#4

140 8 0
                                    


Tak lama waktu pelajaran ke 2 dimulai, terlihat Jimin yang berjalan turun.

"Eh itu Jimin mau kemana," tanya Jin tentu pada sahabatnya.

Bahkan saat papasan dengan Suga sungguh Jimin tidak melirik tatapannya sangan kosong dan dingin.

"Jimin,"

Ucap Songkang kaget melihat Jimin yang sudah berada di lapangan menunggu kursi dan meja nya.

Dan benar saja Songkang datang dan membawa meja itu.

Jimin berjalan kearah Songkang lalu mengambil kursi dan mejanya, lalu naik ke kelas.

Van yang kaget pasalnya, kursi dan meja sudah ada di tangan Jimin, Van mencari keberadaan Songkang yang masih setia dengan memegang tas Jimin.

Van terbelalak melihat jimin berjalan dan Songkang seperti membuntuti di belakang.

Jimin mengambil tasnya yang siap dilempar Van.

Roy mengira bahwa Jimin akan mengambil tas itu dan membawanya masuk.

Tapi mereka terkejut melihat Jimin melempar tas nya sendiri lalu berbalik dan berniat turun dan mengambil tas nya.

Didepannya ada Suga dia menabrak asal tampa meminta maaf atau hal semacamnya.

"Hey bantet apa yang kau lakukan."

"Apa yang aku lakukan, aku hanya melakukan yang akan kalian lakukan,"

Ucap Jimin bicara tampa berbalik.
Membuat mereka yang menyaksikan bungkam dan kaget karena Jimin yang berbeda dari biasanya.

Jimin langsung berjalan dan mengambil tasnya tapi tidak langsung naik jimin duduk di tangga.

Saat waktu pelajaran hampir habis Jimin masuk ke kelas, dia membuka pintu menunduk hormat pada gurunya dan duduk di kursinya.

Waktu pelajaran usai, masih ada satu pelajaran lagi.

Jimin merapikan buku dan berniat membawanya ke kantor guru karena dia adalah ketua kelas atau lebih tepatnya tidak ada yang mau menjadi babu dikelas itu pasalnya menjadi ketua kelas sangat melelahkan.

Saat jimin tengan merapikan buku, tangan jimin di pegang Roy.

"Woy bantet hari ini lo berbeda,"

Jimin tidak menjawab dan hanya diam

"Woy kalau aku ngomong itu dengarin."

"Kalau gue berbeda lo mau apa, toh yang penting gue ngikutin apa mau lo,"

ucap jimin mengambil buku lalu pergi.

Mendengar itu membuat para murid lain, mengarungi jempol pada Jimin dan kaget juga karena Jimin tidak pernah melakukan perlawanan, jangankan melawan menjawab saja dia gagap saking takutnya.

Saat keluar kelas.

Di Koridor kelas itu lagi kosong karena banyak kelas di lantai tiga sedang berada di lab dan sisanya di perpustakaan.

Hanya ada guru dan sedang melakukan edukasi di kelas Suga.

Tangan jimin ditahan Roy.

"Lo bilang tadi ngikutin mau gue kan kalau gitu Gue mau ngerasain tubuh lo. "

Tangan nya ditepis Jimin, dan sebuah tinjuan berhasil bersarang di wajah Roy.

Melihat Roy terhuyung dengan darah amis segar mengalir di hidung nya.

Saat Roy mau membalas, berhenti apa yang kalian lakukan ucap guru keluar dari kelas Suga.

Dan berakhir Roy dan Jimin didalam kelas, iya didalam kelas kenapa tidak dikantor guru karena.

Guru tidak mau masalah ini di dengar oleh ayah Roy, karena mungkin jabatan nya yang jadi taruhan.

"Apa yang sebenarnya terjadi,"

"dia memukul saya bu, ini bukti pukulan dari dia, " ucap Roy

menunjukan sebelah hidung yang tersumbat kapas.

Lain halnya mereka berdua dan guru di dalam kelas, maka siswa lain mengerumuni didepan pintu.

Siswa yang dominasi melihat kejadian itu hanya siswa MIPA 1, IPS 1 sisanya siswa lain di tingkat ketiga sedang ada kelas olahraga dan sebagian di leb kimia.

Jadi memang tidak banyak.

"Hey ada ribut-ribut apa, " ucap JHope kepo.

Bertanya pada siswa kelas Jimin dengan senyuman cerah membuat yang ditanya salting sendiri.

"I-itu Ji-jimin mukul Roy,"

"wah serius, "balas Jin.

"I-ya ten-tu saja."

Jawab siswi itu dia bahagia karena diajak ngobrol oleh siswa populer yang baru masuk dua hari, "

Author ; ah ge'er ajh dia orang cuma tanya nggk ngobrol, eh tapi apa bedanya.

"Saya memukulnya karena untuk sebatas perlawanan karena dia mau melecehkan saya bu," ucap Jimin sambil menunduk.

"Jimin seperti apapun kamu tidak boleh main tangan dia kan temanmu dia hanya bercanda sekarang minta maaf padanya."

Jimin berdiri.

"Maaf Bu, "

Ucap jimin singkat dan pergi dengan tasnya lalu membuka pintu kelas dimana siswa-siswi berkerumun sampai sebuah suara terdengar.

"Jimin apakah ini yang diajarkan sekolah ini padamu, mana tata krama mu minta maaf sekarang atau ibu laporkan pada guru konseling." dengan nada tinggi

Jimin berbalik menghadap guru itu.

"Ibu bertanya apa yang diajarkan sekolah ini pada saya, jawabnya adalah uang karena disini uang yang berkuasa bukan prestasi," ucap Jimin berkaca.

"Apa maksud mu uang apakah kamu lupa kamu masuk kesini lewat jalur beasiswa,itu tidak mengeluarkan uang sepeser pun 'kan"

ucap guru itu emosi.

"Itu lah mengapa saya jadi bahan bullyan disini," dengan mata berkaca dan entah mengapa air mata menetes begitu saja.

"ibu mengatakan hiks tata krama hiks bahkan ibu lihat dia merokok hiks dan ibu hanya berlalu hiks begitu saja seperti tidak hiks melihat apapun hiks, "

ucap Jimin sesegukan menunjukan seorang anak IPS 1 yang sedang memegang rokok.

"Dan permintaan ibu yang terakhir saya disuruh minta maaf, APAKAH IBU TAU SAYA YANG DIBULLY DISINI SAYA MAU DILECEHKAN DAN SAYA HARUS MINTA MAAF!" Ucap Jimin frustasi.

"Jimin seperti nya kamu sedang banyak tekanan kamu bisa pulang lebih awal, " ucap guru itu final seperti tidak terjadi apa pun.

"Apa yang kalian lihat masuk lah sebentar lagi pelajaran dimulai."

Guru itu menyuruh Jimin pulang karena keadaan semakin ramai oleh anak-anak yang kepo dengan apa yang terjadi.

Jimin melihat guru itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Bahkan setelah aku mengatakannya dia seperti tidak mendengar apa pun batin Jimin dan pergi.

Jimin berjalan meninggalkan sekolah, berjalan tanpa tujuan sampai.

"Agh~  Kepalaku"

ucap Jimin memegang Kepalanya dan jatuh pingsan.










T___B___C

TERIMA KASIH BUAT READERS YANG BACA CERITA INI SEMOGA KALIAN SUKA.

.

o(〃^▽^〃)o

.

JIMIN SAD (YOONMIN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang