27. [KITA KELUARGA]

383 49 3
                                    

•••

"Pantesan dua hari kemaren gue tunggu Lo dirumah gak dateng-dateng,"

Reyan sedikit meringis mendengar ucapan temannya. Ia pikir ayah sudah memberitahu sahabatnya tentang alasan mengapa dirinya tak bisa datang.

Sore tadi tepatnya sepulang sekolah, Madev segera kembali menghubungi nomor Reyan. Beruntung kali ini Reyan lah yang tengah memegang ponselnya, pemuda itu bertanya dimana temannya berada dan berniat untuk mengunjungi Reyan saat ini.

Madev mengajak Esa untuk menjenguk Reyan dirumah sakit. Sesampainya ditempat ini, Reyan langsung diserbu dengan beberapa pertanyaan yang keluar dari mulut kedua temannya.

Bagas yang melihat kedua teman Reyan datang itu lantas tersenyum melihat interaksi keduanya. Tak berselang lama pria itu meminta izin untuk keluar sebentar dan meminta tolong kepada kedua teman Reyan untuk menjaga anaknya dirumah sakit ini.

Tentu saja jawaban mereka seperti yang diinginkan.

"Terus, tadi pelajaran apa aja, Dev, Sa? Gak ada ulangan kan hari ini?" Tanya Reyan kepada keduanya.

"Tenang, hari ini gak ada ulangan, tadi cuman ada latihannya doang. Palingan ulangan harian yang asli bakal dilaksanain besok." Jawab Esa memberitahu.

Syukurlah hari ini hanya ada pelajaran materi. Mungkin jika ada ulangan harian, Reyan tak akan bisa melaksanakannya karena sakit.

"Eh betewe, kenapa Lo bisa kaya gini? Sakit sampe dibawa ketempat ini," Tanya Esa karena dirinya penasaran apa yang tengah terjadi kepada sahabatnya.

"Emm gimana, ya. Kemaren Minggu gue gak bangun Sampek ayah bawa gue kesini." Jawab Reyan singkat. Ia juga tak tahu dengan pasti apa yang terjadi karena ayah belum menceritakannya.

Yang Reyan tahu saat itu ayah benar-benar khawatir dengan keadaannya.

"Sampek segitunya? Lo tidur begadang apa gimana sampe susah bangun gitu?"

Mendengar pertanyaan Esa, membuat Madev langsung menyenggol pelan bahu pemuda itu. Pasalnya suara Esa terdengar sangat keras hingga membuat suasana menjadi bising.

"Gue gak tau, gue bener-bener lupa udahan..." Jawabnya lagi. Memang benar apa yang ia katakan jika dirinya tidak banyak tahu apa yang terjadi kemarin. Yang Reyan ingat hanyalah pembicaraannya dengan sang ayah pagi tadi dan juga pembicaraan mereka semalam. Selebih dari itu, Reyan lupa.

"Cepet sembuh ya, Rey. Gue tau Lo pengen sekolah kaya biasanya lagi. Oh iya, gue tadi bawain buah buat Lo," Terlihat Madev yang tengah menyodorkan satu plastik buah jeruk untuk temannya.

"Makasih, ya, Dev. Sebenernya gak pernah repot-repot gini, dijengukin kalian berdua gue udah seneng." Ucapnya sambil tersenyum.

Pikirannya kembali kepada Dika. Ia harap adiknya akan ada ditempat ini, menjenguknya dan membawakannya buah seperti teman-teman yang lain.

Namun, kemungkinan itu semua sangatlah kecil. Pemuda itu menghela napas pelan, ia kembali ke pikirannya semula dan menatap kedua sahabatnya.

"Kapan Lo boleh pulang?"

"Hari ini, mungkin?" Jawab Reyan sedikit ragu. Semoga saja malam ini dirinya harus pulang dengan cepat. Jika ia terus-menerus berada didalam rumah sakit dengan kondisi lemah, yang ada hanya akan membuat biayanya semakin besar. Dan Reyan tahu jika ayah harus menghemat.

Cahaya Redup [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang