Sebelas

2.3K 217 10
                                    

Pagi ini Nunew bersiap berangkat kuliah. Melihat pantulan dirinya di cermin, syukurlah matanya sudah tidak sembab. Terimakasih banyak pada kakak cantiknya James yang sudah telaten mengompres matanya dengan mentimun dingin semalam di rumah sakit.



Berjalan menuruni anak tangga, kornea matanya menangkap kehadiran ibu dan ayahnya yang sedang sarapan di meja makan. Seketika perkataan tunangan brengseknya Zee berputar diotaknya.



Nunew menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak mau memikirkan itu lagi. Sudah cukup dia menangis seharian kemarin.




Netranya menangkap wanita cantik di meja makan yang tengah telaten menuangkan kopi untuk ayahnya. Nyonya Chawarin yang menyadari kehadiran Nunew tersenyum.



"Sayang, kau sudah siap? Chaa, duduk dan makan sarapanmu sebelum ke kampus sayang." Ucap nyonya Chawarin sambil menggeser kursi untuk Nunew duduk.




"Krub mae."



Nunew kemudian duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh ibunya. Menyuapkan sedikit demi sedikit bubur yang ada dihadapannya masuk ke mulutnya. Ini pasti bubur buatan ibu nya, Nunew sangat hafal dengan rasanya.



Seulas senyum melengkung dibibirnya, sudah lama Nunew tidak memakan bubur buatan ibunya. Selama sarapan, tidak ada percakapan di meja makan. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk atau piring berbahan keramik. Itu merupakan sebuah tata krama di keluarganya.




Setelah menyelesaikan sarapan, ayahnya mulai membuka suara. "Bagaimana hubunganmu dengan Zee sayang?"



Shit! Pertanyaan ini yang dihindari Nunew. Dia tau ibu dan ayahnya selalu menanyakan kabar hubungannya dengan Zee.



"Baik Pho, Hia menjagaku dengan baik selama ini." Bohong Nunew sambil memaksakan senyumnya. Ibunya yang mendengar jawaban Nunew pun ikut tersenyum.



"Bagus, berarti keputusan kami menjodohkan kalian sudah tepat." Seulas senyum terpatri dibibir tuan Chawarin.




"Krub Pho."




Sebenarnya Nunew tidak berniat membohongi ayah dan ibunya. Hanya saja, Nunew masih menunggu waktu dan alasan yang tepat untuk menjelaskan mengapa dirinya ingin membatalkan perjodohan ini.



Mengingat dulu dirinya lah yang meminta dijodohkan dengan Zee. Memohon pada ayah dan ibunya setiap hari, mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya keinginannnya dihidupnya dan akan mengikuti semua keinginan orang tuanya.



Nunew bimbang sekarang. Disatu sisi, dia sudah bertekad membatalkan perjodohan ini, tapi disisi lain dia juga merasa bersalah pada orang tuanya.



"Mae, Pho, Nu berangkat sekarang." Ucapnya berdiri kemudian mendekat pada ibu dan ayahnya untuk mendapat kecupan ringan dipipi sebelum melakukan wai lalu berjalan meninggalkan ruang makan.



"Hati-hati sayang." Ucap nyonya Chawarin sedikit berteriak saat anak bungsu kesayangannya itu sudah berjalan meninggalkan ruang makan.



Deru mesin mobil sedan Mercy hitam metalic menyapa indra pendengaran Nunew saat dirinya tengah membuka pintu kemudi mobil BMW nya.


Nunew sangat familiar dengan mobil itu. Mobil yang pernah menjemputnya sekali di kampus waktu itu , sekarang terparkir menghadang mobilnya.



Tidak ada wajah sumringah seperti biasa saat Nunew mengetahui kedatangan orang itu. Tidak ada binar ceria seperti biasa ketika Nunew bertemu dengan orang itu. Jantungnya tidak lagi berdegup kencang seperti dulu, pun hatinya, tidak ada lagi rasa hangat menjalar seperti biasanya. Hanya wajah dingin yang Nunew tunjukkan saat ini.



Arrange MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang