LAST CHAPT

2.3K 127 11
                                    

BRAKK!!!

Pintu kamar itu ditutup cukup keras oleh Zee. Pemuda itu bahkan langsung menguncinya meskipun dia tahu saat itu Nunew membuntutinya di belakang. Dan dalam sepersekian detik, Zee lebih dulu tanggap memisahkan mereka berdua dengan pintu kokoh dibelakangnya ini.

Tidak ada yang lebih buruk dari amarah Zee akibat kesalahpahaman yang baru saja terjadi ketika pria tampan itu melihat Nunew berpelukan dengan Net di dapur beberapa saat lalu.

Zee bahkan tidak mengucapkan satu patah kata sama sekali ketika dirinya melihat dengan jelas betapa eratnya Nunew membalas pelukan Net sambil tersenyum. Sebenarnya apa yang kedua pemuda itu sembunyikan di belakangnya hingga mereka melakukan hal itu dibelakangnya. Terlebih Nunew, pria cantiknya. Apakah dia sudah tidak dihargai lagi? Sial!

Zee tahu, sangat tahu bahwa Net lah yang selama ini menemani Nunew dalam kerapuhannya. Tapi pantaskah Nunew memperhitungkan pria itu disaat Nunew sudah bersedia dan mantap menerima lamarannya tadi pagi.

Cklek!

"Hiaa.."

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar terkunci dari dalam. Dan jelas pelakunya adalah sang tunangan.

"Hiaa.. dengarkan aku dulu.. hia salah paham." Nunew mencoba menjelaskan sambil terus mencoba membuka pintu jati di hadapannya walaupun nihil. Pintu berwarna putih itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan dibuka oleh pria tampan yang ada di dalam.

"Hiaaa.. ayolah, jangan merajuk seperti ini. Biarkan aku menjelaskan semuanya naa." Tetap tidak ada jawaban.

"Hiaaa..." panggil Nunew lagi

Tok! Tok! Tok!

Tidak putus asa, pria cantik itu tetap mengetuk pintu kokoh dihadapannya.

"Hiaaa.. ku mohon.. hia salah paham. Jangan mengartikan apapun tanpa mendengar penjelasanku terlebih dahulu hiaa." Suara Nunew kini mulai bergetar.

Tok! Tok! Tok!

"Hiaa.. jangan kekanakan seperti ini ku mohon.. hiks..." Nunew sudah tidak tahan lagi membendung air mata yang sedari tadi ia coba tahan.

Kelopak mata ganda itu beberapa kali menitikkan air mata di pipi ronanya sambil sesekali memanggil pria kesayangannya yang tengah merajuk.

Di dalam sana Zee mendengarnya tentu saja. Karena pria mungil itu berbicara sedikit berteriak di luar sana, si tampan juga jelas mendengar isakan yang keluar dari bibir si mungil. Namun apa itu baru? Nunew menyebutnya kekanakan? Hah.. yang benar saja!

Cklek!

"Hiaaa.."

Hal pertama yang Zee lihat dikala dirinya membuka pintu adalah Nunew dengan mata basahnya tanda jejak air mata masih tampak jelas di pipi tembam pujaan hati.

Jujur ingin rasanya Zee beralih merengkuh tubuh pria kesayangannya itu dan menenggelamkannya ke dalam pelukan hangat seperti yang biasa mereka lakukan. Membelai pipi gembil itu dan mengusap sisa air mata yang tergenang di pelupuk mata kesukaannya.

Tapi keinginannya urung ketika dirinya kembali mengingat hal yang dilakukan Nunew dan Net di belakangngnya tadi.

"Kau bilang hia kekanakan disaat hia marah karena mengetahui kau berpelukan dengan pria itu?" Ucap Zee sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah belakang Nunew. Dia dapat melihat pria mungil itu sedikit berjengit disana, tidak menyangka bahwa Zee akan membentaknya seperti ini.

"Hiks.. hiaa.."

Sebenarnya Zee tidak berniat meninggikan nada bicaranya pada Nunew, tapi setelah netranya menangkap pria yang kini berdiri beberapa meter di belakang Nunew, entah mengapa emosinya kembali memuncak.

Arrange MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang