kehidupan terus berputar. Kadang diatas dan kadang pula dibawah.

Sang ayah mengamati punggung Dika yang perlahan hilang dari pandangan. Putranya itu berjalan keluar entah ingin pergi kemana.

Bagas hanya bisa memandangi putranya itu sekarang. Ia benar-benar tak tahu apa lagi yang harus dilakukan kecuali menolak apa yang Dika inginkan.

Sejujurnya Bagas ingin memarahi Dika, ingin memberi pelajaran bahwa apa yang diinginkan anaknya itu sangat sulit untuk ia raih. Walaupun terkesan memiliki harga kecil bagi Dika, namun ayah tetap tak ingin membelikannya karena menurutnya itu sudah mengeluarkan uang sangat banyak.

Saat seperti ini saja Bagas tak tahu apa yang bisa ia lakukan. Pekerjaannya tak memiliki bayaran yang pasti. Semua tergantung dengan pelanggan yang ingin menaiki taksinya. Bahkan kini ia kehilangan pelanggan karena kebanyakan dari mereka memilih untuk memesan taksi online.

Dahulu Bagas tidak pernah menyangka bahwa dirinya yang termasuk orang penting dikantor, memiliki begitu banyak pemasukan uang yang cukup banyak dan juga tentunya semua itu dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Sangat berbeda dengan sekarang. Pemasukan yang tak tetap dan terkadang bernilai begitu kecil, membuat Bagas harus bekerja sampai malam demi memenuhi targetnya.

Cahaya Redup [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang