15. Belajar.

3.5K 412 28
                                        

"Ren, aku boleh minta ajarin sesuatu sama kamu nggak?"

Kedua remaja yang menjalin kasih itu berjalan dengan menautkan tangan mereka, tidak segan untuk menunjukkan sikap romantis pada satu sama lain dihadapan para siswa-siswi lainnya.

"Ajarin apa?" tanya yang lebih tua.

"Eumm, Ren keberatan nggak kalau aku minta ajarin cara pakai pisau?"

Renjun mengerutkan keningnya, "Kamu kan udah sering pakai pisau, biasanya kalau motong baw-"

"Pisau yang biasa Ren pakai di ruangan nya Ren." sela Jaemin.

Renjun menghentikan langkahnya, pas sekali mereka sudah ada di area parkiran, yang beruntungnya sedang sepi.

"Kamu serius?" tanya Renjun memastikan.

Jaemin mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan kekasihnya. "Aku serius."

"Aku bakal ajarin kalau kamu ngasih alasan kenapa aku harus ajarin kamu pakai pisau punya ku."

Jaemin menatap mata Renjun, lalu ia melingkarkan tangannya di leher sang kekasih.

"Selama ini kamu selalu ngertiin hidup aku, kamu berusaha menyesuaikan sama lingkungan disekitar aku. Aku tau, kamu hidup dilingkungan yang keras, bunuh orang itu hal kecil buat kamu. Aku juga mau Ren, ngertiin hidup kamu, belajar pelan-pelan supaya aku juga bisa menerima kamu apa adanya tanpa rasa takut lagi. Aku juga pengen kayak pasangan lainnya, saling ngertiin, saling belajar dari hidup yang dijalani masing-masing kekasihnya. Aku cuman gamau kalau aku terus ngerepotin hidup kamu, tapi aku aja masih terus takut sama kamu."

Renjun tersenyum tipis, ia mengusap kepala sang kekasih dengan lembut lalu memberikan satu kecupan di bibir ranum si manis.

"Aku gak pernah ngerasa direpotin sama kamu, sayang." balasan singkat dari Renjun mampu membuat pipi Jaemin merona.

"Tapi kamu yakin? Kamu gak terbiasa sama hal-hal keras yang ada di kehidupan aku." tanya Renjun sekali lagi, memastikan sang kekasih benar-benar yakin atau tidak.

"A-aku yakin, tapi kamu harus temenin aku terus ya?" tatapan penuh binar itu mampu membuat Renjun jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

"Aku gak akan kemana-mana, Nana sayang."

.
.
.

Renjun membawa Jaemin kedalam ruangan yang biasa ia pakai untuk mengeksekusi para korbannya. Para pria berbadan kekar itu berjejer, membungkuk sebagai rasa hormat kepada tuan nya dan juga kekasih tuan nya.

Agaknya Jaemin sedikit tidak terbiasa, ia malah merasa takut karena wajah para pria itu sangat menyeramkan baginya.

"Gak usah takut, sayang."

Sejujurnya Renjun itu sangat peka, ia bisa tahu dari gelagat aneh di tubuh Jaemin, entah saat si manis sedang berbohong, ketakutan, merasa tidak nyaman, merasa bahagia dan sebagainya.

Ketika tiba didepan pintu ruangan itu, Renjun meraih pinggang Jaemin untuk ia rengkuh, lalu menatap mata si manis dan bertanya sekali lagi, untuk meyakinkan Jaemin.

"Kamu yakin?"

Jaemin memberi anggukan, "Aku yakin, Ren."

Setelahnya Renjun membawa sang kekasih masuk kedalam ruangan itu, menampakkan seonggok tubuh yang terlihat sudah tidak berdaya, mulai kehilangan kesadarannya.

Jaemin meringis ngeri, padahal tadi  ia sudah memberi anggukan dengan mantap.

"Kita belajar, tapi langsung pakai tubuh manusia." begitu ucapan Renjun.

Psycho [RenMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang