Satu

141 10 3
                                    

WARNING!
*
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita. Naskah sudah diterbitkan, memiliki hak cipta beserta terdaftar ISBN
*
*
*
Semua cast hasil meminjam dari web dan pinterest.
*

Langkah terhenti di depan sebuah toko yang terbilang mewah. Dari luar, kulihat seorang pria bersuits navy tengah berdiri di depan kaca etalase.

Lesung di kedua pipinya tercetak indah saat dia berbicara. Wajah itu, masih sama teduhnya, sama hangatnya dan sama segala sesuatu yang ada di dalam dirinya.

Termasuk, desiran rasa yang kerap kali muncul saat mata memandangi seraut wajah tampan itu. Hangat, ada gemuruh yang selalu menggebu, membuat detak jantung semakin bertaluh. Dia, masih sama istimewanya seperti dulu.

Derit suara pintu mengalihkan perhatian lelaki berlesung pipi itu. Ia mendesah seraya melirik jam yang ada di pergelangan tangan.

"Binar, kenapa baru datang?" Dia bertanya ketus.

"Maaf—" 

Belum sempat aku menjelaskan, lelaki itu langsung menarik lengan.

Membedirikan aku di depan cermin, lalu sebuah liontin kalung ia jatuhkan tepat di depan mata.

Aku terdiam, memandangi liontin berlambang love  transparan dan ada sebuah berlian di dalamnya.

Mata berbinar, lantas bibir terkembang dengan sangat lebar saat tangan itu mengaitkannya di  leherku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata berbinar, lantas bibir terkembang dengan sangat lebar saat tangan itu mengaitkannya di  leherku.

"Cantik, bukan?" Dia kembali bertanya.

Sorot mata itu menatapku dari pantulan cermin. Tersenyum, menanti jawaban yang akan kuberikan.

"Bagus. Ini cantik sekali," jawabku antusias.

Bibir tidak bisa berhenti terkembang, merasakan hangat perlakuannya yang tidak pernah berubah. Setelah bertahun-tahun lamanya kami saling mengenal.

Hal yang membuat aku jatuh berulang kali pada hatinya selama ini adalah karena dia, Levant Bagaskara bagaikan sinar mentari pagi yang menyapa.

Di gelapnya malam tanpa cahaya.  Gulita dengan bayangan yang menakutkan jiwa. Bahkan aku pernah berpikir bahwa pagi tidak akan pernah tiba.

Semuanya berubah, ketika aku mulai mengenalnya. Semesta mempertemukanku dengannya tanpa sengaja.

Tujuh tahun lalu, saat semua keadaan memburuk. Sangat buruk, aku memilih menyerah dan hanya bisa berjalan tanpa arah.

Di kala itu, saat semuanya seakan mengabu. Tidak ada apa pun selain kehidupan kelabu.

Aku bertemu dengannya, lelaki yang sangat kucintai sampai detik ini. Bahkan hatiku terus terjatuh berulang kali padanya.

***

Cinta, Kala Fajar MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang