Tiga Belas

2.5K 226 23
                                    

Net dan Nunew tiba di halaman mansion. Well, sudah Net duga bahwa pria cantik disampingnya ini bukanlah orang sembarangan. Lihat saja rumahnya sekarang, jarak antara rumah dengan gerbang bagaikan jarak antar gawang pada lapangan sepak bola.


"Terimakasih atas tumpanganmu Net, aku benar-benar berterimakasih" ucap Nunew tersenyum tulus saat mereka telah keluar dari mobil putih dominan itu.

"Tidak masalah, tapi apakah kau pernah mendengar kalimat tidak ada yang gratis di dunia ini New?"

"Haa??? Kau meminta bayaran? Bukankah kau kaya?"

"Oh ayo lah, tidak semua bayaran selalu tentang uang"

"Lalu? Kau mau aku membalas dengan apa?"

"Dengan—..." Net sedikit menundukkan wajahnya ke arah Nunew karena perbedaan tinggi mereka. Perlahan tapi pasti, jarak wajah mereka hanya tinggal sejengkal, bola mata Nunew melebar, tubuhnya kaku, aroma baccarat dari tubuh Net tercium olehnya.


"Memberikan ku ID line mu." Bisik Net di telinga Nunew. Kemudian menarik wajahnya kembali menciptakan jarak seperti semula, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Net tersenyum tipis saat melihat wajah bengong Nunew dihadapannya. Beruntung saat itu pencahayaan tidak begitu terang, sehingga semburat merah yang tercipta di pipi Nunew tidak terlihat oleh Net.

"H-hhaa???"

"ID line mu New" tutur Nat kembali sambil menyodorkan ponselnya ke arah Nunew.

"O-Oohh... krub." Nunew menerima ponsel Net dan langsung mengetikkan sesuatu disana lalu memberikannya kembali pada Net.

"Baiklah, aku akan mencoba mengirim pesan padamu." Ucap Net.


LINE!!!

Suara notifikasi line terdengar disana. Spontan Net dan Nunew mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara. Dan, got it! Pandangan keduanya jatuh pada pria bersetelan formal dengan alis tebal menawan yang saat ini berdiri dengan jarak kurang lebih 3 meter dari tempat Nunew dan Net berdiri, oh! Oh dan jangan lupakan tatapan dingin itu.

'Shit! Mengapa dia disini' umpat Nunew dalam hati.

"Oh! Swaddi khap Phi, aku Net. Teman New, kita pernah bertemu skali di cafe waktu itu." sapa Net ramah pada pria yang tengah menjatuhkan pandangannya datarannya pada Nunew tanpa berkedip. Merasa tidak ada balasan dari pria itu, Net menjadi salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang sama skali tidak gatal.


Zee, pria yang disapa Net tadi melangkahkan tungkainya mendekat ke tempat Nunew dan Net berdiri. Berjalan dengan suara ketukan pantofel mahalnya yang berhasil membuat jantung Nunew berdetak tak karuan. Sial, entah mengapa dia merasa gugup sekarang.

"Sudah selesai?" Tanyanya melirik Net tajam.

"Eeh..?" Net mengerutkan keningnya samar mendengar pertanyaan Zee.

"Jika urusanmu sudah selesai, kau bisa pergi."

"Ooh... hahahaaa Krub phi, aku memang akan segera pergi. Waah.. aku menyukai persaudaraan seperti ini. Nong yang begitu ramah dengan phi yang posesif pada nongnya." Net mencoba menghangatkan suasana yang entah mengapa merasa dingin saat kedatangan pria tampan yang diyakini sebagai Phi Nunew, karena wajah mereka yang sekilas mirip.

Mata Zee dengan cepat melirik tajam ke arah Net yang tengah tersenyum bangga, "siapa yang kau sebut phi nong?" Tanyanya dingin.

"Ehmm... Net, sebaiknya kau pulang sekarang naa. Ini sudah malam, kau harus beristirahat. Sekali lagi terimakasih untuk tumpanganmu." Ucap Nunew menyela pertanyaan Zee, menarik pelan lengan Net menjauh dari pandangan Zee lalu membukakan pintu kemudi untuknya.

Arrange MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang