•••
Pria yang meninggalkan pekerjaannya demi keselamatan sang anak itu, kini tengah berada didalam ruangan tempat putranya berada.
Hanya ada keheningan karena kini Reyan juga tengah tertidur. Dengan sabar dan telaten Bagas menunggu putranya untuk siuman.
Tadi sejak pertama mendengar kabar bahwa terjadi sesuatu yang tidak-tidak kepada putranya itu, Bagas dengan cepat langsung bergegas menuju ke sekolahan tempat Reyan mencari ilmu.
Dirinya benar-benar terkejut ketika melihat kondisi putranya saat itu terutama pada bagian seragam yang dipenuhi dengan noda merah.
Ketika mendengar penjelasan dokter, itu semua terjadi akibat hentakan kuat yang mengenai dada putranya, dan jika tidak segera diatasi maka hal itu dapat berakibat fatal kepada kondisi anaknya.
Untungnya hal itu tidak terlambat ketika diatasi oleh sang dokter. Bagas mengantarkan putranya benar-benar tepat waktu saat itu juga.
Hari ini dirinya terpaksa tidak bekerja, tak apa, yang terpenting baginya adalah kondisi sang anak. Jika bukan ia maka siapa yang akan mengantar dan menjaga Reyan disini?
Diusapnya pelan kepala sang anak. Terlihat sedikit keringat yang menyembul dikening putranya. Wajah dengan nasal kanul yang membantu pernapasannya itu terlihat sangat damai dalam tidurnya.
Dilanda sebuah kebingungan, harus dimana lagi dirinya bisa menolong sang anak untuk tetap bertahan? Jika dahulu Reyan tidak menolak pendonoran dari ibunya, mungkin saat ini penyakit Reyan tak separah sekarang atau mungkin malah sudah sembuh total dari riwayat sakitnya.
Mungkin setelah melihat betapa terpukulnya Dika saat itu, Reyan tak tega untuk meminta itu semua. Sulungnya takut jika nanti kedepannya Dika akan terus membenci dan tidak menganggapnya sebagai keluarga lagi.
Namun sepertinya hingga saat ini hal tersebut sama sekali tak merubah keadaan. Dika telah tutup telinga dan tidak ingin mendengarkan lagi beberapa penjelasan dari dirinya maupun kakaknya.
Matanya menatap sejenak wajah sang anak yang masih damai dalam tidurnya. Mungkin karena terlalu banyak menahan sakit hari ini, Reyan memilih untuk tidur dan mengistirahatkan lelahnya sejenak.
Seragamnya telah diganti dengan pakaian pasien rumah sakit, begitupun darahnya yang selesai dibersihkan.
Disela-sela dirinya menatap si sulung, Bagas juga jadi teringat dengan putra bungsunya yang tengah berada di sekolahan saat ini.
Sejak tadi ia sama sekali tidak melihat keberadaan Dika ketika tengah berada disekolahan. Mungkin karena terlalu fokus dan juga wilayah sekolah yang cukup besar, Bagas tak mendapati putra bungsunya disana.
•••
Brukhh!
Dika melempar asal tas milik kakaknya yang harus ia bawa pulang dari sekolahan. Dirinya benar-benar kesal kenapa harus membawa tas tersebut, hal itu hanya akan menambah beban perjalanan pulangnya.
"Manja, sok sakit, nyusahin! Gak ada gunanya banget Lo idup! Ck."
Dika menendang sebuah sofa yang terletak diruang keluarga. Tak peduli dengan rasa perih yang malah mengenai kakinya. Pemuda itu berjalan masuk kedalam kamarnya, ia merasakan bahwa kondisi rumah ini tengah sepi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Redup [END]✓
Novela JuvenilTentang dua saudara berbeda dua tahun yang dulunya saling menyayangi dan menjaga. Semua kebahagiaan berjalan seiringnya waktu hingga saat itu sebuah kabar duka mampu membuat sang adik terlarut dalam kesedihan. Mereka sama-sama kehilangan seorang ya...