Sembilan Belas

1.9K 159 4
                                    

"Ada apa pho datang kemari?" Zee membuka percakapan ketika ayahnya tengah duduk menyesap secangkir kopi di hadapannya dan Nunew.

"Tidak ada, pho hanya ingin berkunjung. Mengapa kau tampak kesal nak? Apakah pho mengganggu waktu kalian?" Tanya Tuan Panich menaruh cangkir kopi di atas meja.

"Ya/tidak paman." Jawab Zee dan Nunew kompak.

"Hiaaa..." protes Nunew akan jawaban Zee dengan sedikit menekuk alisnya.

"Bukan kah hia benar? Kita tadi sedang membicarakan masalah lamaran seperti apa yang kau— aaawwwhhh..." Zee mengerang sakit saat Nunew mencubit pinggangnya.

Dan itu tidak luput dari perhatian Tuan Panich, terkekeh ringan sebelum membuka suara "lamaran? Siapa yang akan lamaran?" Mengangkat kedua alisnya meminta penjelasan pada pasangan dihadapannya saat ini.

"Menurut pho siapa lagi selain kami? Aku berencana untuk melamar Nunew dan segera melangsungkan pernikahan. Aku bahkan tidak peduli jika Nunew belum menyelesaikan kuliahnya karena pernikahan kami tidak akan membatasi haknya untuk tetap berkuliah. Bagaimana menurut pho? Apakah pho mengizinkan?"

Tuan Panich terdiam tidak langsung menjawab pertanyaan yang Zee lontarkan. Bukan karena dia tidak setuju, bukan. Dia bahkan sangat menyetujui jika kedua pemuda dihadapannya ini berencana untuk menikah. Tapi yang membuat Tuan Panich tidak habis pikir ialah pria tampan yang baru saja menecercanya dengan berbagai pertanyaan. Apakah anak semata wayangnya itu kerasuka setan? Bagaimana mungkin dia berbicara sebanyak itu padanya bahkan dengan suara yang bisa dibilang, serikit manja? Ini bukanlah Zee yang dikenalnya. Sepertinya Nunew telah berhasil melelehkan tebing es yang telah lama tidak terkena sinar hangat di hati Zee.

"Hia, mengapa hia sangat cerewet?" Ucap Nunew dengan tatapan horornya dan Tuan Panich merasa terwakilkan untuk itu.

Suara deheman Tuan Panich terdengar sebelum Zee menjawab pertanyaan Nunew, "pho tidak menyangka hubungan kalian ternyata sangat harmonis seperti ini hingga kalian ingin segera melangsungkan pernikahan."

"Apakah pho tidak merestui kami?" Potong Zee

"Bukannya pho tidak merestui kalian, tapi begini—

"Cukup pho, aku tidak ingin mendengar penjelasan dari pho lagi. Dengan atau tanpa izin pho, aku dan Nunew tetap akan melangsungkan pernikahan." Ucapnya dengan menautkan tangannya pada tangan Nunew yang terasa sedikit berkeringat.

"Bisakah kau diam dan biarkan pho berbicara terlebih dahulu? Pho bahkan belum menyelesaikan perkataan pho tapi kau sudah mengambil keputusan Zee." Menghela nafas, Tuan Panich lalu duduk bersender pada sofa.

"Pho hanya tidak menyangka kalian ternyata sudah merasa cocok dengan waktu yang terbilang singkat. Tapi bukan berarti pho tidak merestui kalian, pho memberikan restu tentu saja. Hanya saja, bagaimana dengan orang tua Nunew? Bukankah mereka sedang melakukan perjalanan bisnis dalam beberapa bulan kedepan?"

Mendengar penuturan Tuan Panich, Zee dan Nunew terdiam. Berbeda dengan Zee yang terdiam membenarkan ucapan ayahnya, Nunew terdiam sebab dia merasa aneh, bagaimana bisa Tuan Panich mengetahui orang tuanya yang sedang dalam perjalanan bisnis bahkan sampai berbulan-bulan lamanya? Setahu Nunew, hal ini hanya diketahui olehnya dan kakaknya James saat makan malam sebelum keberangkatan kedua orang tua mereka esoknya. Bahkan Zee, tunangannya pun tidak mengetahui tentang berapa lama kedua orang tuanya akan pergi. Entahlah, Nunew tidak terlalu memusingkan hal itu.

"Nanti aku akan berbicara pada Pho dan Mae. Aku juga belum mendapatkan kabar mereka dari kemarin." Ucap Nunew disertai dengan senyum cantiknya.

"Baiklah, paman juga akan mencoba berbicara pada kedua orang tuamu New. Paman yakin mereka pasti memberikan restu, bukankah dari awal kami memang berencana menjodohkan kalian? Kau tenang saja naa."

Arrange MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang