26. [JANJI]

375 33 0
                                    




•••

Reyan

|Dev, ini saya ayahnya Reyan.
06.35

|Tolong bilangin ke guru ya, reyannya lagi sakit, jadi dia gak bisa Dateng sekolah hari ini.
06.35

Dengan jelas pemuda yang tengah duduk dibangku kelasnya itu membaca pesan yang baru saja ia baca dari ayah sahabatnya. Pantas saja dua hari kemarin Reyan yang janjinya akan main kerumahnya sama sekali tidak datang.

Pemuda itu kemudian mengetik balasan dari ponselnya. Ia tak tahu pasti sakit apa yang diderita Reyan. Selama ini ketika ayah sahabatnya selalu meminta izin kepadanya, Reyan pasti tengah dirumah karena badannya yang panas. Mungkin seperti itulah sekarang keadaan sahabatnya.

Dua hari tak bertemu, dan kini ditambah tiga hari tidak akan bertemu. Jika sejak kemarin-kemarin Reyan sakit, kenapa Bagas baru memberitahunya sekarang? Madev sangat percaya jika temannya itu sudah sejak kemarin sakit karena melihat tak ada sama sekali pesan yang dibalas oleh Reyan dari sana.

Iya, om,|
Nanti Madev bilangin ke guru|
07.25

Maaf,om,|
Reyannya sakit apa?|
07.25

Setelah menunggu lama tak ada jawaban dari sebrang, Madev memilih untuk mematikan ponselnya saja. Sebentar lagi kelas akan dimulai. Hari ini, tepatnya hari Senin, akan ada ujian matematika yang datang.

Madev memilih untuk pergi perpustakaan saja, sementara sambil meminjam buku matematika yang akan berguna.

Di lain sisi, terlihat Dika yang baru saja sampai disekolahannya. Untuk saja hari ini ia tak begitu terlambat datang kesekolahan. Pemuda itu merasa lelah, tidak biasanya hanya karena jalan kaki dari rumah, membuat tubuhnya penuh keringat pagi ini.

Tujuan pemuda itu saat ini adalah kantin, Dika ingin mengurangi rasa haus yang menyerang tenggorokannya.

Jujur saja, sepanjang perjalanan menuju ke kantin, pemuda itu berpikir mengapa akhir-akhir ini kakak kelas yang selalu mengambil uang adik kelasnya sudah tak pernah terlihat. Atau mungkin mereka terkena skors? Baguslah kalau begitu, Dika bisa hidup tenang disekolahan ini.

Sebenarnya ia bisa untuk melawan kekuatan mereka, namun tentu saja akhirnya akan kalah mengingat ia yang hanya satu orang, sedangkan pihak lawan menggunakan beberapa orang untuk digabungkan.

Kekuatan mereka tentu saja tidak seimbang, terlebih lagi mengingat salah satu anak-anak nakal itu berbadan besar, sudah pasti Dika tak akan pernah menang melawannya.

Dulu, Dika pernah melawan saat mereka tak henti-hentinya main tangan. Pemuda itu membalas dengan kekuatannya yang ada. Namun seperti yang aku beritahu tadi jika kekuatan mereka lebih besar daripada Dika. Mengingat mereka yang lebih tua dua tahun darinya, membuat pemuda itu tentu saja kewalahan menghadapi mereka.

Dan sialnya, dulu Dika dijebak oleh mereka.

Disaat ia tengah melawan satu persatu anak nakal itu, tiba-tiba mereka semua terdiam dan tak membalas, membiarkan Dika untuk sepuasnya memukul tubuh mereka.

Namun ternyata itu semua hanyalah jebakan.

Mereka tahu kalau akan ada guru yang lewat setelah ini, maka dari itu mereka membiarkan Dika untuk sepuasnya memukuli diri mereka semuanya.

Cahaya Redup [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang