•••
Diatas langit, nampak warna jingga yang menghiasi kota jakarta ini. Burung-burung berterbangan pulang ke sarang mereka. Beberapa kendaraan terus berlalu-lalang untuk melanjutkan perjalanan.
Tak disangka, Reyan terkejut saat bangun dari tidurnya dengan posisi yang masih sama. Tidur terduduk diruang dapur dengan kedua tangan yang menjadi tumpuannya.
Pemuda itu menyadari bahwa waktu telah menunjukkan sore hari. Cahaya senja terlihat dari pintu dapur ini yang terarah dari barat. Celah pintu itu dapat menunjukkan cahaya jingga yang memasuk dapurnya.
Reyan beristighfar berkali-kali, mencoba untuk menetralkan rasa keterkejutannya.
Perutnya jelas terasa sakit karena sejak pagi tadi pemuda itu sama sekali belum mengisinya. Ia memilih untuk mengangkat baju-baju yang sebelumnya masih dijemur dihalaman belakang. Reyan yakin jika semua pakaian itu telah kering dibawah panasnya sinar matahari.
Kepalanya masih terasa sakit, namun semua itu tak separah tadi. Ia bahkan tak habis pikir, bagaimana bisa tertidur hingga sore hari seperti ini?
Diangkatnya pakaian-pakaian yang semula terjereng dihalaman rumah itu. Pemuda tersebut lantas segera berjalan kedalam rumah dan meletakkan baju-bajunya kesebuah kamar tamu yang tidak terpakai.
Perutnya kini berbunyi menandakan bahwa ingin segera diisi.
Helaan napas keluar dari mulut pemuda itu disaat ia ingat bahwa ada dua waktu ibadah yang ditinggalkannya. Reyan benar-benar sudah tak habis pikir dengan apa yang terjadi padanya.
Dari arah pintu, terlihat Dika yang baru saja sampai rumah. Reyan ingat jika tadi adiknya itu sempat memberitahu kepadanya jika ia akan pergi kerumah temannya.
"Dek, kamu udah makan?" Ucapnya mencoba untuk memastikan. Pasalnya sejak tadi pagi ia sama sekali tak melihat Dika yang mengambil sedikitpun makanan dari tutup saji. Semua masih utuh tak ada yang berkurang.
Namun Dika sama sekali tak memberi jawaban. Pemuda itu memilih untuk berlalu begitu saja setelah sempat berhenti untuk mendengar ucapan kakaknya.
Reyan hanya bisa menghela napas pelan. Apakah ada yang salah dengan menu makanannya hari ini? Reyan sempat mencicipi sedikit masakannya, namun semua rasanya masih terasa pas dan seimbang.
Pemuda itu kemudian memilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu. Ia ingat bahwa ada setengah keranjang lagi pakaian yang sama sekali belum ia jemur. Tak apa, esok Reyan pasti akan menjemur semuanya.
Kedua kakinya membawanya melangkah menuju kedapur, perutnya benar-benar terasa perih. Jangan sampai ia terkena penyakit maag. Ayah pernah bilang, jika sampai terkena penyakit tersebut maka ketika kambuh rasa sakitnya tidak main-main.
Segera pemuda itu mengambil piring beserta sendok dan meletakkan nasi dengan lauknya diatas piring yang terbuat dari beling.
Hanya berkurang sedikit. Ia tahu jika adiknya belum makan sejak pagi karena sepanjang hari pemuda itu sama sekali tak ada dirumah.
•••
Tubuh Bagas benar-benar terasa lelah. Hari ini pekerjaannya cukup ramai daripada hari kemarin. Ia benar-benar bersyukur atas apa yang telah dicapainya saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/315549193-288-k972021.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Redup [END]✓
Roman pour AdolescentsTentang dua saudara berbeda dua tahun yang dulunya saling menyayangi dan menjaga. Semua kebahagiaan berjalan seiringnya waktu hingga saat itu sebuah kabar duka mampu membuat sang adik terlarut dalam kesedihan. Mereka sama-sama kehilangan seorang ya...